TWO - HUGE STEP

235 38 5
                                        

.

.

.


“Lucia!”

Lucia menoleh untuk mencari arah sumber suara tersebut. Lucia seketika menguarkan senyum kecilnya ketika melihat Serena menghampirinya.

“Jangan bilang kau langsung pulang?” serena menghentikan langkah Lucia .

“Memang, iya, kan kuliah sudah selesai.” ucap Lucia keheranan dengan ucapan serena.

Serena mengangkat wajahnya dengan raut wajah membara, “Hell! Bukankah kau bilang ingin ikut ketempat yang kuinginkan!”

Lucia mendekap kedua tangannya “Mulai lagi. Kalau kau mengajakku ke tempat yang berisik dan gelap itu, aku tidak mau.”

Serena menggaruk kepalanya tak gatal, “Baru ini aku mengajakmu kesana. Dan lagipula, kau sendiri yang bilang ingin sejenak melupakan Ken.” ucapan Serena berhasil membuat Lucia salah tingkah, sedetik setelahnya ia menjadi murung.

Benar, sudah sejak dua hari terhitungnya Lucia memutuskan untuk berpisah dengan Ken, mantan kekasihnya. Kekasih pertama sekaligus orang yang membuat Lucia menyerahkan semua hatinya. Namun pada kenyataannya.

Lucia sendiri melihat Ken selingkuh dengan wanita lain.

“Bisakah kau tidak membicarakan dia?” Lucia mengembungkan pipinya. Tiba-tiba ia merasa kesal.

Serena mengedipkan satu matanya, “Geez, kau sendiri yang memulai.” Lucia membuang mukanya karena malu.

Serena menggandeng tangan Lucia, “Ayolah, ikut aku satu kali ini saja. Setelahnya, kau tidak mau ke club atau mau kembali pun aku akan menghargai keputusanmu.”

Lucia menatap Serena yang tengah memohon kepadanya. Ugh, Lucia paling lemah ketika seseorang memintanya atau memohon kepadanya. Terutama Serena.

“... baiklah. Aku ikut.”

Yeay! I luv you, Lucia!!” Serena memeluk Lucia erat.

Lucia hanya bisa tertawa, “Setelahnya kau sampai sana, aku yakin kau akan mendapatkan pengganti Ken si brengsek itu.” ucapan Serena langsung disambut saat Lucia menyentil dahi Serena lembut.

“Berulang kali aku bilang, jangan ucapkan hal yang buruk. Lagi pula, mana ada yang tertarik padaku? Aku tidak ada menariknya sama sekali.”

Serena mengerutkan kedua alisnya tak puas. Kedua matanya kini menjalar ke seluruh yang ada pada sahabatnya. Lucia Delillah, gadis manis dan cantik asli keturunan murni Eropa. Seluruh yang ada pada Lucia benar-benar di atas batas rata-rata. Wajah yang proporsi, hidung kecil dan memiliki bibir yang mungil dan berwarna merah alami seolah setiap harinya Lucia terlahir kembali. Serena tahu, Lucia hampir tidak pernah menggunakan make up walaupun itu hanyalah lip balm sekalipun. Karena kulitnya yang bersih dan berseri tak membuat Lucia bosan untuk dipandang.

Serena menoleh ke berbagai arah. Selama mereka berbincang sekaligus menempel satu sama lain, banyak orang yang memperhatikan mereka. Terutama Lucia. Apalagi...

Serena kini menggulirkan pandangannya ke tubuh Lucia. setelah itu, Serena membandingkan dirinya sendiri.

Serena mengembungkan pipinya karena tersadar realita sesungguhnya.

“Wanita yang tidak sadar akan kelebihannya sendiri membuatku ingin menamparnya.” gumam Serena.

“Huh?”

Rowan's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang