Malam menggelap. Sunyi membisu. Angin memutar arah. Orang-orang menutup mata.
"Lepas!"
Tubuh-tubuh gempal menyeret tanpa ragu.
"Lepas, Bangsat!"
Tangan-tangan kekar mencengkeram hingga biru.
"Brengsek! Gue bilang lepas!"
Diksa mengerahkan seluruh kekuatannya demi bisa terlepas dari dua pria asing yang mengunci pergerakannya. Menendang asal sekitarnya dengan harapan mengenai salah satu dari dua orang yang dia yakini sebagai suruhan sang ayah.
Penglihatannya sengaja ditutup dengan kain hitam. Membuat Diksa frustasi dan berulang kali mengumpat kasar.
"Gue tahu lo semua suruhan bokap gue! Anjing!"
Seakan tuli, tidak ada satu pun dari orang-orang itu yang menanggapi protes Diksa. Mereka terus menyeret pemuda bersurai gelap itu. Membawanya entah ke mana.
Diksa kembali mengumpat ketika tubuhnya terdorong kasar hingga hampir terjerembab. Dengan marah ia menarik lepas penutup mata yang menghalangi penglihatannya. Sesaat pandangannya terasa kabur, tapi dengan cepat dia menyadari tidak seharusnya dia berada di tempat seperti ini.
"Ini di mana, Anjing?"
Sekeliling begitu gelap bahkan tanah yang dipijak terasa kasar tidak bersahabat.
Tidak. Tidak mungkin ayahnya membuangnya, kan? Bagaimana pun Diksa tetap seorang anak bagi ayahnya. Orang tua mana yang sampai membuang anaknya seperti ini?
Orang-orang suruhan ayahnya mulai terlihat menjauh. Diksa berlari mengejar. Namun saat menggapai salah satu diantaranya, tubuhnya kembali dihempas. Kali ini lebih kuat.
Pemuda itu tersungkur. Perih terasa di telapak tangannya yang menggesek permukaan tanah. Sialan! Siapa dia sampai bisa diperlakukan seperti ini?
Diksa memandang sekeliling yang gelap. Was-was. Tak lagi menemukan anak buah ayahnya, Diksa menyadari bahaya lain yang mengancam.
Di balik kegelapan Diksa menangkap sosok-sosok yang mengawasinya tidak suka, mendekat.
-prolog ended here.
halo.
works baruuuu!
Kali ini kita membawa genre dan vibe yang berbeda. Hehe.Bagaimana?
Lanjut atau tidak?
Ada yang bisa tebak Diksa itu siapa?Kalau rame, kita post castnya ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Dawn | ON GOING
Fiksi PenggemarDarah lebih kental dari air? Bullshit. Bagi Diksa, darah hanyalah sebatas pekat merah yang barangkali mesti ia tumpahkan hingga semua dendamnya mereda. Dan kampung malam adalah tempat Diksa memulai semuanya. Copyright 2020 by rmoon- and dydtedi ➡️0...