Tentang masa lalu tentang menerima
•
Semuanya tampak hening atmosfer kecanggungan menyelimuti mereka, Senandika yang masih tetap diam memikirkan penuturan Arunika beberapa menit lalu tak berani untuk membuka mulutnya sampai saat ini ia takut ada kata kata yang keluar dari mulutnya membuat Arunika tak nyaman dan sakit hati.
Aji pun sama ia malah terlihat seperti terdakwa yang sedang disidang dan diperhatikan oleh banyak pasang mata, rasanya sangat malu mengingat kejadian beberapa menit lalu. Memang mulutnya sama sekali tak bisa ia filter, sifat nya yang selalu asal bunyi tak bisa ia hilangkan walaupun ia sudah sering mencoba nya.
Ketika kedua orang laki laki itu tampak memprihatinkan lain hal nya dengan Arunika ia tampak tak acuh dan tak peduli seolah tak terjadi apa apa diantara ketiganya. Alhasil demi mengatasi kecanggungan ini dia memberanikan diri untuk membuka mulut nya.
"Gue mau balik ke kelas, makasih buat lo yang udah ngobatin gue. Dan makasih juga Ranji buat kata kata lo yang tadi, " Arunika tersenyum miring memang dia tak segan untuk memanggil kakak kelas nya tanpa memakai embel embel "kak", terlebih lagi Ranji. Dia sudah sering mendapatkan masalah akibat ulah kakak kelas nya itu sehingga ia pikir rasa hormat untuk nya tak perlu ia pusingkan dan pikirkan.
Ingin terlihat tak peduli dan terkesan cuek, Arunika malah harus kembali terjatuh dihadapan Senandika untuk kedua kalinya ia benar benar lupa pasal luka di kedua kaki nya, Dengan cepat dan sigap Senandika membantu Arunika untuk berdiri.
"Maaf ya aku malah buat kamu ga nyaman"ucap Senandika pelan saat dirinya sedang membantu Arunika berdiri. "Gak papa kak, " Arunika mencoba menepis tangan Senandika dan ia pun berhasil melakukannya, dengan sisa tenaga yang ia punya dan didorong dengan tekad yang kuat untuk berjalan sendiri akhirnya Arunika pun mulai menjauhi kedua nya dan pergi keluar UKS.
"Gue tau lo itu orang nya asal jeplak banget Ji, tapi harus nya disaat kayak gini lo ngomong gitu?" tanya Senandika menatap lantai pulam berwarna putih susu itu, Aji menatap nya penuh sesal. "Sorry Dir, gue gak maksud buat gitu.Tapi mata dan mulut gue memang ga bohong Dir, dia memang pembully waktu di sekolah SMP gue dulu" jelas sahabat Senandika tersebut.
"Dulu lo sama dia satu sekolah?" tanya Senandika tertarik dengan kisah Arunika saat masih menginjak masa SMP dulu, "Ya, gue dulu tinggal di kota yang sama kayak dia. Sebelum akhirnya bokap gue pindah kesini"cerita Aji, Senandika memang baru mengenal Aji dan dia baru dua tahun bersahabat dengan laki laki berkacamata itu, Aji memang tertutup dia jarang membahas mengenai urusan pribadi nya.
"Gue baru ngeh dia sekolah bareng gue lagi itu tadi, dia bener bener berubah keliatan lebih nerd beda sama dia waktu SMP. Kayaknya dia udah tau gue lebih dulu tapi dia ga nunjukin hal itu karena memang dari dulu dia benci banget sama gue" lanjut Aji sesekali sambil menceritakan kisah nya Aji tersenyum, senyuman penuh pilu tentu nya.
"Lo mau denger cerita ini? Lo ga Inget kalau sekarang lo dapet tugas presentasi? Bokap lo ga akan marah?" tanyanya mencoba memastikan apakah dengan ia bercerita panjang lebar Senandika akan mendengarkannya. "Persetan sama bokap gue, lanjutin aja Ji gue pengen denger"
Aji menghela nafas nya panjang, dia terdiam beberapa detik kemudian ia mulai berbicara lagi "Ga sekarang bro sorry buat lo nunggu" kekeh Aji, Senandika dibuat kesal oleh nya tangan laki laki tersebut melayang menjitak kepala Aji, "Terus ngapain lo nanya gitu?!" Aji nyengir menampilkan lesung pipit di kedua pipi nya membuat dirinya terlihat sangat manis mungkin itu berlaku di mata para kaum hawa namun tidak di mata Senandika yang ia lihat bukan wajah sahabat nya melainkan melihat wajah tikus dengan kedua gigi depan nya yang terlihat dari moncong nya.
"Muka lo bikin gue pengen nuangin racun tikus tepat di mulut lo itu"Senadika pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Aji sendirian disana.
•
Jam istirahat pun telah tiba, Bel pun sudah dibunyikan membuat kerumunan siswa berhamburan keluar dari kelas nya masing masing, tentu saja tujuan mereka setelah keluar kelas adalah pergi menuju kantin untuk mengisi perut nya yang sudah berbunyi sedari tadi. Begitupun dengan Arunika, pagi tadi ia sudah ketinggalan banyak materi dari guru mata pelajaran Fisika, dan ya pertanyaan "Kenapa baru datang?" terlontar dari bibir wanita berumur tiga puluh tahun itu.
Arunika pun menjelaskan mengapa ia bisa terlambat masuk kelas, dan untung nya dengan berbaik hati Bu Hanum mempersilahkan Arunika untuk memasuki kelas dan mengikuti pelajaran nya. Jia dan Jingga kedua sahabat nya itu menatap heran kearah kaki Arunika banyak pertanyaan pun bermunculan dari keduanya.
"Untuk Kak Dira datang nyelamatin lo, udah kayak pangeran berkuda putih aja ya" ucap Jia disela kegiatan nya memakan spagetti yang beberapa menit lalu tadi gadis itu pesan, Arunika bisa menebak pasti setelah ini Jingga akan ikut menimpali perkataan Jia.
"Kak Senandika yang terbaik emang, btw Arun lo dulu emang beneran ga kenal Kak Senandika ya?" timpal Jingga menatap penuh harap pada Arunika, seperti meminta jawaban yang mampu mengatasi rasa penasaran nya yang sudah lama ia tampung dalam pikiran nya.
"Gue kan baru masuk ke sekolah ini sekitar lima bulan yang lalu," sembari menjawab pertanyaan Jingga ia menyedot jus jambu nya. "Tapi Ka, masa lo ga pernah denger rumor soal Kak Dira sih?" kali ini Jia yang bertanya, Arunika memutar bola matanya malas "Gue denger cuman gue gak peduli, kenapa jadi ngomongin orang gak jelas itu si? Bahas yang lain aja, "
"Orang gak jelas katanya, " Jia menaikan kedua alis nya, "Tapi bisa bikin hati dag dig dug ser, " sambung Jingga kedua sahabat nya itu berhasil membuat Arunika jengkel.
Sambil terus berbincang bincang dan juga menyantap makananya masing masing tak lama seseorang datang menghampiri ketiga nya ah tepat nya menghampiri Arunika, siapa lagi kalau bukan Senandika.
"Senyum nya mana atuh kamu teh, baeud wae* perasaan teh, " laki laki itu menarik kedua sudut bibir Arunika dan membuat lengkungan yang terlibat seperti senyuman, sambil melakukan aksinya Senandika tertawa kecil.
*cemberut terusBrak!
Arunika sontak menggebrak meja, membuat kedua sahabatnya sekaligus orang orang disekitaran kantin terkejut dan tentu saja ia pun menjadi sorotan.
"Mau apa si lo? Hobi banget gangguin orang!" sentak Arunika cukup keras membuat suasana kantin menjadi sangat hening, mata nya tampak berkaca kaca rasanya ia ingin menangis saat ini juga karena memang sedari tadi itu yang sedang ia tahan.
"Heh pembuli, tutup mulut lo itu! Kak Dira cuman pengen buat lo senyum doang ngatain ganggu ga ngaca apa? toh sendiri juga dulu tukang ganggu orang" seseorang yang mungkin dirinya adalah salah satu penggemar Senandika bangkit dan berkata.Membuat hati Arunika sekali lagi terasa seperti di tusuk.
'Itukan masa lalu, lagipula gue udah berubah ga gangguin orang lain lagi, Harus banget ya masa lalu kelam seseorang di ungkit ungkit terus.' batin Arunika menunduk penuh rasa bersalah.
'Gampang banget ya mereka ngungkit ngungkit masa lalu gue padahal disini gue berusaha mati matian buat berubah buat lepas dari masa lalu gue itu,'
Air mata Arunika sudah tak mampu ia bendung, dengan cepat ia pun pergi meninggalkan kantin yang masih hening tak bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
pancarona
Random[On Going] berawal dari salah menggandeng orang kemudian berlanjut ke gombalan receh yang di lontarkan nya pada saat memesan kopi di suatu cafe ternama efek dari ingin mengikuti tren gombal di salah satu aplikasi yang menyebabkan dirinya harus berha...