4.

33 5 1
                                    

Harusnya Arunika tak usah masuk sekolah saja hari ini karena ternyata baru saja kaki nya melangkah masuk kedalam lingkungan sekolah banyak pasang mata menatap nya dengan tatapan aneh sekaligus benci ah mungkin lebih tepatnya sinis. Siapapun pasti akan merasa tidak nyaman jika ditatap dan di perlakukan seperti demikian.

Sepanjang jalan menuju kelas Arunika terus saja menutupi wajah nya dengan tangan kiri nya, malu rasanya jika ia terus menerus harus ditatap seperti itu. Alasan kuat mengapa orang menatap nya demikian tentu saja karena kabar kedekatannya dengan Senandika sudah menyebar luas.

'Sial banget emang harus ngerasain kayak gini' batin Arunika sambil terus mempercepat langkahnya dan hampir saja gadis itu menubruk seseorang.

"Mba kalau jalan matanya di pake jangan ngelamun terus, " suara bariton itu terdengar familiar di telinga Arunika, bukannya segera pergi dan menghindari laki laki itu Arunika malah menenggelamkan kepalanya semakin dalam.

Laki laki di depan Arunika tentu saja merasa heran sekaligus bingung, karena penasaran akhirnya Senandika membungkukan badannya dan menatap Arunika dari bawah. Terlihat jelas disana wajah Arunika yang sudah memerah. Kedua mata mereka bahkan saling bersinggungan.

"Eh ini mah kabogoh* aku" ujar Senandika tersenyum lebar. Kemudian kembali ke posisi semulanya.
*pacar

"Itu mulut bisa di filter dulu ga? Enak banget ya asal jeplak gitu" bisik Arunika menunjuk ke arah bibir Senandika, jengkel dengan sifat Senandika yang seenak nya seperti ini.Senandika tersenyum puas melihat reaksi dari Arunika."Awas gue mau lewat!"Arunika mencoba melewati orang di depannya dengan berjalan ke arah samping kiri Senandika, namun laki laki tersebut menghalau nya.

"Kamu kenapa? daritadi nutupin muka terus perasaan teh, kamu sakit?" tanya Senandika nada bicara nya sangat lembut saking lembutnya membuat Arunika terus memalingkan wajah nya dari hadapan Senandika. Arunika memang tak bisa tak canggung jika berhadapan dengan lawan jenis apalagi kakak kelas nya.

"Awas! Gue mau lewat, " kesal karena jalannya terus di halangi oleh Senandika, akhirnya sebagai keputusan terakhir Arunika lebih baik menabrakkan tubuh nya pada tubuh Senandika dengan berlari secepat mungkin. Berhasil memang namun naas nya, perempuan ceroboh itu harus menanggung rasa malu lagi.

Tepat saat ia sedang berlari menjauhi Senandika, kaki nya tak sengaja menginjak  air yang menggenang di lantai koridor membuat nya terpeleset dan otomatis keseimbangan tubuhnya oleng dan alhasil ia terjatuh. Suara tubuhnya saat menghantam lantai begitu keras sehingga membuat dirinya sontak menjadi pusat perhatian orang orang yang sedang berlalu lalang.

Sayang seribu sayang rasa kemanusiaan di tempat Arunika bersekolah tak begitu tinggi seperti di sekolah sekolah kebanyakan lainnya. Bukannya di bantu, Arunika malah dijadikan bahan lawakan, hampir semua orang disana menertawai Arunika seolah Arunika itu sedang melawak dengan rasa sakit yang dialami nya saat ini.

"Kalian! Bukannya di bantu malah diketawain, " suara Senandika terdengar begitu menggelegar membuat semua orang langsung berhenti tertawa dan kemudian kembali melanjutkan aktivitas nya seolah tak terjadi apa apa, Dengan cepat yang bahkan kecepatan nya melebihi kecepatan cahaya, Senandika menghampiri Arunika yang meringis kesakitan.

"Jangan tanya gue baik baik aja apa ga! Gue bener-bener ga baik baik aja" Baru saja saat Senandika akan membuka mulutnya, Arunika langsung berbicara demikian seolah yakin bahwa Senandika akan bertanya seperti itu. "Aku juga paham kondisi kamu atuh, " Senandika tersenyum gentir.

pancaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang