"Seketika bahagia ini pergi bersama luka yang amat berarti"
_____
Dengan langkah terburu buru seorang laki laki muda bekemaja putih memasuki Rumah sakit yang tampak sepi,hatinya berkecamuk tak jelas.
Rasa di antara bahagia dan Khawatir bercampur dalam dirinya,raut wajahnya tak jelas menuju meja Administrasi."Sus,pasien atas nama Diana Abdullah ruang berapa?"tanyanya nafas terenggah.
"Ruang D 36 pak"jawab suster dengan tenang nya,"terima kasih sus"ucap Asraf cepat dan langsung berlari kecil kembali,meninggalkan meja administrasi rumah sakit yang juga tampak sepi oleh kunjungan pasien.
Asraf terus menyusuri gang rumah sakit mencari ruang nomor istri tercinta nya berada dan juga sang ibu Ima Salma begitulah iya memanggil.
Namun langkah kakinya terhenti, saat seorang dokter wanita muda yang tak lain adalah teman Asraf. keluar dari ruang D 36 dengan raut muka yang tampak murung dan menuju kearahnya.
Jantung Asraf tiba tiba berdetak dengan kencang, khawatir nya semakin menjadi saja.
"Ris.."sapa lelaki berbrewok tipis itu.Risna menghembuskan nafas panjang, rasanya tak sanggup untuknya membalas sapa teman akrabnya itu yang penuh tanya dan mata Risnapun tampak berkaca kaca.
Bibirnya terasa berat untuk berucap,menyebut nama Asraf saja Risna tak mampu."Kak..."ucap nya berat dan tak sanggup lagi melanjutkan.Dengan langkah berat perempuan berhijab pasmina maroon itu pergi menjauh dari hadapan Asraf, dengan kesedihan yang semakin tampak.
Asraf mengerutkan alisnya heran, dadanya semakin bedegup saja, dengan perlahan di langkahkannya kaki menuju ruang D 36 yang pintu terlihat terbuka namun hening.
Seketika netra coklat Asraf berkaca kaca air matanya terasa hendak turun.Suara tangisan seorang bayi Membekukan langkahnya tepat di depan pintu ruang rawat.
"Anakku.."ucap lirih bhatinnya, hatinya terasa terkoyak saat melihat Diana cantiknya telah rapuh tertutup oleh kain putih,dan air mata ini tak tertahankan lagi.
Kaki seorang Asraf terasa beku untuk melangkah,dan air mata tak henti membasahi pipinya.sebahagian suster memilih keluar ruangan tak sanggup menyaksikan kesedihan yang amat menyakitkan itu.
Di bukanya kain putih yang menutupi wajah sang istri yang terlihat berseri, dengan masih memakai hijab pasmina hitamnya.
"Umi cantik"pujinya kepada Diana sambil mengecup kening wanita Cantik itu,ucapan Asraf begitu menyayat hati siapa saja yang mendengar termasuk Ima nya.dan tangis sang cucu di pelukannya semakin keras saja,teringat olehnya sang cucu belum di azankan oleh sang ayah.
"Nak,azankan put... "pinta Ima Asraf dengan berat pada anak tunggal nya itu,dengan hati yang tercabik cabik langsung saja Asraf mengambil sang putra di pelukan Ima Salma. senyum kecil terpancar dari wajah Asraf mencoba memberi semangat kepada imanya,dan lma pun membalas senyum putranya dan menghapus air mata yang terasa membakar pipinya.
Mulanya bibir Asraf terasa kaku untuk melantunkan azan berserta iqomat badannya terasa gemetar tak sanggup lagi berdiri,"Asha.. duanla..ilahailallah...."dengan merdu walau dengan terisak.
Susana berubah menjadi Sunyi ketika doa untuk sang anak selesai di bacakan Asraf,Air matanya kembali mengalir dan tak sengaja membasahi pipi putra kecilnya.
Ya... Allahku Roob yang maha sempurna, sesakit inikah ?..kebahagiaan yang kau berikan kepada keluarga kecil kami.
Jiwa kecil seorang Asraf terus meronta berteriak sakit,seluruh tubuhnya terasa mati tampa rasa. Cintaku kau telah pergi menjadi rindu.
Segera di serahkannya malaikat kecil yang begitu tenang tanpa suara tangis kepada Risna sang sahabat,untuk di bawa ke ruang inkubator.
Dunia terasa gelap bagi Asraf,ohh cahaya kau mendahuluiku rintih ini terus keluar dari jiwa yang terasa rapuh.
"Asraf..!"teriak Uma Salma,saat melihat putra nya yang kuat jatuh tak berdaya tak sadarkan diri.Asraf pingsan.
------
Rintihan embun terus turun membasahi Rerumputan yang tampak Amat hijau,tetesan embun yang sebesar krikil tampak jelas menemani ribuan kelopak bunga mawar yang masih segar.
Diana Abdullah binti Abdul Khaliq itulah nama yang tertulis jelas di nisan kayu berwarna putih bersih.para Ta'ziah satu persatu mulai meninggalkan area pemakaman.
Dengan masih menjongkokkan badannya tepat di makam sang Rindu,dengan perih Ima Salma memandang Asrafnya yang sedang terluka.
Embun terus membasahi rambut indah Asraf yang malah di rasanya seperti duri yang menusuk bhatin,tak di hiraukannya.Angin dingin yang berhembus kecil mengoreskan perasaannya di abaikan juga.
Terbesit cerita indah yang membuat nya tak bisa beranjak dari Rumah baru cintanya.
"Abi.., jangan gitu dong!! Umi Capek nih"ucap Diana dengan lembut sambil terus berusaha mengambil cadarnya yang berwarna hitam di tangan Asraf.
"Ayo,ngaku dulu"ancam Asraf sambil terus mengangkat tangan nya hingga membuat Diana yang tingginya hanya sedada bidang Asraf dan kesulitan mengapai cadar di tangan nya.
"Pokoknya Umi mau nya Ibnu bukan ibnat !!!!"jawab Diana cemberut dan membelakangi Asraf."Lah kok cemberut sih"tanya Asraf.
Diana tak peduli dan Asraf terus berusaha membujuk Diana dengan jutaan cara"Umi, jangan ngambek dong" ucap Asraf mencubit hidung mungil Diana.
Ahhh..terlalu sakit mengenang kisah manis tahun lalu,amat perih untuk di ingat hingga Asraf tersadar dari lamunan rindu nya."Asraf" panggil wanita bertubuh tambun itu sambil memegang bahu kanan Asraf.
Mengisyaratkan kepada Asraf agar mau pulang,asraf berdiri dari jongkok nya.Seluruh badannya masih terasa amat lemah.
"Cintaku yang pergi,kau telah jadi rindu"ucap jiwa nya dengan penuh sakit dan pahitnya sebuah kehilangan.--------
Malam makin larut saja,tetamu yang berta'ziah kerumah Abdullah sudah mulai pulang.Setelah mengkhatamkan bacaan Al Quran, Asraf merapikan al Quran yang tampak berantakan di atas meja.
Lagi lagi Asraf terkenang kembali akan rindu yang tenggelamkan dirinya dalam dunia yang begitu indah.
Di kamar Ima Salma berusaha menenangkan sang cucu yang terusan menangis،
Tangisan sang putra membuat Asraf yang tegarpun merasa lemah,"masih rewel juga ya ma?tanya nya kepada Ima Salma.
Dengan nada suara terasa lelah Ima menjawab"mmmh iya,masih ndak mau diam".menghela panjang nafasnya dengan pelan.
"Ohh,sayang ayo diam"bujuk sang nenek berharap bayi mungil itu akan berhenti menagis.namun percuma bahkan makin keras tangisannya.
Ya Robb amat perih kisah ini, mata indah seorang Asraf tampak bening.Yaa... Asraf harus kuat dan Ridho,ini ketetapan terbaik dari sang pemberi taqdir.
Asraf mencoba mengambil alih membujuk malaikat mungilnya,dan mencoba menenangkannya sambil membaca beberapa ayat surah Al Baqarah.
Hingga putranya tenang dan terlelap tidur dalam dekap sang abi yang penuh hangat kasih sayang,senyum kecil terbentuk dari bibir Ima Salma.
Dan Hanya air bening yang bisa mewakili luka seorang Asraf bin Ali Abdullah,dibiarkannya air bening itu mengalir di pipinya yang serasa mencabik kulitnya.
"Ummi,kami rindu"ungkap Asraf terluka.
Continue...
"Insya Allah"
"Maaf ya... Jika banyak tulisan yang Typo"😔😔
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Karna Cinta
EspiritualKehilangan Seorang Diana Khalik untuk selamanya,membuat Asraf Abdullah menutup hatinya pada semua wanita dan juga sikapnya juga berubah dingin pada siapapun. Hanya Sahil Abdullah lah yang sanggup mengobati lukanya, putra semata Wayangnya dengan D...