5 | hilang

1 1 0
                                    

"Halo, selamat pagi pak," ayah mendapat telepon saat sedang menikmati secangkir teh.

"Ya, ada apa?"

"maaf pak mengganggu sepagi ini, apa kemarin ada teman bapak yang meminjam uang ke perusahaan kita?" Sekretaris ayah ternyata yang menelepon.

"Ya,"

"Saya menghubungi bapak terlebih dahulu sebelum menyerahkan cek pada teman bapak. Dia sekarang ada disini, ingin meminjam uang cukup banyak,"

"Berapa?"

"Lima puluh juta. Pak," ayah sedikit tersedak mendengarnya. Ayah menimbang-nimbang, tak ingin rasanya meminjamkan uang sebesar itu, tapi apa boleh buat. Teman masa kecilnya yang meminjam uang sebesar itu. Dulu saat dia susah, teman masa kecilnya ini yang membantu dirinya hingga seperti saat ini.

"Tunggu sebentar," ayah mematikan teleponnya.

"Bunda, ingat dengan Sucipto? Teman kecil ayah. Dia yang meminjamkan kita uang saat ekonomi keluarga kita surut?"

Bunda mengangguk, "Kenapa?"

"Kali ini dia meminjam uang pada kita cukup besar, gimana?" bunda terdiam, suasana meja makan hening. Hanya terdengar suara Kessie yang sedang mengoceh sendirian. Tak lama bunda mengangguk.

"Dulu waktu kita di masa sulit, dia sudah bantu kita, sekarang gantian kita harus bantu dia dan positif thinking aja yah. Mungkin anaknya mau operasi dan biayanya sampai segitu,"

Tak lama ayah kembali menghubungi sekretarisnya.

"Halo pak, bagaimana?" ayah baru ingin membuka mulut, Sekertaris itu lebih dulu bicara.

"Berikan," ucap ayah mantap, meski masih agak ragu sedikit.

"Baik, maaf mengganggu waktunya, selamat pagi," telepon ditutup, ayah kembali menikmati tehnya, sebentar lagi ia bersiap-siap ke kantor. Aku berangkat lebih pagi, aku aka menjemput Selly. Hari ini sopir pribadinya sakit, tak ada yang menggantikan.

"Selly, Selly..." aku memanggil Selly berkali-kali, belum ada tanggapan. Tak lama pintu dibuka, Selly keluar dengan terburu-buru, mulutnya penuh dengan roti. Sepertinya ia telat, batinku.

"Sorry Ren, gue kesiangan," Aku mengangguk, menyalakan mesin motor dan langsunhg tancap gas.


Hari-hariku di sekolah seperti biasa, tak ada yang spesial. Aku bukan gadis SMA yang memiliki kisah cinta menarik. Hidupku lebih dikelilingi dengan buku. Tapi aku bukan manusia kutu buku yang biasa di ceritakan di wattpad. Temanku banyak, tapi Selly teman baikku sejak pindah ke Jakarta, terlebih ketika tau kalau kami satu perumahan.


Baru meletakkan tas di atas meja, Vero ketua kelas memanggilku.

"Sel, lo dicariin sama bu Livia tuh!"

"Lagi?" Vero mengangguk. Aku heran, padahal jam pertama hari ini mata pelajaran Kimia, diajar oleh wali kelasku.

"Udah sana! Ditunggu di perpustakaan," Aku berlari secepat kilat, takut bu Livia menungguku seperti beberapa hari lalu. Kulihat bu Livia sedang berbincang dengan bu Sinta.



"Kareenina, kamu gak perlu ikut mata pelajaran seminggu ke depan, cukup bimbingan dengan Bu Sinta," Bu Livia membuka pembicaraan.Aku mengangguk, nurut dengan aa yang diminta.



"Mulai sekarang kamu cukup fokus belajar biologi, harus banyak istirahat juga ya! Jangan belajar hingga larut malam, nanti sakit saya yang repot," Bu Sinta menambahkan.



Sepanjang hari ini, aku sudah fokus pada pelajaran biologi. Tak menyentuh buku pelajaran lain. Besok gak usahlah bawa buku pelajaran lain, aku membatin seakan tak terima membawa buku banyak hari ini.


°°°



Sore ini, ayah menerima telepon lagi dari sekretarisnya, setelah dua hari lalu di telepon sebab temannya ingin meminjam uang. Lalu sekarang apalagi?

Wajah ayah merah padam, menandakan ada yang tidak beres di perusahaannya. Salah satu staff kantornya mengambil dokumen penting milik perusahaan, lalu menjualnya. Hal itu diketahui satpam setelah mengecek cctv karena melihat brankas di ruang ayah terbuka. Isinya kosong, semuanya diambil. Staff kantornya menghilang tanpa jejak, saat dilacak tak ditemukan hasilnya. Ayah amat marah, kesal, kecewa. Ayah bercerita sambil kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kareenina [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang