Episode IV

619 130 0
                                    

===

"Apa yang membuatmu merasa begitu menyedihkan, kesialan apa yang kau alami?"

Tidak ada jawaban dari orang yang ditanya. Hyunjae meneguk bir milik Juyeon tanpa izin

"Jangan pernah mengira bahwa kau orang yang paling menyedihkan di dunia ini, karena akulah orang yang paling menyedihkan."

"Apakah kau ingin bercerita kepada kita menyedihkan? Mari saling berbagi cerita lalu melupakannya," ajak Hyunjae kepada pria bermata sipit itu, tapi tidak ada balasan

"Apa kau pernah merasakan kesepian bahkan dikeramaian seperti ini?"

Hyunjae memulai pembicaraan, tak peduli apakah Juyeon akan mendengarkannya atau tidak

"Dari kecil aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang layaknya seorang anak. Ibuku sangat tergila-gila dengan pekerjaannya, ayahpun sama saja. Aku sering ditinggal sendiri."

Hyunjae kembali mencoba menggali memori lama yang sangat ingin ia kubur

"Akhirnya cinta mereka kalah dengan kesibukan. Mereka bercerai dan aku tidak pernah lagi mendapatkan perhatian dari mereka, lebih dari sebelumnya."

"Bagi mereka, kasih sayang dan rasa cinta dapat diukur dari setiap nominal yang tertera di buku rekeningku. Setiap aku menelfon, berarti aku sedang butuh uang, begitulah yang selalu mereka pikirkan."

"HAH... Baru kali ini mengatakan ini secara langsung," ucap Hyunjae sambil menghembuskan napas berat

Juyeon melirik ke arah lawan bicaranya, suara Hyunjae semakin tercekat namun ia masih berusaha tersenyum

"Jika saja uang yang mereka anggap penting itu bisa membeli kebahagianku, mungkin aku akan memintanya setiap waktu sebagai ganti kebahagiaan dan kasih sayang yang tak pernah mereka berikan padaku."

Hyunjae kembali meneguk botol bir ditangannya, berharap alkohol itu dapat mengurangi penderitaan yang ia rasakan

"Aku cuma punya satu sahabat, dia yang selalu aku andalkan, bersamanya waktu berjalan jadi cepat dan rasa kesepianku rasanya menghilang."

Mata Hyunjae menatap lurus kedepan, netranya berubah jadi bening karena linangan air mata

"Hahahaha... Selama bertahun tahun, aku kira perasaanku berbalas. Aku kira bukan hanya aku yang mencintai dia. Betapa bodohnya aku!"

Hyunjae tertawa lepas, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri

Betapa bodohnya dia selama ini, ia terlalu percaya diri dengan cintanya

"Kau tau... Apa yang aku lakukan saat dia memperkenalkan pacarnya padaku?"

Juyeon kembali melihat kearah Hyunjae, tetangganya itu menangis sambil terus menyunggingkan senyumnya. Sangat menyakitkan jika kau bisa melihatnya langsung

"Ahh.. ini kekasihmu. Kau benar-benar pintar memilih kekasih, aku yakin kalian pasti akan selalu berbahagia."

Tawa dan tangis Hyunjae terdengar bersamaan

Dia menghembuskan napasnya keras, mencoba mengusap wajah penuh air matanya

"Apa kau tau yang lebih menyakitkan lagi?" tanyanya kembali memulai pembicaraan

"Aku harus menyaksikan orang yang sangat aku cintai bercumbu bahkan bercinta dengan kekasihnya, bukan sehari dua hari tapi bertahun. Hanya karena aku takut kesepian."

"Betapa bodohnya aku, sangat menyedihkan."

Hyunjae kembali menertawakan dirinya sendiri

"Aku ingin menyatakan ini dengan lantang sekali saja, kepada seseorang yang tidak aku kenal dan kepada seseorang yang sama menyedihkan seperti diriku."

Ini benar-benar pertama kalinya Hyunjae memperlihatkan sisi gelap dihidupnya yang tidak diketahui sesiapapun juga

"Nah... Sekarang giliranmu. Seberapa sialkah hidupmu?" ucap Hyunjae sambil membenahi wajahnya yang penuh dengan jejak air mata

"Ceritalah...," pinta Hyunjae sambil menatap ke arah Juyeon, berharap ia bisa meringankan sedikit beban dihati tetangganya itu

Lama menunggu, Hyunjae tidak mendapatkan respon dari orang disebelahnya

"Jika kau memang tidak mau cerita, tidak apa-apa."

Hyunjae berdiri dari posisi duduknya, wajah sembab dan mata yang terlihat tak fokus lagi karena pengaruh alkohol yang ia teguk

Ia mulai berjalan, meninggal Juyeon yang masih bungkam

"Maaf..," ucap Juyeon setelah acara diamnya daritadi

"Untuk apa kau meminta maaf?"

Pria itu hanya bisa menatap Hyunjae dengan kedua mata sipitnya. Melihat masih tak adanya respon dari orang yang ditanya, Hyunjae mulai membawa langkahnya pergi, meninggalkan bar tempat ia mencurahkan segala kesakitannya selama ini

Seperti seorang yang kehilangan semangat hidupnya, Hyunjae berjalan sempoyongan. Alkohol dan kesedihan yang iya kuak membuat tubuhnya seperti kehilangan tenaga

Beruntung Juyeon mengikutinya dari belakang, Hyunjae yang hampir saja tertabrak mobil saat menyeberang sembarangan dapat ditariknya

Hyunjae sudah tidak ada tenaga, ia hanya menurut saat Juyeon mendorong dirinya masuk kedalam taxi

Juyeon juga ikut naik, kebetulan mereka searah. Mobil Juyeon akan diantar oleh supir pengganti, karena dirinya tidak bisa mengemudi dalam keadaan mabuk

Keduanya hanya diam, terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing

Juyeon tidak menyangka, dibalik sisi ceria tetangganya itu ternyata dia memendam kesedihan yang mendalam

Bagaimana bisa dia hidup dengan senyum kebohongan seperti itu. Berlagak seperti orang paling tak ada beban, dan bahkan sibuk mengurusi kepedihan hidup orang lain sedang hidupnya sendiri tak ada tempat untuk bersandar

***

TBC

Terimakasih susah membaca "CWUTCH" Jangan lupa tinggalkan jejak dengan VOTE dan KOMEN 🖤

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang