Kamu tahu?
Kurasa, mereka benar soal naluri alamiah manusia untuk menyelamatkan diri.
Ketika dirimu merasa terancam atau berada di ambang kematian, tubuhmu akan secara spontan berusaha mencari pertolongan.
Meski awalnya kamu sendiri-lah yang dengan sengaja mendekati kematian itu.
Aku mengalaminya. Sepertinya, tubuhku mulai memberontak mencari pertolongan. Tapi sekarang, sudah terlambat, kan?
Kamu tahu?
Aku merasa deja vu.
Ini seperti beberapa hari lalu. Di siang hari yang kosong itu. Ketika aku sibuk memikirkan soal menghilang dari dunia, kemudian kamu datang begitu saja. Memberiku kepercayaan, bahwa mungkin aku harus bertahan hidup untuk satu hari laㅡ
Ah.
Getar ponsel itu.
Ini benar-benar deja vu, ya?
Namamu sekali lagi muncul di layar ponselku, di saat seperti ini. Seperti waktu itu.
Kamu tahu? Aku merasakan dorongan untuk tertawa, atau tersenyum. Aku tidak tahu apakah aku berakhir melakukannya atau tidak. Kurasa saat ini, aku mulai kehilangan kendali atas tubuhku sendiri. Malam ini panas, ya? Atau mungkin, ini hanya aku?
Oh, dan kamu tahu?
Untuk beberapa masa dalam hidupku yang tidak berarti ini,
Aku selalu merasa kamu adalah hadiah terbaik dari Tuhan. Bahwa ternyata, Tuhan tidak membenciku sebanyak ituㅡDia masih berbaik hati mengirimkanmu ke hidupku. Tapi, apa itu masih menjadi hal penting saat ini?
Aku tidak tahu apakah ini rasa sakit atau rasa muak. Setelah seumur hidup merasakan sakit, seharusnya kini aku sudah terbiasa, kan?
Teleponmu belum berhenti. Aku harus bagaimana?
Aku ingin menjawabnyaㅡmendengar suaramu sekali lagi, mungkin kali ini, benar-benar untuk yang terakhir kali. Ah, apa aku mulai menyesali keputusanku mengakhiri?
Aku tidak mengerti.
Namamu di layar terasa menjadi hiburan terakhir bagiku. Di satu sisi, aku senang kamu akan menjadi nama terakhir yang kuingat,
Tapi, di sisi lain...
Seandainya kamu datang lebih cepat...
Tunggu, apa aku benar-benar mengharapkan itu?
Aku tidak tahu.
"Janji sama gue, jangan ngelukain ini lagi."
Kali ini, sepertinya bibirku benar-benar membentuk senyum kala mengingat suaramu. Kamu tenang saja, aku masih menjaga janji itu.
Aku berhenti melukai pergelangan tanganku sejak kamu membuatku berjanji.
Tapi, Fauzan,
Sepertinya kamu lupa,
Kalau cara mengakhiri hidup, bukan cuma itu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Satu Asa✔
General FictionUntuk setiap kebaikan hati yang tidak terhitung sampai hari ini, Terima kasih banyak. Kamu baik sekali. Kalau aku menyerah sekarang, Kamu tidak marah, kan? [t/w: suicide] ㅡAug, 2020.