Sungguh, aku tidak mengerti perasaanmu. Aku tidak cukup pandai membaca semua isi di dalam kepalamu. Aku benar-benar tidak mengerti— sebenarnya, kita ini sedang memperjuangkan apa?Kamu seringkali berkata, "kamu temanku, kan?"
Aku mengangguk, meskipun rasanya berat.
"Mau lebih nggak?"
Aku tersenyum penuh arti, "lebih dari sekedar teman maksudmu?"
"Iya," katamu yang ikut tersenyum kala itu, "sahabatan sama aku, yuk? Aku bisa beri jaminan kebahagiaan!"
"Berapa lama?"
"Selama kita belum ada ikatan sama orang lain. Kamu masih sendiri, dan aku juga sendiri."
Gila.
Min Yoongi memang super gila.
Waktu itu yang kamu tawarkan benar-benar membuat kepalaku berdenyut-denyut. Bukan, bukan itu yang aku mau Min Yoongi.
Yang aku mau itu;
Menjadi kekasihmu.
Iya.
Hanya itu yang aku mau saat itu.
Namun, aku rasa kamu tidak pernah memikirkan tentang kita. Kamu memang menggunakan hati untuk pertemanan kita yang kembali berstatus aktif ini. Tapi, untuk urusan perasaan cenderung ke rasa ingin memiliki; kurasa kamu benar-benar tidak peduli.
"Kenapa kok mukanya gitu? Nggak mau, ya?" tanyamu, saat melihat raut wajahku yang mulai berubah sedih.
"Bukan—"
"Oh, aku tahu! Pasti kamu pengen—" aku mulai panik saat kamu bilang tahu apa yang sebenarnya aku mau.
"Kamu pasti mau aku kasih jaminan bahagia seumur hidup, kan?"
Wow!
Seumur hidup?
Kalimatmu itu ambigu sekali, Yoongi.
Jika seperti itu, aku jadi semakin percaya diri bahwa sebenarnya kamu juga ada rasa.
"Nahkan benar tebakanku, mukamu langsung cerah lagi tuh! Isssh dasar!" kamu malah mengacak rambutku— aku terkesiap lagi saat itu, aku seperti lupa cara bernapas, aku langsung hilang arah melihat senyum manismu yang tepat ada di depanku dengan segala tingkahmu itu.
"O-oh emang bisa ya temenan sampai seumur hidup kayak gitu?"
"Bisa aja! Nanti kalau kita sama-sama udah nikah, kita tetanggaan aja biar anak-anak kita bisa temenan deket!"
Aku lalu tersenyum dan mengangguk setuju. Berdiri dari dudukku, berpamitan untuk pergi ke toilet sebentar— padahal jelas, kakiku rasanya berat untuk berjalan, aku benar-benar paham arah pembicaraanmu kala itu.
Oke.
Itu sama saja kamu menyuruhku untuk mundur pelan-pelan. Sepertinya dari awal, tawaranmu itu memang sengaja untuk menjebakku, sengaja untuk memasukanku ke dalam perangkap sadismu agar kamu bisa menjelaskan tentang hubungan kita tanpa menyakitiku.
Baik, Min Yoongi.
Aku sekarang telah paham tentang kita.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Love is (not) over.
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [Min Yoongi version 2] "Ini untuk sahabatku- Min Yoongi." ©Nandd_ , 2019.