♬ Moodmaker

1.6K 293 30
                                    

"Santai aja, Kak. Gue gak lagi nembak lo kok. Gak usah terlalu dipikirin ya."

Itu ucapan terakhir Rayhan selepas pertemuan mereka pekan lalu. Keisha bingung. Pikirannya benar-benar penuh. Disatu sisi ia ingin menyukai Brian namun disisi yang lain ia tak mungkin mengabaikan perasaan Rayhan—yang notabene adalah adiknya Brian—begitu saja.

Kei butuh pengalihan dari beban pikiran ini. Jadi saat Aira mengajaknya hangout hari Sabtu itu, tanpa tendeng aling-aling ia langsung setuju untuk bergabung.

Namun saat bertemu hari itu ia tampak cukup terkejut karena mendapati Brian juga ada disana.

"Kok lo disini?"

Aira menanggapi dengan kening bertaut, "Kan emang kak Brian yang ngajak, Kak. Gimana sih? Gue udah bilang perasaan?"

"O..oh.. Gitu ya haha..."

Lantas Kei merutuki dirinya sendiri yang tidak fokus saat Aira mengajaknya waktu itu.

"Wah tersinggung nih gua. Lo emang gak seneng ketemu gua pas weekend?" sela Brian.

Kei hanya tersenyum canggung. Ia bergegas mencari pengalihan dengan,

"Eh, laper gak? beli makan yuk?"

"Yuk!"

Dan berhasil, karena Aira langsung merespon dengan semangat. Kedua gadis itu lalu berjalan menuju kios jajanan sementara para pria mengikuti dibelakang.

Selagi menikmati street food yang dijajakan itu, mereka mulai berdiskusi tentang wahana mana yang akan dicoba setelah ini. Dan sebenarnya Kei tidak terlalu menyimak obrolan itu, karena ia lebih sibuk menghindari Brian yang kerap kali bertukar tatapan dengannya setiap detik.

Entah Brian memang menyadari bahwa Kei sedang menjaga jarak dengannya atau Ia hanya senang saja bermain dengan perasaan gadis itu. Kei juga tidak mengerti.

Dimenit selanjutnya keempat remaja itu sudah tenggelam dalam euforia tiap wahana permainan yang ada disana. Mulai dari bombomcar, poci-poci, viking sampai ke istana boneka.

Kei cukup berterimakasih dalam hati karena beban pikirannya sempat teralihkan berkat itu.

"Halilintar yuk?" ajak Aira sesaat setelah mereka keluar dari istana boneka.

"Wira pasti enggak mau nih," ledek Brian, memancing keributan.

"Ya udah yang cemen tinggal aja." sambut Aira.

Sebelah alisnya terangkat menunjuk Wira dengan pandangan meremehkan. Membuat Wira tertawa konyol.

"Siapa yang cemen?" balas Wira merasa tertantang, "Ayok."

"Wah jangan Wir. Ntar lo pingsan nyusahin."

Jawaban Brian segera dihadiahi dengan tendangan ditulang keringnya oleh oknum Wiradi. Brian serta merta mengaduh sembari memegang kakinya sendiri.

"SAKIT ANJ—"

"Mulut!"

Kei spontan menepuk pelan bibir Brian untuk menghentikan ucapannya. Semakin mengenal Brian, Kei jadi sudah paham kebiasaan jelek lelaki itu. Untuk kali ini Brian terpaksa mengulum bibirnya, menahan umpatan yang ingin terlontar.

"Jadi ikut semua nih?" tanya Aira.

Wira mengangguk yakin. Baru saja Brian mau mengangguk juga, Kei lebih dulu berujar,

"Gue enggak deh, Ra. Hehe sorry ya. Gue takut naik yang ginian."

"Lo gak takut sama setan tapi takut naik roller coaster?" sangsi Brian.

[✔️] Soundtrack : ResoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang