bab 4

1.2K 42 7
                                    

*luangkan sedikit waktu untuk menekan tanda bintang 😘😘*

Sudah sejam lebih Raka memacu mobil, tetapi tidak juga ia temui keberadaan wanita yang baru saja dinikahinya. Pun dengan warung makan di pinggir jalan tidak kunjung ia jumpai, seharusnya jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya berhenti ketika bertemu dengan sang mantan. Suasana di tepi hutan ini jangan ditanya lagi, sudah pasti angin yang berembus semakin menusuk tulang. Ia melambatkan laju mobilnya ketika matanya menangkap gapura tempat mereka menemukan boneka yang dipungut istrinya. Dari dalam mobil terlihat olehnya bayangan anak kecil dengan rambut dijalin dua melambaikan tangan padanya. Bergegas lelaki itu memutar balik mobilnya, itu artinya dia mundur jauh ke belakang.

Raka semakin frustasi mencari keberadaan Ana, perlahan ia menarik kasar rambutnya, merenungi kesalahan apa yang mereka lakukan hingga harus tersesat di wilayah hutan larangan ini. Bagaimana nasib istrinya yang entah di mana. Belum tuntas rasa bingungnya ia dikejutkan oleh kehadiran wanita yang sempat ia beri tumpangan beberapa waktu lalu. Wanita itu duduk di sebelahnya kursinya begitu saja.

“Bukankah sudah kukatakan, kembalikan boneka itu dan jangan membuat ulah di wilayah ini. Sekarang kalian rasakan sendiri akibatnya,” ujarnya sambil memalingkan wajah ke arah lelaki berkacamata itu.

“Apa maumu, di mana istriku?” tanya Raka dengan nada mengancam.

“Dia diambil oleh penghuni asli hutan ini. Wajahnya yang cantik menjadi idaman bagi mahluk-mahluk bernafsu liar di dalam sana. Ikhlaskan saja istrimu, kembalilah ke rumah dengan selamat seorang diri.”

“Sial.” Raka hendak mencekik wanita paruh baya itu, tetapi niatnya tidak kesampain karena wanita aneh itu menghilang begitu saja dari hadapannya. “Ana, tunggu, kita pasti kembali ke rumah bersama-sama.”

Lelaki itu menghentikan kendaraannya dan memeriksa beberapa peralatan sederhana yang bisa ia bawa untuk menelusuri hutan ini, tidak peduli seberapa luas dan angkernya di dalam, ia akan berusaha menemukan kembali Ana. Ada dua buah senter mini yang mampu hidup beberapa jam, beberapa meter tali dan jaket tebal yang ia bongkar dari dalam tasnya. Tidak ketinggalan air mineral yang masih utuh ia bawa untuk persediaan selama di dalam hutan. Mobilnya diletakkan di bawah pohon besar yang usianya mungkin sudah ratusan tahun, dan daunnya sudah hampir menyentuh tanah. Dengan langkah penuh keyakinan ia menapaki hutan yang sangat gelap berbekal lampu senter di tangan.

****

Kegelisahan melanda Ana, harus memulai langkah dari mana, hutan ini seakan menutup akses jalan keluarnya. Ranting demi ranting dari berbagai macam pohon menutup jalan tempatnya masuk tadi. Ia terus saja berjalan mengikuti nalurinya, meskipun tidak tahu akan berakhir di mana. Telapak kakinya perih karena tergores tanaman-tanaman kecil yang dijumpai sepanjang jalan. Wanita itu mencoba berteriak meminta tolong. Namun, hanya gema suaranya saja yang kembali diiringi suara burung hantu yang hinggap di atas pepohonan.

Tidak ada lagi tetes air mata yang membasahi wajahnya. Ana mencoba berani agar bisa segera keluar dari hutan angker ini. beberapa meter berjalan iapun kelelahan dan duduk di bawah pohon yang nyaman untuk beristirahat. Haus, tapi tidak ada setetes pun air untuk diminum. Hanya boneka Martha yang ia bawa tanpa dilepaskan dari tadi.
Dipeluknya boneka itu dengan erat berharap melenyapkan sedikit rasa dingin tubuhnya. Perlahan tangan mungil boneka cantik itu membelai rambut indah Ana, hingga wanita itu benar-benar terlelap ke alam mimpi.

Sebuah tepukan di bahu membuat Ana yang baru beberapa menit tertidur, bangun kembali. Diliriknya ke arah tepukan itu berasal. Ia mendapati seorang lelaki dengan peralatan camping lengkap di bahu tersenyum padanya.

“Akhirnya aku ketemu orang lain juga setelah tersesat selama tiga hari di sini,” ujarnya ketika duduk tidak jauh dari Ana.

“Maaf, tapi kamu siapa, ya? Dan kenapa bisa sampai di sini?” tanya Ana pesaran.

Bermalam Di Hutan Larangan (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang