01

920 49 1
                                    

Matahari bersinar terik hari ini. Membuat seorang perempuan yang sedang hormat dibawah tiang bendera itu menyipitkan matanya. Hari ini dia berangkat terlambat seperti sebelumnya.

Bangun terlambat adalah kebiasaan nya. Hingga dirinya harus berangkat ke sekolah pukul 07:45.

Keynara Abigail. Atau yang bisa kalian panggil dengan nama Nara. Nara berkali-kali mengelap keringatnya dengan tangan kiri nya. Sudah 15 menit dirinya berdiri dilapangkan ditemani oleh guru BK yang menjaganya.

Kringgg

Nara menghembuskan nafas lega saat bel pertanda istirahat telah berbunyi. Guru BK yang menjaganya pun sudah pergi, tinggallah dirinya sendiri.

Nara mengambil tas nya yang tergeletak di pinggir lapangan. Saat menengok pipi kanannya terasa dingin. Dan ternyata itu adalah air mineral dingin.

Nara menengok siapa pelakunya. Dia adalah kekasihnya. Devano Al Karen Agustiawan. Panjang sekali bukan namanya?

"Minum," ucap Devano sembari menekan botol air mineral dingin itu di pipi Nara, membuat Nara mencebikkan bibirnya.

"Dingin tau," ucap Nara kesal sembari merampas botol itu dan meneguknya isinya hingga setengah.

Melihat itu Devano terkekeh dengan tangannya mengacak rambut gadis di depannya ini. Nara yang rambutnya diacak-acak mencebikkan bibirnya kesal.

"Kamu capek gak?" Tanya Devano sembari tersenyum.

Nara menoleh kearah Devano.

"Capeklah. Kamu gak tau aku dijemur sama pak Harto dari jam berapa? Ya walau cuma 20 menit doang sih, tapi kan panas. Udah gitu aku gak sarapan lagi di rumah," jelas Nara panjang lebar.

Devano yang mendengar itu kembali terkekeh. Dirinya gemas sekali dengan kekasihnya ini. Artinya dia tidak salah pilih bukan?

"Emang Bi Rusti gak masak?"

Nara mengangguk, "Masak, tapi karna udah telat jadi gak sarapan deh,"

"Kamu itu makanya jangan kebo jadi orang,"

"Aku gak kebo tau," ucap Nara kesal.

Devano tertawa melihat ekspresi wajah kekasihnya itu.

"Ya udah ayo kita makan," ajak Devano.

Nara mengangguk lalu mereka berjalan beriringan menuju kantin. Banyak pasang mata yang menatap mereka saat mereka melewati koridor sekolah.

Devano mengajak Nara ke salah satu meja kantin yang di sana terdapat beberapa teman-temannya.

"Kamu mau pesen apa?" Tanya Devano kepada Nara.

"Nasi goreng sama jus jeruk aja," jawab Nara.

Devano mengangguk dan berjalan menuju stand penjual makanan.

"Nara," Panggil Tristan salah satu dari teman Devano.

Nara menoleh kearah Tristan.

"Ya?"

"Ah.. enggak...," ucap Tristan sembari menggaruk belakang kepalanya.

Nara mengangguk mengerti. Nara dan teman-teman Devano memang sudah akrab sejak Devano mendekatinya dan membawanya kepada teman-teman nya.

"Ade-ade aje lu!" Tukas Jody. Cowok itu memiliki rambut sedikit ikal dengan warna coklat. Dan Jody ini adalah yang paling kocak diantara mereka.

Tristan merengut. "Apa sih lo?!!"

"Ya lo aneh, lo manggil Nara dan setelah Nara jawab lo malah bilang enggak. Aneh tau gak," sambar Rudi. Rudi ini memiliki rambut hitam legam yang selalu ia tata rapih. Dan dia adalah playboy kelas kakap.

"Kan gue cuma ngetes aja kali," Bela Tristan.

"Udah-udah ngapain sih berantem. Lo bertiga buat Nara gak nyaman tau gak?" Ucap Baron. Dia adalah yang paling waras diantara mereka semua. Nama seram bukan masalah bukan?

Sontak mereka bertiga menoleh kearah Nara dan Nara yang ditatap pun tersenyum kikuk.

Kemudian Devano datang dengan nampan ditangan nya. Lalu meletakkan pesanan Nara dihadapan Nara membuat Nara tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Devano. Devano mengangguk kemudian mereka makan dalam diam tanpa memperdulikan sekitar.

"Kacang-kacang..... Kacang mana kacang," ucap Jody sembari berteriak.

"Gak enak tau diabaikan," timpal Tristan.

"Ho'oh. Kayak liat do'i sama yang lain," ujar Rudi.

Dan Baron hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tingkah kocak sahabat-sahabat nya. Kemudian melanjutkan makannya dalam diam.

"Kalian bisa diam gak sih!! Ganggu orang makan aja tau gak?" Sentak Devano kepada mereka bertiga.

Mereka bertiga pun mengerut seperti anak kucing yang sedang ketakutan. Kemudian mengangguk mengiyakan perintah bosnya itu.

Devano yang melihat itu tersenyum geli. Dan segera memakan makanan nya dengan tenang.

~~~

"Gue gak bisa kayak gini!!" Ucap seorang laki-laki di dalam ruangan yang gelap.

"Gue harus dapetin dia,"

"Gue harus dapetin dia,"

Kalimat itu berulang-ulang kali laki-laki itu ucap kan. Entah kesiapa kalimat itu ditujukan. Namun, kita tahu bahwa nada berbicara laki-laki itu terasa frustasi.

"Gue yang miliki dia duluan kenapa brengsek itu yang milikin dia," ucap laki-laki itu sembari menjambak rambutnya kuat.

"Gue harus miliki dia,"

Setelah mengucapkan itu mata laki-laki itu tertutup. Laki-laki itu pingsan di dalam ruangan yang gelap itu.

~~~~

Hai guys aku kembali dengan cerita baru nih.

Hampir sama kayak yang Sergio. Geng-gengan gitu..

Vote and komen kalian sangat mendukung cerita ini

Next or break?

Vote dan komen kalo gitu.
Bye-bye readers🖐️🖐️🖐️

DEVANO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang