"Kamu kemana kemarin?" Tanya Nara kepada Devano.
Devano hanya menyengir kuda. Pasti ini ulah salah satu sahabatnya.
"Kamu balapan?" Tanya kembali Nara.
Devano hanya mengangguk kan kepalanya.
"Aku udah berapa kali sih bilang sama kamu. Berhenti balapan liar. Aku gak mau kamu celaka. Aku khawatir sama kamu saat Tristan ngabarin ke aku kalo kamu tadi malem ada di arena balap liar," Jelas Nara lirih.
"Aku tau. Maaf," Ujar Devano.
Nara menghembuskan napas lelah.
"Oke kali ini aku maafin. Tapi lain kali jangan harap," Ujar Nara sembari tersenyum lembut.
Devano yang mendengar itu langsung tersenyum.
"Aku tau kok kamu gak akan bisa marah sama aku," Ucap Devano dengan cengiran kudanya.
Nara hanya memutar bola matanya malas.
"Kamu tuh ya...," Nara menjewer telinga Devano hingga membuat Devano meringis.
"Aduhh duh..... Udah dong yang," Ringis Devano kuat.
"Yang-yang apa? Pala kamu peang gitu?" Nara terus saja menjewer telinga Devano.
Devano terus saja mencoba melepaskan tangan Nara dari telinga nya.
Nara menghembuskan napas kasar lalu melepaskan tangannya di telinga Devano.
"Kamu tuh ya.. Kalo di bilangin aku tuh nurut... Susah banget sih buat nurut," Nara mencebikkan bibir nya.
Devano hanya tersenyum mendengar itu sembari mengusap-usap telinganya yang panas karena jeweran kekasihnya itu.
"Bibir nya jangan di maju-majuin gitu dong.... Mau aku cium?" Canda Devano.
Nara spontan melolot saat mendengar itu.
Seakan tahu kekasihnya akan berteriak, Devano segera lari.
"DEVANO!!!?" Teriak Nara kuat.
Nara mengejar Devano yang lari. Mereka menjadi tontonan saat ini. Sebab, mereka berlarian di koridor. Apalagi saat ini sedang waktunya istirahat, maka koridor ramai. Siswa pada menyingkir semua.
Banyak yang iri atas kedekatan mereka. Siapa sih yang tidak suka dengan Devano Al Karen Agustiawan. Sudah wajah tampan, ketua geng yang berwibawa, anak dari orang kaya. Siapa sih yang tidak suka. Orang yang tidak waras mungkin.
Dan siapa yang tidak suka kepada Keynara Abigail. Walau anak yatim piatu, Nara ditinggalkan dengan harta yang berlimpah oleh Almarhum orang tuanya. Siapa yang tidak menyukainya, Nara cantik, baik, ramah, mudah bergaul, dan suka menolong.
Nara terus saja mengejar Devano yang berlari. Hingga akhirnya dirinya dapat menangkap Devano.
"Devano aku capek tau.... Kamu larinya kenceng banget sih!??" Ucap Nara dengan napas terengah-engah.
Devano merasa kasihan kepada kekasih nya itu.
"Maafin aku ya? Aku gak bermaksud. Yaudah kita ke kantin aja ya? Aku yang traktir mau gak?" Ujar Devano mencoba membujuk.
"Emang kan kamu yang selalu bayarin aku makan. Ngapain nanya lagi?" Ucap Nara sembari berjalan terlebih dahulu ke kantin. Meninggalkan Devano yang melongo.
Devano spontan menyusul Nara. Dengan cepat Devano sudah berada disamping Nara dan menggenggam salah satu tangan Nara.
"Kok aku ditinggalin sih?" Ucap Devano.
"Kamu nya yang lama. Ngapain ini lagi gandeng-gandeng?" Tanya Nara sembari mengangkat tangan nya yang digenggam erat oleh Devano.
Devano tersenyum, "Biar kamu nya gak diambil orang. Aku cuma gak mau aja orang yang aku cintai dan sayang diambil sama orang lain. Karena aku tidak suka berbagi apa yang sudah menjadi milik aku,"
Perkataan itu sukses membuat pipi Nara bersemu merah seperti kepiting rebus.
"Gombal!!"
***
Hola!! Hahaha aku lama bat dah gak up..
Vote and comen ya?
Bye-bye ✋🏻✋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO [ON GOING]
Teen FictionBACA!! AYOK BACA MY STORY!!! Plagiat dilarang dalam semua cerita aku. Oke. Jangan lupa follow guys. *** Devano Al Karen Agustiawan. Dia sangat bergantung kepada Keynara Abigail. Gadis cantik yang berhasil menjerat seorang ketua geng Rajawali dalam p...