Epsilon Canis Majoris (ε CMa / ε Canis Majoris) atau Bintang Adara dalah bintang tercerah kedua di rasi Canis Major. Bintang ini tergolong bintang ganda, berjarak 431 tahun cahaya dari Bumi.
Sesuai dengan nama bintang di langit sana, Adara Camira adalah sosok perempuan yang bercahaya dengan sikapnya yang pandai bergaul, ceria, mudah menerima orang lain dan pintar.
Perempuan itu baru saja pindah dari Yogyakarta menuju ibu kota. SMA Semesta menjadi pilihannya untuk melanjutkan sekolah, ralat, itu bukan keinginannya namun karena ayahnya yang memasukan sekolah disini karena sekolah ini bagus.
Kesan pertama dirinya menginjakan di SMA Semesta adalah kekesalan. Setelah tadi pagi ayahnya hanya mengantar kegerbang sekolah dan tidak membantunya menemukan ruang kepala sekolah karena ayahnya sibuk akan perkantoran, dan berakhir ia terjatuh karena laki laki dan tidak meminta maaf pada dirinya. Ia atau laki laki itu yang menubruk? Ntah lah, Adara yakin bahwa laki laki itu yang menubruknya.
"Hei, Lo anak baru kan?" sapa seorang perempuan dan membantu dirinya yang masih terjatuh akibat bertubrukan dengan laki laki. "Kenalin gue Alda"
"Adara, thanks" ucap Adara pada Alda karena telah membantu ia berdiri.
"Oke, lo kelas berapa?"
"XI, anter gue yuk keruang kepala sekolah" Adara, perempuan itu seolah mengenal Alda dari lama, ia menarik tangan Alda dan berjalan cepat.
"Berhenti, kita salah arah" Mereka berhenti, Adara hanya menyengir.
"Eh eh, yang cowok dingin tadi siapa? Lo liat kan?" Tanya Adara disela langkah mereka.
Alda melihat aksi bertubrukan itu jadi ia mengetahui "namanya Langit"
Adara hanya mengangguk "Dia ang dingin kayak gitu?" Tanyanya, dia mendadak kepo.
"Iya, udah ah jangan bahas dia, males"
"Lah kenapa?"
"Udah udah lo masuk dulu keruang kepsek" ujar Alda karena mereka sudah sampai didepan pintu ruangan kepsek.
***
Siang ini, lebih tepatnya saat jam istirahat. Hanya keributan antara dua orang yang mendominasi kantin. Langit dan Adara. Adara dengan tampang kesalnya karena ulah Langit yang tidak meminta maaf dan Langit yang tak menggubris apapun yang dikatakan Adara.
Orang orang hanya menonton, dan mulai mesoraki Langit, mereka lebih memilih mendukung Adara.
"Lo gak mau minta maaf sama gue?" Tunjuk Adara pada Langit yang asik dengan makan nasi gorengnya.
"Jawab dong ih, bikin gue kesel aja" tambah Adara.
"Hm"
"Hm hm an itu jawaban yang bikin gue ambigu tahu"
Langit tak merespon, perkataan Adara hanyalah angin lalu.
"Pantes nama lo Langit sikap Lo emang setinggi Langit"
"Hm" Langit mengambil buku sejarah yang berada disamping minuman yang ia pesan, lalu meninggalkan Adara yang berdecak kesal sendiri karena Langit pergi begitu saja .
"Awas ya lo, lo tahu gak? Udah bikin kesel ih!" Suara itu masih mampu terdengar ditelinga Langit.
"Udah bawa santai aja, dia emang kayak gitu" tambah Orion yang daritadi hanya melihat mereka berargumen, lebih tepatnya hanya Adara seorang?
"Ih, lo kan temennya ubah kek sikap dia" Adara lantas pergi dari hadapan Orion, Arctur dan Bintang.
***
Buku sejarah kemerdekaan, ia simpan diantara kedua kakinya, sedangkan dirinya duduk di salah satu kursi perpustakaan yang nyaris kosong. Ia begitu fokus, menghayati setiap kata yang tertera, seolah olah ia masuk pada keadaan sejarah kemerdekaan. Walau buku sudah berapa kali ia baca, namun ia tak pernah bosan. Selalu ada pelajaran bermakna yang hinggap di setiap kalimat.
“Perjuanganku tidaklah sulit, karena hanya mengusir penjajah, Perjuanganmu lebih sulit karena melawan Bangsa sendiri”
Ntahlah, kata kata milik presiden RI yang pertama, Ir. Soekarno begitu melekat di kepala Langit ketika membaca buku tersebut.
Ia membenarkan kalimat tersebut, bukan karena ia menyepelekan bahwa mengusir penjajah oleh pahlawan itu mudah, sebab dirinya tak hidup dimasa itu.
Dirinya yakin setiap orang memiliki harapan yang dilangitkan akan bangsanya sendiri. Namun justru kadang sebagai pemuda penerus bangsa hanya diam tanpa ingin melaksanan harapan itu sendiri. Semua ingin memiliki kesejahteraan namun kadang sebagai contoh siswa yang mencuri uang milik temannya. Semua ingin keadilan tapi tanpa sadar ada disekitar kita orang yang merendahkan derajat orang lain.
***
"Kak, Bintang pamit kekelas ya, mau lanjut kerjain tugas sejarah" ucap Bintang takkala ia selesai makan.
"Pr Bin? Lain kali kalo pr dikerjain dirumah" Orion merespon.
"Hehe iya, Bintang nggak tahu karena pr itu baru dikasih lusa di grup whatsapps. Bintang kan nggak punya hp"
Orion mengangguk "temen kamu gimana dikelas masih sering ngebuli?"
"Kadang sih, kakak pasti tahu gimana orang yang dapet beasiswa, tapi tenang aja Bintang kuat kok"
Orion tersenyum "gih bawa aja buku tugasnya, kita selesain disini"
"Oke kak"
"Kakak ikut"
***
Alda, Reisa, dan Adara sik bercanda sambil makan mie ayam mereka. Walau tadi Adara merasa kesal, namun dengan mudah dirinya langsung dapat tertawa.
"Dara, gue suka Lo ngebentak Langit kayak gitu" Reisa berbicara.
"Udah deh jangan bahas anak beasiswa kayak dia" Alda menimpali.
"Hah? Keren dong" kagum Adara.
"Kuno banget kamu, nih ya yang dapet beasiswa itu pasti miskin nggak kayak kita kita yang kaya, kan orang nggak sudi temenan sama dia"
"Lah kok gitu?" Adara mengernyit bingung. Orang yang mendapat beasiswaa malah direndahakan?
"Udah deh, semua orang disini juga pada nggak suka sama Langit. Awalnya sih suka karena pinter tapi waktu tahu dia miskin terus hidup di panti asuhan, orang jadi nggak suka termasuk kita" Reisa menjawab.
***
"Langit!" Ucap perempuan yang tak lain Adara. "Gue cari lo dimana mana, capek tahu" ujarnya kembali sambil mengatur nafasnya.
Langit yang sedang asik menyelami dunia kemerdekaan mendongkak kearah Adara.
"Tambahin gue jadi temen lo, please" mohon Adara.
Teman? Kata yang terlalu asing bagi Langit. Karena dia hanya mampu menganggap Orion temannya, tidak dengan yang lain. Bahkan saat dirinya mengatakan 'teman' saat Bintang dibuli pun ia ragu mengucap itu, sebab ia tak benar benar menganggap Bintang itu temannya, apalagi Arcturus, dan sekarang Adara, perempuan yang baru saja pindah.Apa Langit akan menganggap Adara teman, seperti dia menganggap Orion temannya? Ntah lah, hanya waktu yang menunjukan bagaimana kisah Langit untuk membuka hati agar dapat menganggap orang di sekitarnya sebagai teman.
***
Assalamualaikum.
Ada yang nunggu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Teen FictionAlasan Sirius mulai menerima takdir karena ada adik kesayangan berada disampingnya, Canis. Karena keluarga sudah tak ada, mereka terpaksa hidup dipanti asuhan. Suatu hari, Canis diadopsi oleh keluarga kaya. Namun kabar tak terduga, Canis dan kelu...