10. Rooftop

0 0 0
                                    

Gila.. gila.. gila.. bener-bener gila satu hari aja gue berangkat bareng Si Songong murid-murid udah pada gosipin gue yang nggak-nggak, gimana kalo tiap hari coba?,emang tuh anak suka bikin gara-gara bikin mood gue makin ancur aja". Gumam V disepanjang jalan koridor sekolah.

Siswa siswi yang melihatnya pun merasa aneh dengan sifat V yang seperti orang gila karena berbicara sendiri. V yang notabene nya gak perduli dia biasa aja dengan pandangan siswa siswi yang berbisik-bisik bergosip tentangnya.

Tak terasa telah berjalan cukup jauh dari toilet V sudah menginjakan kakinya dikantin sekolah yang sedang ramai oleh siswa siswi SMA Fand.

Terlihat keempat temannya sudah berada dimeja yang berdekatan dengan meja geng Pio, V pun bergegas menuju tempat mereka.

"Ngapain duduk sini?". Tanya V to the poin setelah sesampainya ditemannya.

"Lah emang ngapa?". Ferren justru balik tanya ke V,

V berdecak sebal, memang temannya ini gak pekaan.

"Ck, Lo liat tuh". Tunjuk V dengan dagunya karena takut si orang yang ditunjuk tau kalo dia membicarakannya.

"Apa dah cuma kak Pio doang kok sama gengnya, Meraka gak gigit kali V, udah tenang aja, lagian lumayanlah buat cuci mata,liat noh gengnya kak Pio cakep-cakep udah kaya oppa-oppa korea". Balas Ferren melihat kearah segerombolan geng Pio.

"Bukan gitu, gue enek aja liat mukanya berasa pengen nampol tuh muka yang sok ganteng". Balas V dengan terpaksa ikut duduk disamping Ferren.

"Yaelah V bukannya pengen nampol tapi lo pengen cipok kan, udah ngaku aja Lo, tadi aja berangkat bareng sekarang so soan pengen nampol lah"
Celetuk Xylum dengan watadosnya.

"Cipok- cipok, cium popok!!, Yang ada nanti malah gue tenggelamin disungai  Amazon biar mampus sekalian"
Sarkas V.

Teman-temanya hanya begidig ngeri mendengar V berbicara seperti itu.

"Sadis". Ujar Vivo.

Dilain meja Pio yang memperhatikan V sedang berbicara dengan teman-temanya itu, lantas ide berikan muncul begitu saja diotaknya.

"Gue ada urusan bentar, nih uang buat bayar mie ayam gue". Ujar Pio lalu meletakan uang seratus ribuan dimeja, "Sekalian bayar punya Lo pada". Lanjutnya.

"Emang nih si bos paling pengertian sama kita-kita". Celetuk Ahza lalu mengambil uang yang diberikan oleh Pio. " Sisanya gue ambil bolehkan bos, lumayan buat beli permen kaki". Lanjutnya.

"Ambil aja gue gak butuh recehan,lagian Lo kaya orang susah aja". Sombongnya.

"Lo gak liat muka si Ahza, emang muka-muka susah dia Yo". Celetuk Adolfo yang ikut nimbrung.

"Lo gak liat muka si Ado, muka-muka mesum". Balas Ahza tak mau kalah.

Teman-temannya pun hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ahza yang seperti orang kurang asupan duit dan gak mau kalah pula.

"Udah ya gue cabut,rese kalo ngomong sama orang susah, bye". Ujar Pio lalu bergegas pergi dari hadapan teman-temannya.

****

Sudah sekitar 10menit Pio menunggu V keluar dari kantin namun gadis itu belum juga menampakkan batang hidungnya, Pio sudah mulai geram, sedang apa sebenarnya gadis itu, padahal saat dia lihat dikantin tadi mereka sudah selesai makan namun kini mereka belum juga keluar dari kantin. Ah, atau mungkin kebiasaan seorang gadis sehabis makan pasti mereka akan bergosip terlebih dahulu, apa semua gadis melakukannya, sudahlah tidak ada gunanya juga dia memikirkan itu, toh yang terpenting dia harus segera bertemu dengan cewek mesum itu, begitulah dia.

Setelah bergelut dengan pikirannya Pio melihat kelima gadis yang notabenenya gadis yang ia tunggu dari tadi akhirnya muncul juga walaupun yang ia tunggu hanya satu orang saja bukan kelimanya.

Gadis itu berjalan melewati Pio begitu saja, tanpa meliriknya mereka malah asik berceloteh  dan tidak meperdulikannya, sungguh malang nasib Pio yang tidak diperdulikan.

Pio yang sudah geram dengan gadis itu pun menarik lengan gadis itu secara paksa, hampir saja gadis itu terjatuh karena Pio menariknya dengan sangat kencang, dia tidak tahu apa jika muka ganteng Pio itu tidak bisa dianggurkan lama-lama takutnya malah makin ganteng, kan Pio sendiri yang ribet kalo penggemarnya malah semakin banyak, bisa-bisa dikroyok ibu-ibu kompleks.

"Apaan si lo, tarik-tarik tangan gue?". Tanya gadis itu tak lain adalah V.

Teman-temannya langsung menoleh menatap kearah V dan Pio yang tadi menarik lengan V.

"Lo pikir kenapa gue narik lo". Balas Pio tak mau kalah.

"Ya mana gue tau". Ujarnya.

"Sini Lo ikut gue". Pio kembali menarik lengan V secara paksa.

"Gue gak mau, gue mau masuk kelas, Lo gak denger tadi bel bunyi, Lo tuli apa?". Kesalnya. Lalu berniat melepaskan cekalan lengan Pio pada lengannya.

"Bodoamat". Balasnya lalu menatap keempat gadis yang masih setia berdiri melihatnya berdebat." Eh buat Lo, Lo pada bilangin keguru yang ngajar nanti si Jamur lagi disuruh bersihin toilet, udah sana pergi". Lanjut Pio lalu segera pergi dari hadapan teman-temannya V tak lupa juga dia menyeret V untuk mengikutinya.

****

"Kenapa bawa gue kesini?". Tanya V.

Mereka berdua kini memang sedang berada di rooftop, sesampainya disana V langsung menghempaskan tangan Pio dari cekalan tangannya.

"Kepo lu kaya Dora". Balas Pio

V geram, lalu untuk apa cowok dihadapannya ini mengajaknya kemari jika dirinya saja  tidak diberi tahu apa yang akan Si Songong lakukan padanya.

"Yaudah gue pergi".

V berniat ingin pergi dari tempat ini namun kalah cepat dengan Pio dia sudah lebih dulu mengunci pintunya. Dan lihatlah seringaian diwajahnya itu membuatnya semakin kesal.

V berdecak sebal, serasa ingin memakan manusia dihadapannya ini. "Mau Lo apa sih?,heran gue ganggu hidup gue Mulu, duka Lo sama gue?".
Tanya V.

"Idih pede banget lo, ngapain gue suka sama Lo, apa yang mau gue suka juga dari Lo, tepos gitu, kelakuan kaya preman, gak level ya cowok ganteng kaya gue suka sama cewek mesum kaya Lo". Balasnya panjang lebar.

"Ya terus mau apa Lo bawa gue kesini Tuan yang ngakunya ganteng tapi nyatanya gak ganteng sama sekali".

"Nah itu-tu, Lo harus nya lebih sopan dikit sama gue, gue itu kakak kelas Lo sekaligus majikan lo".

"Lo bukan orang tua gue ya, jadi stop ngatur-ngatur". Emosi itulah yang V rasakan saat ini, memang berdebat dengan cowok dihadapannya itu memerlukan kesabaran yang exstra jiga tidak mau kalah.

"Siapa juga yang mau ngatur-ngatur Lo, gue juga memperingatkan sebagai majikan dan kakak kelas, satu lagi gue ganteng dari lahir gak ada tuh gue ngaku-ngaku so ganteng karena emang kenyataannya gue itu ganteng dan Lo gak bisa ngelak lagi".

Terserah hanya itulah kata yang pantas untuk ia katakan padanya percuma berdebat dengan dia tidak akan pernah mau mengalah darinya.

V menghela napas lalu berkata dengan sangat-sangat lembut. " Jadi kak Pio yang sekarang menjadi majikan gue, mau apa?". Ujarnya diakhiri dengan senyum paksa.

Terlihat Pio tersenyum, bukan terlihat seperti senyuman tapi seringaian

"Gue mau Lo ".

*****

Akhirnya setelah sekian lama tidak update.

Jangan lupa vote & Komentar guys.










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang