O8

45 10 7
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Akh..s-sakith, please.. lepasin gue,"

"Lepasin dia."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jino sekarang lagi mondar mandir, fikiran nya mumet, temen nya di culik!

Tujuan terakhir adalah Vila milik abang nya, ini baru hari pertama tapi udah dapet masalah aja.

"Udah, ga cape mondar mandir?"

"Aku lagi mikir niel." Sahut Jino.

"Lacak Nomor abang lo deh, pasti ada gps nya kan? Nanti siapa tau ada Aneth disana."

Jino langsung mengangguk, ia menyambar ponselnya dan mencari dimana keadaan kakak laki lakinya berada, dan benar saja. Lokasi ponselnya berada di vila yang tak jauh dari hotel yang mereka tempati sekarang.

"Bener bisa, ada yang tau ini dimana?"

Guanlin mengambil Ponsel Jino lalu melihatnya, "ohh.. gue tau, ayo kesana."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jino udah misuh misuh, kemusuhan sama jalan yang mereka lalui, naik ke puncak, malah licin, terpeleset juga sampe celana abu abu Nya kotor banget.

Sedangkan Daniel sama Guanlin dengan enteng nya jalan slonjor sini sono, alias jalan cepet. Ga liat Jino kemusuhan sama jalan nya.

Sebenernya mereka nyari orang apa tamasya sih?

"Ini vila nya?" Tanya Daniel.

Bahu Jino menggidik sambil membersihkan sepatu miliknya yang terkena lumpur dengan daun.

"Yaudah lah masuk aja, daripada makin ruyam."

.
.
.
.
.
.
.
.

"Hiks- mau lo apa? Kenapa lo ngiket gue disini?"

Seseorang itu terkekeh, melihat perempuan di hadapan nya ini lemah terikat di tiang dengan keadaan sekujur badan nya lebam.

"Lo, mau tau apa alasan gua?"

Perempuan itu mengangguk, air matanya masih mengalir deras.

"Anetha Anetha.. ckckckck.. kasian banget hidup lo, ah, tapi lo serius masih mau tau alasan gua kenapa setelah liat siapa orang ini?"

Aneth diam, air matanya yang agak membasahi lantai menjadi saksi bisu bahwa nyali nya menciut. Laki laki dengan pakaian badut di depan nya itu menyeringai.

Wajahnya tertutup topeng.

Tiba tiba lampu ruangan itu menyala seluruhnya, menampilkan banyak darah di tembok yang ber cat putih tulang itu. Jangan tanyakan itu darah siapa.

Tiba tiba salah satu pintu ruangan terbuka, terlihat Jimin sedang terduduk lemas, badan nya terikat oleh benang yang tajam hingga berdarah, dengan keadaan bertelanjang dada.

Mulutnya di sumpal kain penuh darah, dan jangan lupakan banyaknya lebam di sekujur tubuhnya akibat pecutan dari tali tambang yang tebal itu.

"Bang!! Lo apain hah abang gue?!!" Berontak Aneth, ia masih berusaha untuk melepas ikatan pada kedua tangan dan kakinya. Tapi itu usaha sia sia.

"Hanya bermain main sedikit.."

.
.
.
.
.
.
.
.

"Gede juga vila nya, engg..  tapi sepi banget."

Jino keliling vila sambil ngeliat keadaan vila milik keluarganya, Jino dan Aneth itu satu buyut. Cuman ya mereka lebih mirip orang sahabatan ketimbang keluarga.

"Eh.. ini topi siapa?" Gumam nya. Jino mengambil topi itu dan membolak balik nya.

"Ini kayak topi nya..."

"Ah.. masa iya? Ini vila kan punya keluarga, ga mungkin di sewakan kan?" Gumam nya lagi.

Jino melanjutkan langkahnya menuju dapur yang terletak di samping gudang, melihat lihat keadaan sekitar, siapa tau ada ponsel kakak laki lakinya tergeletak.

Tring...

Tring...

Tring...

Suara itu memecah keheningan, Jino langsung mencari dimana keadaan suara itu, ia mencari di wilayah dapur, tapi tidak ada. Sampai, ia menemukan ponsel itu di depan pintu gudang.

"Loh? Ini? Hp siapa?" Gumamnya, ia mengambil ponsel itu dan menyalakan nya.

Matanya membulat, photo wallpaper itu ia kenal, orang yang pernah bertemu dengan dirinya saat itu.

"D..dia? Do-mphhh!!"





.
.
.
.
.
.
.
.



Assalamualaikum ughty, makin kesini alurnya makin ga jelas ya saudara saudara, pengen nangis aja.

Jangan lupa voment nya yaaa!!

See u next part! Bye byee

-ichi

||Coulrophobia|| [E N D ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang