2|Jumpa

12 2 0
                                    

Lagi-lagi ada sebuah kotak tergeletak di depan kamar. Aku mengetahui hal itu tadi pagi saat berniat menghirup udara segar di balkon. Namun urung dilakukan karena menemukan kotak ini. Akhirnya kotak itu kubawa masuk ke dalam.

"Sel, liat deh ada kotak lagi," aku berteriak memanggil Selly, ia sedang di kamar mandi tadi.

"Apaa... eh?" Kepala Selly masih dibungkus dengan handuk, omongannya terhenti melihat apa yang baru saja dilihatnya. Ekspresi wajahnya terlihat tidak merasa yakin.

"Gue nemu ini di depan pintu tadi," meyakinkan Selly bahwa ini bukan mimpi.

Kali ini ada sebuah puisi tertulis di dalam amplop coklat.

Semesta gelap gulita

Yang rindu tak henti rindu

Indah dengar musik nan syahdu

Ramai manusia menunggu

Anggap aku seperti itu

Menantimu dalam ramai

Hati penuh sendu pilu

Terdapat pula sebuah album biru berisikan foto keramaian Yogyakarta di malam hari, Malioboro yang indah nan ramai namun tenang. Pasar Beringharjo yang penuh dengan jajanan kuliner menggoda. Apa lagi maksud pengirim padaku?

Entah banyak hal yang kupikirkan berkecamuk dalam otak. Selly mengajakku keluar lagi.

Memanfaatkan sisa waktu yang ada. Selepas isya nanti aku kembali ke Jakarta, padahal masih banyak tempat yang ingin dikunjungi.
kembali berkeliling Yogyakarta dan menikmati sarapan di Pasar Beringharjo seperti kemarin, tapi ada yang berbeda hari ini. Sekelebat bayangan mengikuti, aneh sekali sikapnya. Sedari tadi sosok berjaket Maroon mengikutiku.

Memperhatikan gerak-gerikku. Membuat aku tak berani jauh-jauh dari Selly.

"Sel, kita balik ke hotel dulu yuk, gue capek," berkali-kali membujuk Selly, ia bersikeras menolak, masih tetap ingin menikmati jajanan pasar. Saat sedang menunggu ketoprak pesanan, Selly tiba-tiba izin pergi ke toilet, sesosok berjaket Maroon itu mendekatiku. Aku yang sedang duduk sontak berdiri.

"Halo, apa kabar?" Suara yang aku amat sangat ingat, walau sudah bertahun-tahun berpisah. Ternyata sosok yang sedari tadi mengikuti bukan orang asing. Melainkan dia yang pernah dekat, bersahabat, hingga waktu yang membuat kami berpisah tanpakomunikasi bertahun-tahun. Rindu yang tertahan kuat.

"Apa kabar?" hanya itu ucapan yang sanggup keluar dari mulutku, ia tertawa. Tawanya masih sama seperti dulu, tak sedikitpun berubah.

"Sorry kalo bikin lo takut, gue cuma butuh waktu yang tepat buat temuin lo,"

Aku diam tak mengeluarkan sepatah katapun padanya. Tak ada kata yang mampu kuucapkan dihadapannya, serindu apapun.

"Gue cuma mau tau, gimana keadaan lo sekarang. Lo baik, semua yang pernah terjadi rasanya udah lo dekap erat. Bahkan kota ini masih tetap menjadi yang paling dicinta," Lanjutnya lagi karena tau aku takkan menjawab pertanyaannya.

Selly diujung lorong pasar terdiam, tak selangkahpun ia bergerak. Heran melihat aku dan sesosok berjaket maroon berdua. Tak ada kata sedikitpun dariku. Ada kesedihan yang tertahan.

Kareenina [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang