★ 4 - 𝘙𝘰𝘶𝘨𝘦

18 9 6
                                    

Playing : On My Way - Alan Walker, Sabrina Carpenter & Farruko

(maaf, saya Pecinta Lagu Barat)

.

Aku yakin ini bukan debaran cinta"

Rhee,-

'Entah apa maksudku nulis kayak beginian di bukuku dan bodohnya aku sekarang berada di Halte' Batin Rhea. Rhea sekarang berada di Halte bus yang tidak jauh dari sekolahnya. Di temani sang buku kesayangan yang setia menemaninya curhat. Hari beranjak sore, tetapi jemputannya belum juga datang. Sial. Rhea harus menunggu lebih lama. Sang abang memang sial!.

'Srek!'

'Srek!'

Tiba-tiba saja ada suara yang mencurigakan didekat sini. Sepertinya suara itu dekat dengan semak-semak. Rhea menghindar dan mengemas bukunya kalau-kalau itu adalah penjahat yang ingin menculiknya.

"Haaah!" Keluh orang yang bersembunyi di semak-semak tadi. Orangnya keluar!.

"Eh? Kakak? Ngapain kakak disitu tadi? Kukira penculik loh." Cerocos Rhea yang sok kenal. "Gue main hide and seek sama temen-temen gue. Lo tahu permainan kek gitu kan?" Jawabnya sambil bertanya balik.

"Kakak kok main kayak gitu?"

"Lah? Emang kenapa? Gue ya juga manusia!" Jawabnya ketus sambil memalingkan wajah. Malu.

"Oh iya sih, Nih kak, mungkin aja kakak haus gitu." Tawar Rhea dengan menyodorkan air minum. 'Ternyata cowok se-cool kak Elvan bisa seimut ini' Batin Rhea sambil cengar-cengir tak jelas.

"Makasih" Ucapnya sambil mengambil botol air minum yang sisanya tinggal setengah, setengahnya telah diminum oleh pemiliknya. "Usap dulu tuh tutup botolnya," Ucapnya lanjut setelah tutupnya dibuka. "Gue ogah kalo minum bekas bibir lo." Sambung Elvan menyulurkan botol untuk diusap.

"Oh," Rhea mengambil botol tanpa tutup itu dan meng-usapnya ke kerudungnya. 'Jorok amat nih anak!' Batin Elvan dengan memandang Rhea jijik. 

"Lo kok jorok banget sih? Gak ada tisu gitu?" Sindir Elvan ketus. 

"Nggak ada kak, Ini aja terpaksa." Ucapnya sambil terus membersihkan botolnya.

"Penampilan lo beda banget dah!"

"Iya kak, aku kan berani berubah. Struggling to change!" Ujar Rhea semangat. Sambil menyerahkan botol kepada Elvan. "Nih,"

"Kalo minum duduk kak!" Tegur Rhea yang risih sendiri karena Kakak kelasnya itu minum nggak sambil duduk. "Btw kak, kita kayak Beauty and the Beast nggak sih? Aku yang jelek dan kakak yang Tampan rupawan." Ucap Rhea ngelantur tak karuan.

"Lo nggak boleh nge-judge diri lo sendiri." Peringat Elvan sembari duduk di samping Rhea. "Lo tuh, harus bangga dengan apa yang lo punya. Meskipiun menurut lo itu kurang, tapi menurut Allah itu udah sempurna. Contohnya, Allah ngasih mulut lo kecil. Itu menurut Allah sempurna, karena pas sama wajah lo. Coba kalo Allah ngasih mulut lo lebar kaya joker, ya pasti nggak cocok lah, Dodol!" Ceramah Elvan panjang lebar. 

Sementara Rhea, mulai melamun. Menatap kosong jalanan yang lengang. "Kakak ngingetin aku sama masa laluku. Dulu ada anak yang datangin aku. Sekitar aku berumur 9 tahunan-lah,  terus nyeramahin aku kaya yang kakak lakukan. Hingga aku sadar." Ucap Rhea. 

Tia-tiba, Punggung Elvan menegang seketika. "Kenapa kak?" Tanya Rhea, ia takut kalau-kalau ceritanya mengganggu Elvan.

"Ah! Nggak papa kok." Ucapnya sambil tersenyum setengah meringis. "Kenapa sih kak?" Tanya lagi ke Rhea. 

𝑪𝒐𝒍𝒐𝒓𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang