Epilog

713 45 69
                                    

[Dibaca aja dulu, ya... Belum baca belum tahu. Jangan berasumsi dulu, ya. Wkwkwk]

.
.
.
.

Sudah lama Neji tidak seperti ini, duduk dengan sangat santai, tenang, dan tanpa pikiran yang membebani. Namun, hatinya masih berkecamuk memikirkan seorang gadis bercepol bernama Tenten Sarutobi.

Ia merasa bersalah karena telah menolak gadia itu, memberikan perlakuan yang terbilang kejam, dan akan meninggalkan gadis itu demi kuliah di Oxford.

Namun, bagaimana lagi. Ia tidak bisa memaksakan diri untuk sesuatu yang tidak bisa ia lakukan. Tidak bisa? Ia bisa. Sungguh, ia bisa sebenarnya. Tetapi, menurutnya, Tenten tidak kalah kejam darinya. Tenten pergi dari hidupnya, menolaknya, dan mungkin memang ia yang kurang pantas bersama Tenten. Namun, dalam kurun waktu yang lama, ia kembali lagi, memberi harapan, dan menyiram luka yang sudah lama tertutup dengan kenyataan pahit.

"Sebentar lagi perpisahan," gumamnya.

Ia hanya menatap sebuah kalender yang dipenuhi oleh lingkaran spidol dan tulisan-tulisan yang berantakan. Selama itu pula ia menjauh dari sahabatnya. Dari dunia. Dari semua orang. Karena orang yang mengerti dirinya mematahkan hatinya.

Ayahnya pasti akan setuju dengan pamannya menyangkut semua hal tentang kesempurnaan Hyuga. Ia dan Hinata harus berusaha menjadi sempurna agar memenuhi kriteria calon penerus Hyuga Corp.

Ibunya memang bisa menenangkannya dalam berbagai aspek. Tetapi, ibunya tidak akan selaku ada di sisinya. Ada kalanya, Yunara sibuk dan harus pergi ke luar negeri untuk menjalani perjalanan bisnis.

Hinata dan Hanabi serta semua sahabatnya hanya akan menganggapnya terlalu berlebihan atau entahlah. Mungkin kurang mengerti maksud Neji.

Hanya Tenten yang paham betul dan bisa menghiburnya di semua keadaan dan saat-saat sulitnya. Tetapi, sudahlah. Hati sudah memilih. Lebih baik mencegah daripada tersakiti lagi.

Kini sedang hujan, Neji jadi teringat saat-saat dimana dia dan Tenten merayakan empat tahun persahabatan mereka.

Sasuke yang baru datang dikejutkan dengan kamar Neji yang terlihat lebih berbeda dari sebelumnya.

"Hei, kudengar—"

"Jadi kau bisa mendengar? Baru tahu."

"Sejak kapan kau suka memotong pembicaraan orang?"

"Sejak dia memotong hatiku."

Sasuke tertawa melihat Neji yang menatapnya sebal karena Sasuke jadi sedikit cerewet akhir-akhir ini. Sasuke kemudian mengambil laptop sahabatnya. Tentu saja Neji tidak mempermasalahkannya. Toh, jika Sasuke merusaknya, ia tinggal meminta yang lebih mahal. Pemerasan yang sangat bijak, Neji.

"Tulislah pesan surel untuk sahabatmu itu. Aku melakukannya sebelum berangkat ke Oxford bersamamu nanti."

Neji hanya menimbang-nimbang sambil meminum kopi hangatnya. Ia dan Sasuke memang akan pergi ke Oxford bersama. Namun, sebelumnya, Sasuke sudah mengirimkan email kepada Sakura. Hanya beberapa kata perpisahan. Sebenarnya, Sasuke sedikit tidak tega jika harus pergi tanpa melihat Sakura. Tetapi, jika ia melihat Sakura, ia takut, ia menjadi ragu meninggalkan Jepang.

Sementara, Neji pikir ia tidak akan mengatakan apapun kepada Tenten, Naruto, dan Hinata. Karena dirinya pasti akan bertemu dengan mereka di acara perpisahan. Jadi, untuk apa menulis surel.

"Kenapa kau menulis surel untuk Sakura jika kau bisa bertemunya di acara perpisahan sekolah kami?"

"Ehm ... Aku siswa sekolah Kumogakure Senior High School. Jadi, tidak mungkin bisa ke sana."

The Reason Of Love [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang