Keesokan harinya...
Raesun terbangun dari tidurnya dan dia sudah tidak melihat Reffina lagi disampingnya.
Namun, Reffina sedang berdiri menatap jendela kamar sambil memandang suasana dari luar.
"Sebenarnya ada apa denganku ini? Kenapa aku tidak bisa menjadi normal sepertimu, Raesun?" -Reffina-
Raesun mendengarkan curahan hati Reffina kala itu.
"Seorang peri tentunya juga seorang manusia, bukan? Tapi kenapa aku tidak bisa menjadi seorang peri di duniamu ini? Kenapa?" -Reffina-
"Bahkan di tempat itu sekalipun. Bagiku aku benar-benar tidak berguna lagi. Padahal kemarin aku berhasil berubah menjadi seorang peri. Tapi sekarang, kenapa?" -Reffina-
"Jadi, itu yang selama ini kau pikirkan, Reffina?" -Raesun-
"Iya, dan itu sangat menggangguku akhir-akhir ini, Raesun." -Reffina-
Lalu, Raesun mengendong Reffina di pangkuannya sambil mengelus bulu halusnya.
"Aku sangat yakin kalau kau akan menemukan semua jawaban masalahmu ini, Reffina." -Raesun-
"Ya, kau benar. Tapi bagaimana jika aku tidak menemukan jalan keluar untuk masalahku ini?" -Reffina-
"Hey, tidak perlu berkata begitu, Reffina. Tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagipula yang lain juga akan membantumu." -Raesun-
"Kau tidak seharusnya berpikiran seperti itu, Reffina. Cobalah berpikir positif. Karena aku yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya." -Raesun-
"Benar... Terimakasih sudah mendengarkanku, Raesun. Meskipun aku terlihat tidak berguna untukmu." -Reffina-
"Reffina, kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Kau bahkan yang menyelamatkanku dan yang lainnya saat pertama kali kita bertemu itu." -Raesun-
"Bahkan kau juga yang telah memberikan semua kehebatan ini, Reffina. Selain itu, kau juga banyak membantu selama pertarungan." -Raesun-
"Aku dan yang lainnya sangat berterimakasih padamu, Reffina." -Raesun-
"Apa kau mengatakannya dengan bersungguh-sungguh?" -Reffina- *menatap ke arah raesun*
"Aku sangat bersungguh-sungguh mengatakannya, Reffina. Bahkan aku juga tidak ingin kau pergi." -Raesun-
Mendengar itu, Reffina mulai menitikkan air mata.
"Kau sungguh baik hati, Raesun. Aku benar-benar menghargai itu..." -Reffina-
"Ah, bagaimana kalau kita menyelesaikan masalah ini di Magical Castle? Siapa tahu saja para pemimpin klan itu bisa membantumu, Reffina." -Raesun-
"Menyelesaikannya dengan para pemimpin klan itu? Bagaimana jika-" -Reffina-
"Tenang saja, aku yakin mereka ingin membantumu menyelesaikan permasalahanmu ini." -Raesun-
"Hmm... Aku harus memikirkan itu dulu secara matang, Raesun." -Reffina-
"Aku hanya menyarankan saja padamu, Reffina." -Raesun-
"Saranmu sangat bagus. Tapi..." -Reffina-
"Kenapa?" -Raesun-
"Apakah para pemimpin klan itu akan menerimaku nantinya?" -Reffina-
"Ya, aku sangat yakin kalau mereka akan menerimamu dengan senang hati. Aku sangat yakin itu." -Raesun-
"Berbicara saja sangat mudah, Raesun. Tapi bagaimana cara membuktikannya?" -Reffina-
"Kau hanya perlu ke Magical Castle saja, Reffina." -Raesun-
Reffina hanya terdiam saja dengan raut wajah murungnya.
"Reffina, dengar. Memang berbicara itu sangat mudah tapi ini adalah satu-satunya cara menyelesaikan masalah." -Raesun-
"Maksudmu?" -Reffina-
"Kau harus melakukannya! Agar masalahmu cepat terselesaikan!" -Raesun-
"Melakukannya?" -Reffina-
"Iya, benar. Aku mengatakan semua tindakan yang harus kau lakukan untuk menyelesaikan masalahmu ini, Reffina." -Raesun-
"Raesun... Kau..." -Reffina-
"Aku mengatakan itu semua bersungguh-sungguh agar kau ingin melakukannya sehingga masalahmu cepat berakhir." -Raesun-
"Maaf jika aku mendesakmu, Reffina. Tapi aku yakin dengan begitu, masalahmu bisa terselesaikan." -Raesun-
"Aku bahkan tidak ingin melihat orang terdekatku seperti ini, Reffina." -Raesun-
Kini Raesun yang menangis karena dia mengatakan semua yang dirasakannya bersama Reffina.
"Kalau kau sedih, aku juga. Karena kita sahabat, Reffina." -Raesun-
"Aku tidak ingin melihatmu seperti ini. Oleh karena itu, aku ingin membantumu menyelesaikan masalahmu ini." -Raesun-
Melihat itu, Reffina juga menangis terharu karena Raesun sungguh menyayanginya bahkan dia juga ingin membantu menyelesaikan masalahnya.
"Kita akan bicarakan masalahmu ini dengan yang lainnya nanti. Berjanjilah untuk tidak berkata negatif lagi padaku." -Raesun-
"Iya, Raesun. Aku berjanji padamu." -Reffina-
Saat itu, Reffina memegang tangan Raesun dengan tangan kucingnya itu.
"*menghapus air matanya dengan kedua tangannya*" -Raesun-
"Aku sangat terharu bisa membagi perasaanku padamu, Raesun." -Reffina-
"Aku juga." -Raesun-
"Menurut penglihatanmu, aku adalah apa? Seorang peri atau seekor kucing?" -Reffina-
"Menurutku kau adalah seorang peri, Reffina. Seorang peri yang cantik dan menawan seperti cahaya rembulan." -Raesun-
"Benarkah?" -Reffina-
"Iya, benar. Seorang peri tentunya sangat cantik dan menawan, bukan? Itulah kau, Reffina." -Raesun-
"Kau benar. Aku adalah seorang peri yang cantik dan menawan yang seperti dikatakan olehmu." -Reffina-
"Tapi sebenarnya masih ada satu hal yang membuatku penasaran." -Raesun-
"Apa itu? Katakan saja." -Reffina-
"Tapi aku takut kalau ini akan menyakiti perasaanmu, Reffina." -Raesun-
"Tidak akan. Tanyakan saja, Raesun." -Reffina-
"Sebenarnya... Siapa yang mengubahmu menjadi seekor kucing calico?" -Raesun-
Mendengar Raesun bertanya seperti itu, Reffina mulai terdiam sesaat sambil mengingat sebuah kejadian yang menimpanya dulu.
"Akan kuceritakan nanti bersama dengan yang lainnya. Aku masih berusaha untuk mengingatnya." -Reffina-
"Belum waktunya ya? Tidak apa-apa, Reffina." -Raesun-
'Raesun benar-benar mengerti perasaanku saat ini. Aku sangat senang bersahabat dengannya. Betapa beruntungnya diriku.' -Reffina-
"Reffina?" -Raesun-
"Maaf, aku terlalu banyak memikirkan masalahku itu." -Reffina-
"Tak apa, Reffina. Bagaimana kalau sekarang kita sarapan pagi dibawah? Yang lainnya sudah menunggu." -Raesun-
"Kau duluan saja ke bawah, aku akan menyusul nanti." -Reffina-
"Ayolah, kalau kau seperti ini terus. Kau akan sakit nanti. Ayo sarapan pagi dulu. *mengendong Reffina dengan paksa*" -Raesun-
Reffina hanya bisa pasrah karena Raesun mengendongnya paksa untuk sarapan pagi di lantai bawah.
Lalu, Raesun langsung ke lantai bawah untuk sarapan pagi sambil mengendong Reffina.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM HEARTS [END]
Fanfiction⚠️[SEQUEL DARI PHANTOM THIEVES]⚠️ setelah menyelesaikan pertarungan melawan ketujuh penyihir jahat itu, mereka tidak berhenti sampai disana. masih banyak orang yang harus diubah hatinya menjadi lebih baik lagi. akankah mereka berhasil melakukannya ?