00 . i forget it

607 57 1
                                    

"Uraraka-san! Selamat pagi!"

Uraraka menoleh semangat melihat Midoriya yang tersenyum setelah barusan menyapanya. "Selamat pagi, Deku-kun!"

Mereka berdua, Uraraka dan Midoriya berjalan bersama di sepanjang koridor menuju kelas mereka, 1-A.

"Uraraka-san, Ibuku bilang masakan buatanmu enak."

Midoriya mempersempit jarak diantara mereka berdua. Uraraka sedikit terkejut namun mencoba tidak bereaksi apapun selain menunjukan semburat merah tipis di kedua pipinya.

"B-benarkah? Lain kali aku buatkan lagi kalau ti-tidak keberatan." ucap Uraraka sedikit gugup.

Oh ayolah! Dia sedang berdekatan dengan seorang pria! Apalagi pria itu adalah Midoriya! Bukan yang lain!

Midoriya mengangguk. "Oh iya, Uraraka-san."

Uraraka ikut menghentikan langkahnya seperti Midoriya yang barusan memanggilnya dan kini menatapnya.

"Ada apa, Deku-kun?"

Midoriya terlihat sedikit menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Wajahnya terlihat begitu merah. Kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.

Uraraka yang melihatnya sedikit kebingungan dan tersenyum gemas. Ia diam menunggu apa yang ingin dikatakan Midoriya.

"A-anu... Uraraka-san..."

"SELAMAT PAGI! MIDORIYA-KUN! URARAKA-KUN!"

Keduanya sama kagetnya melihat Iida, sang ketua kelas yang berlari dengan kedua tangan bergerak kedepan-belakang mirip robot kini berhenti di dekat mereka. Walaupun kedua kakinya terus berlari di tempat.

"Apa yang kalian berdua lakukan disini?! Cepat lari! Lima menit lagi bel berbunyi! Jangan sampai terlambat!"

Kemudian, Iida kembali berlari meninggalkan Uraraka dan Midoriya yang masih sweatdrop dengan kedatangan Iida barusan.

Uraraka menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas kemudian kembali menatap Midoriya. Ia masih belum tau apa yang ingin Midoriya katakan.

"Tadi mau bilang apa, Deku-kun?" tanya Uraraka akhirnya.

Midoriya membuka mulutnya bukan untuk mengatakan atau menjawab pertanyaan Uraraka.

Sementara Uraraka langsung dibuat kaget dan membeku di tempat dengan wajah memerah saat ia merasakan kecupan di bibirnya dari Midoriya.

Untuk beberapa saat, Uraraka berdiri membeku di tempat kemudian saat tersadar ia membungkam mulutnya, menatap Midoriya yang sekarang tersenyum.

"Morning kiss, hehe."

Tidak sampai disitu, Uraraka langsung ditarik Midoriya berlari menuju kelas mereka. Sepertinya Midoriya tidak ingin terlambat seperti kata Iida tadi. Walaupun bukan itu alasan sesungguhnya menarik Uraraka.

Uraraka sendiri tersenyum gemas dan menahan tawa melihat wajah Midoriya sekarang memerah.

Hei, hei. Siapa yang sok sok 'an menciumnya tadi?

Dasar, Deku-kun.

Sesampainya di kelas, mereka berdua disambut siulan dari beberapa teman-teman kelas. Menyoraki kedatangan Midoriya dan Uraraka sambil bergandengan tangan.

Tentu saja, itu membuat Uraraka malu setengah mati. Ia berjalan ke tempat duduknya di barisan paling belakang lalu akhirnya duduk. Mencoba mengabaikan teman-temannya yang menggodanya.

"Ah iya..."

Uraraka meletakan kepalanya di atas lipatan lengannya kemudian menatap lurus ke satu titik.

Teman-temannya selalu menuduhnya sedang memperhatikan Midoriya. Ia hanya bisa tersenyum dan tidak bisa mengelak sama sekali.

Tidak mungkin dia menjawab yang sejujurnya.

Kalau yang selama ini yang dia perhatikan adalah bangku yang ada di depan Midoriya. Lebih tepatnya, sebuah bangku yang kosong. Tidak pernah ada yang menempatinya.

Setidaknya itulah jawaban yang ia dapat saat Uraraka bertanya kepada teman-temannya.

Uraraka sendiri tidak tau alasannya terus memperhatikan bangku kosong itu.

Tapi yang pasti, Uraraka tidak bisa melepaskan pandangannya.

Kemudian, perasaan itu datang lagi.

Perasaan seolah dadanya diinjak-injak. Seperti ada yang menusuknya dengan jarum tak kasat mata. Rasanya sesak sekali.

Perasaan menyakitkan itu selalu hadir saat Uraraka memperhatikan bangku kosong itu.

Lalu, pertanyaan itu kembali memenuhi pikirannya.

Apa aku melupakan sesuatu?

My Hero Academia : Uravity ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang