"Bersulam!"
Bruk!
Hah... Hah...
"Dasar menyebalkan"
Shhh hah
"Tua bangka sialan"
"Hey, shh dia ayahmu bodoh"
"Dan huh jalang matre sialan"
"Dasar tidak waras"
"huh, huh. Taruhan seratus ribu dollar jika mereka tak saling melempar guci lagi saat ini"
Shhhh
"Harusnya aku memilih milih harus lahir dari pasangan yang mana"
Huhhh
"Keluar dari kepalaku, sialan"
Glek glek glek
"Si bodoh, Merin! Hentikan itu" dengan cekatan, Nara menahan tangan kanan gadis didepannya yang sedang diambang kesadarannya saat ini.
"Ah, keluarga cacat" Merin masih meracau sambil meneguk minumannya ini.
"Hey, sudah bodoh." sentak Nara sambil mengambil botol ditangan Merin. Sungguh ide buruk membawa Merin untuk minum diluar saat ini.
Nara memutuskan membawa Merin pulang ke apartemennya. Keadaan rumah gadis ini sedang buruk sejak ia datang kepada Nara dan mengajak untuk minum. "Lupakan sup pedas ini, mari kita pulang!"
Begitulah cara Nara membawa Merin keluar dari restaurant itu, menyeretnya. Setelah membayar semua tentu.
Disudut lain ruangan diwaktu yang sama
"Hey, lihat gadis-gadis bodoh itu." ucap seorang pria kepada ketiga teman lainnya.
"Apa?" jawab seorang lelaki berkulit putih yang sedang memakan mie kehitaman miliknya.
"Lihat saja bodoh!" sentak Hoseok. Sungguh. Lelaki itu geram dengab pria didepannya. Apa susahnya jika berbalik badan sebentar saja.
"Tidak ada yang aneh dari mereka, Seok" jelas sosok kalem disamping pria berkulit putih itu.
"Ya, aku juga berfikir demikian" angguk lelaki beranting disamping Hoseok. Pria itu kembali melanjutkan memakan makanannya yang sempat diselingkuhi beberapa waktu.
"Memangnya mereka kenapa? Tak ada yang salah untuk makan dan minum ditempat umum" Sentak Seokjin. Pria itu geleng geleng kepala sejenak sembari menatap pria yang membuka obrolan ini.
"Bukan itu, haish. Tak ada salahnya bukan memilih tempat makan yang lebih ramai? Maksudku, disini hanya ada banyak pria! Jika mereka bukan gadis baik baik, sekalian saja pergi ke club, dasar!" omel lelaki itu lagi. Yang disambut elusan dibelakang kepalanya oleh pria didepannya.
"Bodoh, untuk apa mengurusi urusan orang lain. Mereka bukan siapa siapamu ini. Mereka yang dirugikan, dan tak ada sangkut pautnya denganmu. Lagipula tidak usah berlebihan, hanya ada tiga kelompok pria di tempat yang luas ini."
Hoseok masih memegang tengkuk kepalanya. Tepukan itu tidak bisa dibilang pelan.
"Nah. Emang tidak ada faedahnya jika kau bicara, hyung. Lebih baik diam" ledek pria beranting tadi.
"Yak, Jeon Jungkook!"
...
tebece.Dipojokan ruangan, Jakarta 27 juni 2020
- - - - - - - -
Di post pada 21 Juli 2023 🤣
test ombak, maybe? ada yang nungguin? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan fangirl
Fanfiction"kenapa kau tidak berteriak?" "karena tidak mau" "kenapa kau tak terpana dengan ketampananku?" "karna memang tidak" ... ⚠️⚠warning️⚠️⚠️ Bahasa berantakan First story yang di pub Short story Chap kadang panjang kadang pendek tergantung alur ©®silentb...