Hari selasa, lebih tepatnya hari pertama pemindahan kelas XI Ips 3. Semua penghuni XI Ips 3 berangkat lebih pagi
"Woi! Bantuin dong." ujar Laki-laki berparas arab itu dengan tumpukan buku setinggi dagunya.
"Buset! Semua buku lo disekolah Bar?" ucap Freya yang baru saja datang dan segera membantu laki-laki itu. Rayhan Akbar atau sering di panggil Akbar.
Gimana gak banyak? Orang semua buku di tinggal di kelas. Katanya sih biar gak ada yang ketinggalan bukunya. Alasan!.
Bilang aja biar gak usah ngerapiin jadwal buku lagi.
Kalo ada Pr aja baru kalang kabut.
"Bentar-bentar" Freya menatap tumpukan barang yang di bawa masing-masing orang.
"Kenapa si Frey?" tanya Abi bingung.
"YA TUHAN!" suara itu membuat penghuni yang ada disana menatap ke asal suara.
Siapa lagi kalo bukan Meylisa Stephanie atau sering di panggil cici. Si bendahara kelas yang terturun China di parasnya. Suaranya yang cempreng dan besar adalah ciri khasnya. Kalo ngomong ama cici kaya orang berantem. Harus ngegas.
"Apa si ci! Ngomong aja pake power" ketus Ryan. Ryan Putra Danendra ketua kelas di XI Ips 3.
"Ngapa ci?" tanya Erik.
Cici menghela napas berat, seperti ingin mengeluarkan sesuatu yang besar. Seisi kelas segera menutup kedua telinga dengan tangan.
Udah tau apa yang bakal terjadi.
"WOI GILA AJA YA, BARANG SEGINI BANYAKNYA TERUS DI BAWA-BAWA KE LANTAI 4 MANA KUAT"
bener-bener keluar. Toanya.
Tapi bener juga apa yang Cici bilang. Kelas mereka di lantai 2 dan harus ke lantai 4 dengan membawa barang-barang yang banyak ini.
"YA TUHAN, MANA GAK ADA LIFT KAN SEKOLAH HARUS NAIK TANGGA"
"Ci udah ci gak kuat" ucap Manda yang masih memegang kedua telinga.
Mendengar ucapan itu, Cici malah tertawa karena melihat wajah orang-orang disana. "MUKA LO KAYA MUKA KALO GUE TAGIH UANG KAS"
"Sialan lo Ci" ucap Freya.
"Tapi bener juga, kalo satu satu bakal lama banget tapi kalo semua gak kuat" sambungnya sembari berfikir.
hening beberapa menit.
"Gue ada ide!" ucap Abi.
Setelah Abi menjelaskan, semua bergegas mencari alat-alat yang dibutuhkan.
Selang beberapa menit semua alat terkumpul, dan Abi membagi tugas masing-masing. Setelah selesai Abi membagi-bagi, orang-orang berdecak kagum. Tidak menyangka dengan seorang Abimana Pradipta yang terkenal dengan sifat jailnya ternyata bisa memiliki ide seperti ini.
Semua orang melakukan tugasnya masing-masing, kecuali Abi dan Freya yang berjaga di bawah.
"Bi, gila lo keren banget! Ngide dari mana lo Bi" Freya bertepuk tangan kagum.
Abi tertawa geli sembari mengacak rambut Freya, "Gue liat rumah tetangga pas di bangun"
Freya menatap bingung, "Lah ngaruhnya apaan?"
Abi kembali tertawa, "Makanya kalo beli rumah jangan yang langsung jadi, nih gue critain. Rumah tetangga lagi bangun lantai ke 3 terus kan ga mungkin tuh semen di bopong ke atas capek kesian .jadi abang-abang nyiapin tali dari atas terus yang di bawah ngiket semen itu. Tinggal tarik dah dari atas selesai"
Freya ber oh ria, "yaudah ayo biar cepet"
Freya dan Abi mengikat tumpukan buku-buku dengan erat. Nisa, Akbar dan Manda bagian diatas yang narik talinya. Sedangkan yang lain memastikan aman dari guru.
Tak butuh waktu lama akhirnya selesai. Karena kerja sama dari masing-masing tugas. Kini semua sudah berkumpul di atas, atau lebih tepatnya kelas baru mereka.
Hanya ada dua ruangan. Bekas gudang yang akan di jadikan kelas dan toilet, sisanya hanya rooftop yang tidak terlalu luas. Seperti sisaan bangunan.
Ryan menghela nafas berat, "Sayang banget gak keurus"
Manda ber oh ria, "jadi Gempita bikin lantai 4 ini cuman buat gudang sama toilet. Pantes aja beda bentuknya setengah begini"
"Kayanya nih rooftop bakal bagus" ujar Freya
"Bagus kalo dirawat" seru Ali
"UDAH RAPIIN YU, ABIS INI BU FATIN"
"Iya ci Iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Edan
أدب المراهقين"Kalian tau gak? Kelas kalian itu KELAS EDAN!" - Pak Rijal, kepala sekolah yang terhormat. Kelas siapalagi kalo bukan XI Ips 3 yang bikin Pak Rijal murka. Kelas rusuh yang paling di benci kelas lainnya. Tapi... "Biar rusuh bikin risih, tapi ngangeni...