*AUTHOR POV
Lapar!
Nara lapar! Otak Nara mulai memakan dirinya sekarang!
Biasanya gadis itu masih cukup kuat jika dibawa tidur atau sebagainya. Iya, jika ia mendapat ketenangan dan kedamaian untuk tidur. Tapi tidak dengan kehadiran Merin dirumahnya yang merengek kelaparan!
Menambah derita saja.
Dengan segala kelapangan hati yang seluas lapangan sepak bola, Nara rela tengah malam begini berjalan sendirian demi semangkuk makanan instan.
Persetan dengan kekosongan kulkas diapartemennya disaat yang tidak tepat.
Membayangkan sesampainya ia dikamar, langsung melengos tidur, membuat Nara kehilangan kewaspadaannya dan-.
Tunggu.
Dimana dompet Nara sekarang?
Gadis itu yakin jika ia sudah membawa dompet tadi!
Panik, sampai akhirnya mata coklat itu bertubrukan dengan sepasang mata hitam yang menatapnya penuh kewaspadaan. Setelahnya, pria itu membuang pandangannya dan melaju lebih kencang.
Sial.
***
Hosh
Hosh
Hosh
Sang gadis masih tidak merelakan dompet tipisnya raib begitu saja.
Sialnya, sang pelaku malah memasuki daerah perumahan yang sepi. Tentu, bahkan security penjaga rumah mewah itu pun tak akan menyadari keadaan diluar jalan yang luas nan sepi ini dengan pagar tembok tinggi yang menjulang.
Saudara karib simpanse!
Saat jarak yang sudah memungkinkan, sang gadis dengan lihainya membelokkan dirinya kesamping dan melompat lalu menendang pohon incarannya demi bisa terpental dan mengenai punggung yang membawa dompetnya itu.
Bruk.
Tentu sang pelaku tak akan diam saja jika lawannya hanya seorang gadis kecil bukan?
Pukulan telak dilayangkannya pada gadis yang diremehkannya itu. Siapa sangka sang gadis mampu mengelak dari serangannya, bahkan mampu melumpuhkan pria bertubuh lebih besar darinya ini.
Jangan salah, pria itu sudah tak main main lagi sekarang.
Tak tau bagaimana kejadiannya, Nara sudah tersungkur sekarang. Dengan badan yang terasa remuk karna dibanting lelaki dihadapannya ini.
Nara tersenyum miring, dikala manusia didepannya ini menodongkan sebuah benda tajam dilehernya. Cih, kelihatan sekali pria ini masih amatir menggunakan benda dapur ini.
Tanpa aba-aba, gadis itu menubruk dan menggulingkan tubuhnya bersama sang pencuri, hingga berakhir dimana Nara berada diatas, dan membalikkan arah mata pisaunya keleher sang lawan.
Drak drak drak
"Hei! Hentikan itu! Apa yang kau lakukan!" suara lain terdengar. Mau tak mau Nara harus mengeratkan cengkramannya demi mengalihkan pandangan matanya kearah dua sosok pria dibelakangnya.
Lihatlah, orang orang ini menatapnya dengan alis menyatu. Tatapan kedua pria ini menambah tajam setelah Nara bangkit dari tubuh pria dibawahnya ini, dan merogoh kantong pria yang masih terkapar itu demi mengambil sebuah dompet kulit.
"Apa kau merampok nya? Dasar gadis tak tahu aturan!" sentak pria berkupluk hitam. Disusul tatapan menghakimi pria disampingnya.
Jangan salahkan Nara jika dompet pria lebih murah dibanding dompet Merin! Mungkin itu sumber pokok pemikiran pria sok tau ini.
Nara lebih memilih mengabaikan kedua pria itu dan meninggalkan mereka bersama dengan seorang pria yang masih meringis karna bagian kepalanya.
"Dasar gadis kecil! Dimana etikamu, hah?! Apa orang tua mu tak pernah mengajarimu mana yang haram mana yang tidak?!"
Terus berjalan santai tanpa memperdulikan kicauan yang memekakkan telinganya ini.
"Dasar gadis tak tahu diuntung! Apa gunanya tuhan memberikanmu nafas sampai saat ini jika balasanmu malah mengambil yang bukan hak mu!"
Sampai rentetan kalimat selanjutnya yang tertangkap indra mendengarnya membuatnya tak bisa tidak menghentikan langkahnya ini.
"Gadis tak beradab! Kembali keneraka! Dunia ini tak cocok menjadi tempat berlindung bagi sampah sepertimu!"
Nara kesal.
Gadis itu berbaik dan menatap nyalang pemilik suara tersebut. Melangkah dengan penuh perhitungan dan berhenti dengan jarak sekitar satu meter.
Merogoh kantung hoodinya, yang menampilkan dompet sama persis seperti yang tadi pria itu liat. Membuka dan memindai isinya, sampai akhirnya mencabut selembar kartu identitas diri dari slip-nya.
Sang gadis menjulurkan tangan kehadapan pria utama pemicu rasa dongkolnya, dan melempar dengan kasar benda digenggamannya kedada bidang pria berkacamata tersebut. Sampai ditariknya kembali benda itu setelah membuat sang empunya menampilkan wajah pias.
Memutar badan dan melanjutkan kembali langkahnya. Masih dengan emosi yang meluap luap.
•••
To be continue614 kata.
Dibalik layar part 5
//baca ulang sedari part awal
Me: apa apaan ini?
Me: anara apa arana sih?
Me: segitu jeleknya kah tulisan saya?
Me: nggak tau ah! Nggak ngurus.Sekian.
Dibawah selimut yang nyaman,
Jakarta, 5 Juni 202001:14
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan fangirl
Fanfic"kenapa kau tidak berteriak?" "karena tidak mau" "kenapa kau tak terpana dengan ketampananku?" "karna memang tidak" ... ⚠️⚠warning️⚠️⚠️ Bahasa berantakan First story yang di pub Short story Chap kadang panjang kadang pendek tergantung alur ©®silentb...