"Sialan lu ngetawain!" gerutuku pada Chana yang kini masih terbahak, malah dia sampai memegangi perutnya yang sakit karena tertawa setelah aku menceritakan kebodohanku yang dengan tidak tahu dirinya menyatakan rasa sukaku dengan terang-terangan pada Pak Hanan.
"Gue yakin lu emang suka beneran sama Pak Hanan. Abis, gak mungkin lah lu bersikap kayak gitu kalau lu gak suka sama dia. Setahu gue, sebasurd-absurdnya elu ya tapi masih bisa nahan mulut elu yang suka nyeplos ga tahu tempat kalau emang lu biasa aja sama cowok. Tapi sama Pak Hahan__" Chana menjeda sejenak karena dia kembali tertawa. "Sama dia lu nyeplos abis, sumpah gue aja malu yang Cuma denger cerita dari elu, apalagi Pak Hanan yang jadi objek langsung keabsurdan elu," sialan. Sumpah! Dia kalau ngomong kenapa sih suka bener semua, gak pernah salah kalau nilai seorang Betari Cantika. Kesel ah jadinya!
"Sumpah ya gue malu! Gak tahu deh, besok apa gue sanggup atau enggak ketemu dia buat bimbingan lagi," kataku sambil menumpukan kepalau di atas meja, malah sedikit menjedotkannya beberapa kali. Kalau bisa sih sampai hilang ingatan aja, biar gak malu kalau ketemu Si Gula jawa.
"Kadang ya, gue itu suka nanya kenapa coba gue harus punya lebih banyak gen yang diturunkan dari nyokap gue, kenapa gak gen bokap gue yang nurun ke gue. Kan kalau kebanyakan bokap gue nih mulut gak akan terlalu bebas berekspresi, pasti punya pengendalian yang hebat," kataku penuh penyesalan.
Buat kalian yang udah baca cerita bunda, pasti udah tahu bunda kayak gimana, seabsurd apa bunda. Dan itu semua menjadi bagian dari diriku yang tak lain anaknya. Parahnya malah mungkin aku lebih absurd di banding bunda karena lahir dari perpaduan antara Adarra dan Ganendra. Kerja sama mereka pas ngadon aku memang oke banget, makanya terciptalah aku yang seperti ini. Absurd.
"Alah, udah gak usah dipikirin. Pak Hanan juga paling ngiranya elu becanda doang. Kata anak-anak yang pernah diajar sama dia, dia itu dosen yang asyik banget, humble, terus karena dia masih muda dia bakalan ngerti kok. Jadi cuek ajalah. Dia gak akan mikir juga kalau elu serius," kata Chana. "Lagian, bisa jadi dia udah punya pacara bahkan mungkin punya bini," tambahnya.
Kok aku malah jadi diem. Terus otakku malah aku paksa buat mikir. Iya juga ya, gimana kalau dia udah punya pacar, tunangan bahkan istri terus udah punya anak. Yah, patah hati dong? Tapi kan jatuh cinta gak pernah milih, bisa sama siapa aja. tapi gawat dong kalau udah punya istri, aku jadi pelakor dong. Duh bisa digorok bunda nih atau digantung ayah di pohon toge. Tamat riwayat Betari Cantika kalau gini mah.
"Tapi gue serius, gue suka dia," kataku sambil menerawangkan lamunanku. Membayangkan wajah si gula jawa yang ganteng banget. Apalagi pas senyum, duh bikin adem banget.
"Sarap emang!" katanya sambil ketawa.
"Iya, gue emang sarap. Jatuh cinta sama dia bikin gue makin sarap," kataku ketus membuat Chana lagi-lagi tertawa. "Tapi ya Chan, kok ada ya orang yang gantengnya 'PAS' banget," kataku.
"Maksudanya?" tanya Chana heran.
"Ya 'PAS', pas dia senyum, senyumannya bikin adem ke hatiku. Pas dia natap kok tatapannya teduh banget, kayak kita lagi panas terus ada yang mayungin gitu, teduh, sejuk," Chana terbahak mendengar ocehanku yang sudah tentu semua unfaedah.
"Sarap! Gak waras!" kata Chana lagi. "Udah ah ayok, balik!" Chana menarikku dan mau tak mau aku berdiri lalu mengikutinya berjalan ke arah parkiran.
***
Aku menoleh saat pintu kamarku terbuka dan terlihat si kampret yang katanya kakakku itu masuk ke dalam kamar tanpa permisi.
Aku mendengus, "Kalau masuk kamar orang ketuk dulu kali, Mas," kataku lalu kembali fokus pada layar di depanku.
Dia terkekeh, "Kirain gak lagi serius. Ternyata lagi serius," katanya sambil duduk di sebelahku lalu membolak balikan buku yang sedang aku pakai sebagi referensi Bab dua yang kembali aku harus revisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betari (Tamat) (OPEN PO)
De TodoAku mengambil bundelan kertas yang diserahkannya dengan kasar, "Abis dari sini saya mau lapor polisi," kataku ketus membuat dia menatapku heran. "Kenapa?" tanyanya dengan mengangkat satu alisnya. Sialan! Malah tambah ganteng. Kurang ajar emang nih l...