Seorang pemuda menatap dedaunan maple kering khas musim gugur di depannya. Kedua tangannya bersimbah darah berwarna merah pekat. Di tangan kirinya terdapat pisau yang juga serupa dan tangan kanannya tersimpan senjata api kualitas terbaik. Membuat korbanya akan mati dengan satu kali tembakan.
Tak jauh darinya terdapat tubuh yang telah terbujur kaku tanpa nyawapemilik darah yang melekat pada pemuda itu. Ada kepuasan serta sensasi tersendiri ketika ia berhasil menghabisi nyawa seorang psikopat. Itu dilakukannya bukan tanpa alasan. Ia mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Eclipse Enforcers Organization—sebuah organisasi yang bertugas mengeksekusi kriminal yang berkeliaran bebas, ataupun tugas-tugas tertentu dengan cara yang rahasia dan misterius. Selayaknya fenomena gerhana matahari yang terjadi yang tidak terlihatnya sinar matahari secara langsung. Bermarkas pusat di Seoul, Korea Selatan.
Tentu selain karena tugas dan tanggung jawab, hal itu tak lepas dari ambisi pribadi seorang Park Seonghwa.
"Seonghwa!" seru seorang pemuda yang tengah berjalan ke arahnya. Pemuda yang dipanggil refleks menoleh dan tersenyum hangat kepada orang yang memanggilnya itu. Tangannya menunjuk mengarah kepada tubuh psikopat yang telah membunuh ratusan nyawa tak berdosa.
"Lihatlah Joong, aku sudah menghabisinya." Laki-laki yang di depannya mengangguk paham. Kemudian mengalihkan perhatiannya kepada kedua tangan Seonghwa.
"Iya, aku juga melihatnya. Hwa, apa kau baik-baik saja?" Pemuda bernama lengkap Kim Hongjoong itu meraih tangan Seonghwa. Namun pemuda lainnya segera menariknya kembali.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," jawab Seonghwa seadanya.
Hongjoong merupakan junior Seonghwa. Mereka berdua sudah menjadi tim sejak dalam waktu yang cukup lama. Para anggota yang bergabung dengan Eclipse menganggap bahwa hukuman jeruji besi tak akan cukup membuat mereka jera. Maka dari itu, orang yang memiliki kesalahan fatal akan langsung dieksekusi secara diam-diam.
Seonghwa berpangkat sebagai Penyidik Tingkat 1 dan Hongjoong berpangkat sebagai Penyidik Tingkat 3. Cukup menggelikan juga saat menjelaskan ini. Tapi mereka memang sering membunuh. Bedanya, membunuh untuk tujuan yang jelas. Karenanya Seonghwa juga mengerti, bahwa seseorang akan diperlakukan sesuai dengan kedudukannya. Entah, sampai kapan itu akan berlaku.
"Hwa, apa yang akan kita lalukan dengan mayat itu?"
"Hubungi pusat, minta untuk mengirim orang dan mengurusnya. Aku tidak mau lebih mengotori tanganku dengan ikut campur menyingkirkan mayat itu. Tugasku hanya menghabisinya," tukas Seonghwa acuh tak acuh.
"Ah, baiklah."
Seonghwa berjalan menjauhi Hongjoong, menuju sungai kecil tak jauh dari tempat semula ia berdiri. Namun, Hongjoong tak diam, pemuda itu mengikuti Seonghwa-nya setelah selesai menghubungi markas pusat dan membiarkan yang lain mengurus sisanya.
"Joong, setelah ini kita akan pergi ke Jinju."
"Apa ada misi lagi?" tanya Hongjoong yang terlihat tertarik.
"Tentu, kau pikir untuk apa pergi jauh-jauh kesana?"
"Kau memang manusia berdarah dingin, Hwa. Tidak heran jika orang menjulukimu sebagai 'belati'. Sangat mengerikan," ujar Hongjoong. Setelahnya ia terkekeh karena ucapannya sendiri.
"Oh, ayolah Joong. Aku tidak seburuk itu," balas Seonghwa membela diri. Hongjoong kembali tertawa, menampilkan deretan giginya yang cukup menggemaskan di mata Seonghwa.
Bagi Park Seonghwa, anak itu sangat tidak pantas membunuh. Dia sangat terlihat menggemaskan dan polos dengan tubuhnya yang lebih kecil dibandingkan Seonghwa. Untuk ukuran laki-laki berusia 25 tahun, Hongjoong itu kelewat lucu.
Seonghwa sempat berfikir keras tentangnya—tujuannya bergabung dengan divisi ini. Kenapa pemuda yang ceria sepertinya memilih mengotori tangannya dengan darah?
Yah, setiap orang yang menjadi sukarelawan untuk tugas semacam ini memang memiliki tujuan dan motivasi tersendiri. Tapi kebanyakan dari mereka mengunakan dendam sebagai alasan. Dan tentu saja tujuannya untuk membalaskan dendam itu. Persis seperti Seonghwa sendiri. Dia pun datang ke organisasi ini hanya untuk satu tujuan. Balas dendam atas kematian ibunya.
Namun, meskipun dibilang sukarelawan, semua yang tergabung dengan Eclipse tetap mendapatkan jaminan untuk hidupnya masing-masing. Berupa uang, tempat tinggal, dan keamanan. Mereka juga dibekali dengan pelatihan dan tak lupa senjata. Mengerikan bukan?
"Aku sudah berbicara pada mereka. Mobilku tak jauh dari sini. Hwa, mau kugendong atau berjalan sendiri?"
"Demi Tuhan Joong, aku bukan anak kecil. Berhentilah bersikap demikian."
Hongjoong menghela nafas kasar dan memutar matanya malas. Bibirnya mengerucut, menampilkan mimik muka yang sangat menggemaskan. Seonghwa hanya bisa tersenyum melihat tingkah lakunya yang sedang merajuk seperti ini.
Tak lama kemudian Hongjoong mengulurkan tangannya. Seonghwa yang paham akan hal tersebut segera meraihnya. Lantas, mereka berdua berjalan berdampingan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari mereka.
Sejatinya, kedua manusia itu bukanlah sepasang kekasih ataupun insan yang sedang kasmaran. Hongjoong bahkan sudah memiliki kekasih yang bekerja sebagai Penyidik Khusus di Divisi Utama.
Seonghwa pun tahu bahwa Hongjoong sangat mencintai kekasihnya tersebut, begitu pula dengan kekasihnya. Ia hanya bermain dengan perasaannya dan juga perasaan laki-laki itu sendiri. Ia tak pernah secara gamblang memperdulikan hal tersebut. Karena yang menjadi utama baginya adalah membunuh pembunuh ibunya.
"Hwa, tidak mau makan terlebih dahulu. Sebentar lagi jam makan siang."
"Terserah."
Hongjoong segera memacu mobilnya menuju tempat makan yang letaknya tak jauh dari lokasi semula. Mungkin hanya berjarak 1 kilometer. Setelah sampai, mereka memasan makanan yang tersedia di buku menu dan menunggu. Cukup jengah Seonghwa menunggu pesanan yang baginya hampir 1 abad. Menyebalkan bukan? Ya, karena itu sangat lama. Setidaknya bagi dia.
"Hwa, apa kau bosan?"
"Aku sangat bosan bahkan. Aku tidak bisa melakukan apapun."
"Kau bisa memainkan sumpit."
"Joong, itu ilegal. Aku tidak mau di hajar massa," tukas Seonghwa melebih-lebihkan.
Mendengar perkataan Seonghwa membuat Hongjoong merasa geli dan kemudian tertawa. Terlalu keras, hingga membuat beberapa orang yang ada di sana menoleh dan menatap heran. Begitu juga dengan Seonghwa. Ia tidaklah paham dan mengerti hal lucu apa yang sukses membuat pemuda di depannya tertawa selepas itu.
"Ilegal? Hwa, itu sangat berlebihan."
Memang benar, bagi orang Korea, memainkan sumpit saat makan adalah kegiatan yang tidak sopan. Tapi mendengar Seonghwa menyebut hal itu sebagai sesuatu yang ilegal untuk dilakukan, rasanya terlalu berlebihan.
"Terserah, tapi pelayan itu membuat waktuku terbuang sia-sia."
"Apa kamu mau mendengar lelucon dariku?"
"Tidak, aku akan semakin bosan karenanya."
Lagi-lagi Hongjoong mengerucutkan bibirnya. Itu membuat Seonghwa gemas dan mencubit pipinya keras. Namun, reaksi pemuda itu di luar dugaan. Ia malah meraih tangan Seonghwa dan mengecup punggung tangannya singkat.
Singkatnya, Seonghwa merasa darahnya mulai berdesir tak karuan. Detak jantungnya semakin terpacu. Sangat menggelikan. Pemuda itu tertegun dan terlena sebentar. Sempat terbang ke tumpukan awan sebelum kembali lagi pada waktu dan tempat yang seharusnya. Ia tak buru-buru menarik tangannya. Hongjoong masih gigih mempertahankan posisinya dan bermain dengan tangan Seonghwa. Sebuah kebenaran jika ia menikmati hal tersebut.
"Joong, makanan sudah hampir sampai dan kau tidak mau melepasnya?"
"Hwa, aku butuh privasi suatu hari nanti."
Hongjoong tersenyum dengan tatapan penuh arti kepada Seonghwa. Meminta menjelajah lebih dalam bagian dari dirinya. Dan dengan bodoh dia mengiyakannya. Sejak saat itu juga, ia memulai misi yang sesungguhnya, dengan Kim Hongjoong.
— TBC —
KAMU SEDANG MEMBACA
Desty : The Hidden Things | Joonghwa
FanfictionPark Seonghwa, seorang Penyidik Tingkat 1 di Eclipse Enforcers Organization. Dendam yang terselubung selalu mengakar menemani setiap langkah riwayat hidupnya. Kehilangan orang terkasih membuat dia memilih mengotori tangannya demi membalas dendam. Ha...