Semenjak hari itu, kita menjadi jauh— semakin jauh bahkan seperti menghilang dari bumi. Kita memang masih sama-sama diberi kesempatan untuk hidup, bernafas, makan dengan layak, dan menjalani hari yang sering kali membuat kepala sakit atau sebaliknya.
Namun, kamu lupa satu hal; kamu melupakanku. Selalu lupa jika ada aku disini yang benar-benar selalu memikirkanmu. Setiap saat.
Seperti; kamu sedang apa? Hari ini bahagia atau tidak? Jika bahagia apa yang membuatmu tersenyum senang? Jika tidak, apakah mungkin karena kamu rindu aku juga— ah, cukup. Tentu kamu tidak akan seperti itu. Imajinasiku buruk sekali.
Min Yoongi?
Namamu jelas sekali masih selalu ada di dalam isi kepalaku selama setahun lebih kita tak pernah bertemu kembali. Makan atau mengobrol seperti dulu lagi. Merasakan bahagia yang hanya kita yang bisa merasakannya.
Min Yoongi?
Kamu tahu tidak? Disini aku sedang berpura-pura untuk tidak menyukaimu lagi. Berpura-pura bahwa aku tidak mau berharap yang tidak pasti. Aku sudah sangat muak dengan segala isi hatiku yang selalu menebak-nebak apa kamu menyukaiku atau bahkan tidak pernah sama sekali.
Jika memang tidak, aku mengerti, tapi tidak sepenuhnya. Tidak suka bukan berarti 100% tidak suka sama sekali, kan? Karena sebelumnya pun kita sering bertemu, kamu menghabiskan banyak uang untuk membelikanku banyak makanan, menonton atau hanya sekedar jalan-jalan dengan motor maticmu yang tentu harus diisi bahan bakar yang tak sedikit biayanya.
Jadi, jika kamu bilang tidak. Aku ingin sedikit percaya diri, lalu selama ini yang kamu lakukan itu untuk apa? Mempermainkanku? Sebatas teman penghibur? Mengisi hari luangmu? Atau menghamburkan uang yang jelas-jelas masih dari orang tuamu?
Kamu tentu tidak seperti itu kan, Yoon?
Kamu tentu tidak akan berbuat seperti itu jika tidak ada perasaan sama sekali, kan?
Kamu berbohong kan jika kita cukup jadi teman— atau, sahabat selamanya denganku?
Tolong, katakan dengan jelas di depanku jika semua yang kamu lakukan bahkan ucapkan itu hanya sandiwara karena kamu malu mengungkapkan jika sebenarnya kita sama-sama saling mencintai?
Min Yoongi, malam ini aku harap kamu bisa mendengar keluh kesahku kepada Tuhan yang 99% hanya ada namamu saja. Aku tidak seberani itu untuk menceritakan ini semua dengan manusia lain— bukan karena tidak percaya, hanya sering kali aku muak dan bahkan kecewa jika jawaban mereka tidak sesuai ekspektasiku. Aku lebih percaya dengan Tuhan— sangat percaya agar seluruh doaku terkabul.
Dan, terakhir untuk malam ini, jika kita bertemu lagi mari saling berjabat tangan seperti dulu? Saling melempar senyuman malu dengan mata yang tak pernah bisa menatap lebih dari 5 detik, lalu kemudian tertawa dengan lelucon masing-masing?
Mari membuat hari yang tak terlupakan denganku sekali saja agar setidaknya kamu memiliki hari yang indah denganku meskipun memang kamu benar-benar tidak pernah menyukaiku?
Min Yoongi, mari kita memulainya perlahan demi perlahan agar semua yang kita habiskan tidak terlupakan begitu saja.
Mari kita membuat sebuah rumah yang hangat meskipun tanpa penghuni sekalipun.
Karena, aku yakin, suatu saat nanti kamu akan mencariku kembali— entah sebagai penghuni atau bahkan tamu.
[]
/nulis ff ini jujur frustasi sendiri karena kisah ini beneran 90% dari kisah cinta yang entah nggak tahu gimana ujungnya!
Pun ini juga chapter baru sebelum aku unpub, dulu sempat unpub karena kisah kita ambyar hahahaha
berani publish ini lagi karena aku yakin, sebagian yang baca ini pasti pernah merasakan hal yang sama.
Dicintai tanpa bisa memiliki! Atau bahkan merasa di sukai, tapi enggak pernah ada kejelasan ><
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Love is (not) over.
Fanfic[COMPLETED] [Min Yoongi version 2] "Ini untuk sahabatku- Min Yoongi." ©Nandd_ , 2019.