| eighth |

960 132 14
                                    

Hari ini tidak ada surat yang setia menghiasi loker sang lelaki. Joshua menghela nafas pelan sebelum menutup loker miliknya. Ia sekarang tengah merutuki dirinya yang memilih untuk berkata demikian kepada sang penulis surat. Jujur kehadiran surat surat kecil itu selalu mewarnai hari harinya. Hanya saja, emosi benar benar mengambil alih dirinya saat itu hingga ia bahkan tidak menyadari tindakan yang telah diperbuatnya. Dengan langkah pelan ia meraih gagang pintu ruang kelas. Baru saja Joshua membuka pintu ruang kelas, sesosok wanita cantik dengan sigap berdiri di hadapannya sembari tersenyum. Joshua tahu betul sosok wanita di hadapannya itu. Sosok Lee Eunso yang menggelar sebutan 'sepupu' bagi Joshua.

Yup, wanita cantik bermarga Lee itu nyatanya adalah sepupu jauh dari sang lelaki. Itulah alasan mengapa keduanya nampak begitu akrab dan mengenal satu sama lain.

"Morning, Jisoo" sapa wanita Lee.

"Stop panggil gue dengan sebutan Jisoo" Joshua menatap tajam sang wanita sebelum berlalu ke kursinya. Baru saja ia ingin duduk, maniknya sudah terlebih dahulu menaruh fokus pada sebuah amplop yang tergeletak di atas mejanya.

Senyum Joshua seketika mengembang. Dengan cepat ia menyambar surat tersebut kemudian berlalu ke arah rooftop untuk membacanya.

Dengan senyum yang masih setia bertengger pada wajah tampannya, Joshua membuka surat itu dan mulai membacanya.


Dear Joshua,

Maaf jikalau seandainya selama ini aku telah merepotkanmu. Maaf juga apabila aku telah membuatmu risih dengan keberadaanku. Aku telah membaca isi suratmu dan apabila itu maumu, maka akan ku turuti. Sorry, kalau aku terlalu lama membalas surat milikmu. Tapi setidaknya aku mengetahui satu fakta menarik tentang dirimu, sebelum aku harus mengucap pamit. You also deserve to be happy, Jisoo-ssi❤

-your secret admirer

Tanpa dirinya sadari, setetes air mata berhasil lepas dari manik indahnya itu. Ini adalah kali pertama bagi seorang Joshua Hong untuk menangis karena seorang gadis. Kini sang lelaki benar benar merutuki keputusan bodohnya. Ia meremas dadanya kencang sebelum mengucapkan sebuah kalimat terakhir teruntuk sang empu.




"Aku menyesal, sungguh menyesal. Kumohon, kembalilah"

Dear Joshua | Hong Jisoo [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang