2

58 17 32
                                    

Kisah nya belum selesai bahkan buku nya masih belum di tutup dan disimpan kembali kedalam rak.

Arunika diam membeku menatap keramik keramik lantai pusat perbelanjaan tersebut, suasananya begitu canggung sampai sampai bibir Arunika sedikit bergetar karena saking canggung nya. Untuk menutupi hal tersebut Arunika menggigit bibir bawah nya agar berhenti bergetar.

"Bibir nya jangan di gigit nanti luka," Laki laki di samping Arunika menunjuk bibir bawahnya menyeru pada Arunika untuk tidak menggigit bibir nya, Arunika yang semakin dibuat malu hanya bisa memalingkan wajah nya dari hadapan si lelaki.

"Senandika Baswara, Dira panggilannya"laki laki bernama Senandika itu memperkenalkan diri nya sendiri tanpa ada yang meminta ia untuk menyebutkan nama nya. Arunika bingung setengah mati antara harus diam atau menanggapi ucapan laki laki itu.

Hingga tak lama dari arah Arunika datang kedua sahabat nya, Jia datang sembari setengah berlari diikuti oleh Jingga. Tangan kanannya menjinjing sebuah kantong plastik yang isinya sudah dapat Arunika tebak karena kantong plastik itu nampak transparan.

" Lo kemana aja Arun!"ujar Jia sedikit meninggikan nada bicaranya, tak lama Jingga datang dengan nafas tersengal sengal.

"Kita nyariin lo, walau tadi sempet singgah dulu di tempat makan" Jingga tersenyum tanpa dosa, Jia mendelik lalu menyenggol pinggang Jingga dengan sikutnya.

"Gue,,gue,,gue habis dari situ, " tunjuk Arunika pada salah satu lapak baju yang beberapa menit sebelumnya sudah ia kunjungi dengan laki laki yang bahkan kenal pun tidak.

Senandika yang merasa "dikacangin" akhirnya memberanikan diri untuk berdiri dan menghampiri ketiganya. Jia dan Jingga tampak speechless,terdiam sejenak untuk beberapa detik hingga akhirnya mereka membuka suaranya.

"Eh A Dira ya, "Jia membuka mulutnya menyapa canggung ke arah Senandika, laki laki itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya.

" Loh kak Senandika lagi ngapain disini?"tanya Jingga tanpa rasa malu dan tak mempedulikan tatapan peringatan dari Jia. Untuk sesaat mereka terdiam namun tak lama Senandika mulai tertawa renyah.

"Ini kan tempat umum siapapun boleh kesini, ya kan Mba?" tatapan Senandika yang awalnya mengarah pada Jingga kini beralih pada Arunika yang masih tetap sama diam dalam posisi nya beberapa menit lalu. Disusul tatapan oleh kedua sahabatnya, Arunika semakin membeku dalam diam nya semakin menenggelamkan wajahnya yang kian memerah.

"Kalau gitu gue duluan ya mba mba, oh ya itu temennya kenapa ya diem mulu haha" tawa Senandika sebelum akhirnya pergi meninggalkan ketiganya.

Jia meraih kedua bahu Arunika, senyuman jahil terpampang di wajah manisnya. Mata nya terus menatap menyelidik ke arah wajah Arunika yang sangat merah seperti kepiting rebus, benar benar seperti kepiting rebus apalagi dengan banyak nya keringat dingin yang mengucur di kedua pelipis Arunika.

"Hayooo diem diem lo deket ya sama dia?" tanya Jia menggoda Arunika, Jingga pun bukannya membantu Arunika dari dalam kondisi nya saat ini malah ikut mengompori.

"Wah gila ga main main nih, sekalinya deket sama cowo langsung dapet tipe yang kayak Kak Senandika"

"Tadi itu cuman kebetulan ketemu doang, " jelas Arunika ragu ragu membuat Jia dan Jingga semakin merasa curiga.

'Bodoh! Kenapa jawabnya harus ragu, ya mereka pasti pada makin curiga' batin Arunika

"Ehemm masa si,, "

"Ekhem, kalian berdua sini deh duduk biar gue ceritain kisah yang bikin kalian ikut ngerasain rasa yang jadi tokoh utamanya" Arunika membenarkan nada dan gaya bicaranya agar kedua sahabatnya tidak curiga. Ia pun mulai menceritakan kejadian yang tadi menimpanya, sambil bercerita selingan tawa mengikuti apalagi Jia yang memang memiliki selera humor yang receh tak bisa berhenti tertawa.

Selesai menceritakan pengalaman yang baru saja dialami oleh dirinya Arunika akhirnya mengajak kedua sahabatnya untuk pergi menyusuri mall itu.

Hingga waktu pun menujukan pukul 19.27 , sebelum akhirnya mereka benar benar menyudahi acaranya. Jia memutuskan untuk mengajak ketiga nya pergi menuju moonbucks tempat yang menjual banyak berbagai macam kopi.

Mereka memutuskan untuk memesan kopi lewat drive thru,kebetulan Jingga tadi memesan taksi online karena jarak dari mall tersebut ke moonbucks cukup jauh.

"Pa bentar ya pa saya mau pesen dulu kopi hehe, " ucap Jia menghentikan sang supir kemudian mulai membelokan mobilnya.

"Main dare kuy," Ajak Jingga,"yang kalah harus gombalin abang abang barista nya biar kayak di taktok gitu loh."lanjutnya

Dan yang mendapatkan dare tersebut adalah Arunika sehingga dengan sangat terpaksa dirinya harus mengeluarkan gombalan receh nya kepada si barista.

Suara dari speaker sudah terdengar, Arunika memulai aksi nya.

"Mas tau ga bedanya mas sama krayon?" tanya Arunika, tawa barista disebrang sana mulai terdengar.

"Gak tau mba, " balasnya.

"Kalau krayon mewarnai kertas kalau mas mewarnai hidup ku," lanjut Arunika, Jia dan Jingga serta merta tertawa terbahak begitu pun dengan sopir taksi yang mengantar mereka.

"Haha mba nya bisa aja,"

Mobil pun kembali melaju setelah Jia menyeru pada sang sopir untuk kembali menjalankan mobilnya.

Saat hendak mengambil pesanannya, betapa terkejutnya ketiga orang gadis itu saat tau siapa yang baru saja mendapat gombalan receh dari Arunika.

"A Dira kerja disini?!" tanya Jia sedikit terkejut.

"Kalian lagi rupanya, jadi siapa yang tadi gombalin gue? Mba ini?" tunjuk Senandika sembari tertawa kecil. Salah satu temannya menepuk pundak Senandika seolah bertanya ada apa.

Arunika menutup wajah nya, baru saja ia melupakan kejadian beberapa jam lalu sekarang lagi lagi dia harus merasa kembali di permalukan.

"De, udah tidur?" seseorang mengetuk pintu kamar Arunika. Membuat lamunan Arunika pecah saat itu juga.

"Belum bang, kenapa?"

"Gue masuk ya de,"

Sekarang tepat di depan pintu berdiri seorang laki laki bertubuh jangkung mungkin tingginya sekitar 180 cm memakai kaos oblong putih dan celana boxer pendek selutut.Arunika menatap heran ke arah Aksara yang tiba tiba diam mematung menatapnya penuh selidik.

"Kenapa si bang? Liatin gue nya gitu banget"sewot Arunika melemparkan bantal ke arah wajah kakaknya, Aksara. Alasan kenapa ia melemparkan bantal pada Aksara karena ia merasa tak nyaman ditatap seperti itu.

"Heh ga sopan banget lo ke gue!"Aksara tak kalah sewot nya dengan Arunika, perempuan itu mendengus sebal. "Ngapain si lo kesini? Datang datang cari masalah gaada kerjaan banget si lo!" dumel Arunika, Aksara memasang wajah menyebalkan dan mengejek di depan Arunika membuat gadis itu semakin naik darah.

"Keluar ga?!"bentak Arunika suaranya sangat melengking membuat siapapun yang mendengarnya sakit telinga.

"Cewe galak kayak gini punya pacar? Kuat banget yang jadi pacar nya" ledek Aksara, "Noh cowo lo nunggu di ruang tamu, " lanjut Aksara kemudian pergi meninggalkan kamar Arunika tanpa menutup kembali pintu kamarnya.

"Abang sialan! Tutupin lagi pintunya!"Arunika berteriak marah, namun sayang Aksara sudah kembali menuju lantai bawah.

Arunika berjalan dari kasurnya menutup kembali pintu kamarnya, namun sebelum benar-benar pintu itu tertutup ibu nya memanggil Arunika.

" Deee! Ini ada temen kamu nih"teriak Maria, Ibu Arunika dari lantai bawah.

"Manusia mana si yang gaada kerjaan banget datang kerumah orang malem malem kayak gini! Dasar kalong!" gerutu Arunika memasuki kembali kamar nya dan bersiap menuju lantai bawah.


pancaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang