Chapter 4: Maaf!

517 60 16
                                    

Kini sudah pukul enam sore. Dan pria bermanik lavender itu baru saja sampai di depan gedung apartemen tingkat dua itu. Kemudian, ia perlahan menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana itu merupakan kamar apartemennya.

Neji hanya menatap datar sebuah tas yang masih terlantar di tangga apartemen. Ia benar-benar heran dengan pemilik tas ini. Bisa-bisanya ada orang yang meninggalkan tasnya di tangga seperti ini? Padahal buku pelajaran ada di dalam tas ini.

Neji kemudian mengambil tas itu. Namun, resleting tas tersebut terbuka dan sebuah buku catatan jatuh. Di cover buku itu tercoretkan sebuah nama yang lebih mirip dengan tanda tangan.

'画画 -Tenten' (dibaca: Hua-hua—Tenten, Hua-hua artinya menggambar)

Tentu saja Neji bisa membaca tulisan mandarin itu. Toh, dia pernah dilatih belajar bahasa mandarin.

Neji kemudian hendak membuka buku tersebut. Namun, ia baru ingat bahwa membuka benda pribadi orang adalah tidak sopan. Gara-gara ia menyukai Tenten, ia bahkan sampai lupa akan hal itu.

Rasa penasarannya mengalahkan akal sehatnya. Mungkin ia sudah dapat melihat 'gambaran' dalam buku tersebut jika saja suara seseorang tidak mengejutkannya.

"Neji? Kamu sedang apa?" tanya Shimizu yang baru datang. Neji sedikit tersentak. Namun, dengan cepat Neji memasukkan buku tersebut ke dalam tempatnya dan menutup resletingnya.

"Aku menemukan tas gadis itu. Dia gila. Aku baru tahu ada siswa yang bisa lupa dengan tasnya," ujar Neji.

Shimizu hanya terkekeh dan kembali berjalan menaiki tangga. Namun, sebelum berhasil sampai di lantai dua. Sudah terdengar gedoran pintu yang cukup berisik dan membuat beberapa orang di dalam apartemen keluar.

"NEJI! KELUAR! AKU MOHON!" teriak Tenten sambil menggedor pintu kamar Neji. Neji yang baru sampai di lantai dua hanya menghela napas sabar. Bagaimana gadis itu bisa lupa kalau Neji pergi tadi.

Dan mengapa Tenten masih memakai seragamnya? Neji sudah menduga bahwa Tenten belum mandi sama sekali. Padahal Tenten sampai di apartemen pukul empat sore dan setelah dua jam ia masih belum mandi? Yang benar saja.

Shimizu kemudian bertanya, "Ada apa, Ten? Jangan mengusik tetanggamu yang lain! Cukup Neji saja."

Tawa Shimizu membuat Tenten menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian saat melihat Neji. Tenten langsung kembali panik.

"Neji! Neji! Bantu aku! Aku rasa ada pencuri di apartemen ini. Tas sekolahku hilang!!!" ujar Tenten histeris sambil mengguncang lengan Neji. Tenten kemudian berdiri tegak dan mulai berasumsi, "Jangan-jangan, dia tadi menghipnotisku sehingga aku tidak sadar?"

Neji kemudian dengan wajah datarnya menghampiri Tenten, dan menyodorkan tas berwarna hitam kepunyaan Tenten.

Tenten hanya melongo kemudian berteriak, "Bagaimana bisa ada padamu!!!!????"

Neji masih kecewa dengan Tenten atas perkataan Tenten tempo hari di kafe saat bersama Sakura.  Oleh karena itu, Neji memilih diam. Kejadian buruk! Sangat buruk! Walau hanya masalah sepele. Tetapi, perasaan Neji tidak sepele.

Flashback on>>>>>

Tampak seorang gadis berambut pink sedang duduk dengan canggung di kafe. Pasalnya di hadapannya ada sang pujaan hati.

"Ehm, sedang apa di sini?" tanya Sakura.

Neji hanya menatapnya datar dan sesekali melirik ponsel. Tertera jelas pukul dua lewat tiga puluh menit sore.

"Sedang menunggu teman. Kata Tenten, temanku yang dari Amerika mencari."

Sakura kemudian tersenyum canggung dan sesekali menyeruput ice bubble-nya. Kemudian, Neji bertanya, "Kau sendiri sedang apa?"

The Reason Of Love [Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang