Kalian tau? Padahal akupun hanyalah anak baru di sekolahnya dan ternyata Merin adalah anak yang cukup popoler karna kecantikannya. Aku tak menampik nya. Karna bagaimanapun dia keturunan negri paman sam disana sedang aku hanya anak asia pindahan yang menetap seorang diri dinegri yang terkenal dengan perindustrian hiburannya ini.
Merin bilang aku gadis yang unik. Makannya ia lebih memilih berteman denganku daripada mereka yang hanya ingin mengejar kepopuleran.
"Udah ah, capek." Merin dengan muka kantuknya sembari menutup dan meletakkan laptopnya seusai berpesta ria ala ala nya itu.
"Oh iya!" teriaknya dengan semangat dan berhasil mengalihkan pandanganku dari layar digenggamanku kearahnya
"Ra, nggak lama setelah konser comeback ini bakal ada fanmeet! Gila sih ini! Dan kebetulan, I HAVE TWO TICKETS! So amazing, right?!" teriaknya menggebu. Aku memandang malas kearahnya.
"Dateng sendiri. Kasih siapa kek tiketnya. Asal jangan aku." ucapku
"Astaga, Anara! Tiket ini tuh unlimited! Aku nggak mau tau! Kamu harus ikut." paksanya
"aku bilang nggak ya nggak! Udah! Aku mau pulang!" kekeuh ku dengan menarik tas selempang dan jaket abu abu milikku.
.
.
.
"Pagi, Ara!" Merin menghampiriku dengan senyuman khasnya.
"Too" jawab ku seadanya sembari terus berjalan beriringan dengan Merin disampingku.
"Ra, kamu tau?" Merin tanpa menatapku.
"Tau apa?" tanyaku penasaran. Daripada tak ada obrolan.
"Kamu tau Seyra?"
"Anak kelas sebelah?" tanya ku balik untuk memastikan
"Nah. Itu dia" ucapnya membenarkan pertanyaanku.
"Kenapa dia? Kamu kesal karna dia kembali mencium kakak kesayanganmu dari layar laptopnya lagi?" ledek ku kegelian. Seyra ini sama sama menyukai Seokjin sama seperti Merin. Hanya saja ia lebih dulu menyukainya ketimbang Merin.
"Ish! Bukan itu." ucapnya cemberut sambil menatapku. Lihatlah betapa jeleknya bocah disampingku ini.
"Lalu?" setelah sebelumnya aku terkekeh sebelum menyanyakan itu.
"Kudengar dia berkencan dengan senior lagi. Dasar tak ada habis habisnya. Bukannya ia baru menjadi kekasih salah satu guru disini? Lagipula bodoh sekali lelaki bergelarkan sarjana s2 itu. Jabatan tidak memastikan kapasitan otak ternyata. Tidak kusangka" cerocosnya yang setiap hari sudah biasa kudengar. Akupun tak mengiraukan ucapannya lagi. Kalimat terakhir darinyalah yang kudengar sebelum kupasangkan dua kabel berwarna putih ditelingaku. Ity sudah biasa.
.
.
.
Satu
Dua
Tiga
Tidak.
Tiga belas.
"Rin? Kamu gila?" ucapku tak percaya.
Ayolah. 13 kotak berisi cd dan beberapa foto yang harga satuannya bisa untuk membeli satu tas backpacker dan banyak alat tulis berwarna warni. Dan dia membelinya sebanyak itu?! Tidak waras.
"Apa? Kamu yang gila. Masa iya cuma pilih satu?" Merin malah memajukan bibir bawahnya. Mengejekku.
Kulirik album berwarna baby blue bergaris gold kotak ditengahnya. Ini satu dari beberapa yang ingin aku beli. Tapi aku memilih yang paling ingin aku beli dan sisanya tergantung tabunganku nanti.
"Aku memang hanya ingin membeli ini" sangkalku.
"Ayolah, ra. Aku yang akan membayarnya! Belilah sebanyak apapun yang kau mau! Album yang sama dengan warna berbeda atau yang bertuliskan emas juga sekalian!" ucapnya ngegas.
Hell. Aku bukan sahabat yang akan memoroti uangnya. Satu album biru bertemakan instagram ini sudah sangat sangat cukup bagiku. Ada yang tau?
Aku menggeleng tegas, "No! Asal kamu tau, ini akan menjadi salah satu barang yang paling berharga bagiku! Sudah, ayo cepat!"
Sambil menuju kasir, aku pun melihat beberapa lampu stik yang menjadi salah satu lambang dunia hayalan ini. Berjejer dari bentuk ke bentuk. Tatapanku terjatuh pada lampu stik yang bentuknya mirip seperti permen. Mungkin setelah ini benda itu yang akan kubeli.
Biarlah sementara perintilan kecil kecil yang menemaniku saat ini.
.
.
...
TbcMas gantengnya belum muncul nih. Mungkin beberapa part lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan fangirl
Fanfic"kenapa kau tidak berteriak?" "karena tidak mau" "kenapa kau tak terpana dengan ketampananku?" "karna memang tidak" ... ⚠️⚠warning️⚠️⚠️ Bahasa berantakan First story yang di pub Short story Chap kadang panjang kadang pendek tergantung alur ©®silentb...