K e d u a p u l u h t i g a.

38 6 0
                                    

"Eh iti ulah ganpal beruapah sih?" tanya Ayu sambil mengunyah pentolannya.

"Telen dulu makannya" kata Rahqueel.

"Hehehe" cengir Ayu.

"Mau tanya apa tadi Yu?" tanyaku.

"Ini udah tanggal berapa?" tanyanya lagi.

"Tanggal aja lo ga tau, kalau tentang si Jongkok-Jongkok itu lo nomor satu" sindir Rahqueel.

"Ih Rahqueel! Jungkook kali bukan Jongkok!" sebal Ayu membuat ku tertawa karena melihat wajahnya yang sangat menggemaskan.

"Seandainya cowok-cowok di Indonesia mirip ama cowok di Korea pasti gue dah ga jomblo lagi" katanya lagi.

"Idih, emang mereka mau apa sama lo?" tanya Rahqueel dengan sinis.

"Mau lah, siapa sih yang ga mau ama Ayu yang cute ini" kata Ayu sambil menunjukan ekspresi imutnya.

"Najis" kataku dengan Rahqueel secara kompak dan membuat kami tertawa bersama.

"Hai" sapa seseorang membuat tawa kami terhenti. Perhatian kami pun tertuju pada satu gadis di hadapan kami.

Ivon, siapa lagi?

"Paan?" tanya Ayu dengan ketus.

"Aku boleh ga duduk disini bareng kalian?" tanyanya.

"Lo ga liat disini udah penuh? Pergi sono, duduk bareng pacar kesayangan lo itu" ucap Rahqueel dengan pedis sambil menekan kata pacar.

"Yah gimana dong? Ardiaz lagi latihan basket jadi gue datang sendiri" katanya dengan wajah sedih.

Membuat ku merasa kasihan, aku tau sifatnya di toilet tadi itu keterlaluan, tapi bukankah memaafkan kesalahan orang itu bagus?

Aku pun bangkit dan mengambil salah satu kursi di meja lain dan membawakannya.

"Makasih Dewi" ucapnya dan aku hanya berdehem saja.

Ayu dan Rahqueel yang sepertinya sedang marah memilih untuk menikmati makanannya tanpa melirik kami berdua.

"Oh iya Wi" panggil Ivon membuat ku menoleh.

"Apa?" tanyaku.

"Kamu bisa pesankan aku makanankan?" tanyanya membuat ku bingung.

Apa ia bermaksud untuk menjadikanku babunya?

"Lo punya kaki kan? Pergi aja sono sendiri, ngapain minta Dewi pesankan lo makanan?" marah Ayu.

"Aku punya kaki hanya saja aku sedang malas" katanya dengan cemberut.

"Manja banget sih, gue heran kenapa Ardiaz mau sama cewek alay kayak lo" sindir Rahqueel membuat Ivon menundukan kepala.

"Kalian berdua apa-apaan sih?" kataku karena merasa mereka udah keterlaluan.

"Gapapa Wi, aku memang manja kok" kata Ivon sambil tersenyum berusaha menahan air matanya agar tidak turun.

"Gitu aja udah mau nangis, dasar cengeng" sindir Ayu.

"Ayu! Udah cukup! Jangan gitu ih!" tegurku.

"Lo mau pesan apa?" tanya ku kepada Ivon.

"Bakso ama es teh aja" katanya.

"Bela aja terus" sindir Rahqueel. Tak perduli dengan kata-katanya aku pun pergi mengantri untuk memesan makanan.

"Hah, akhirnya. Kaki gue pegal lagi" gumamku setelah keluar dari antrian yang panjang.

Saat tiba di sana ternyata hanya ada Ivon dan juga--Ardiaz. Mungkin Rahqueel dan juga Ayu sudah pergi meninggalkan ku deluan.

"Ini Von, pesanan lo" kataku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang