Now Playing
/Sekali lagi-Maudy ayunda/(lagunya cocok bgt sih
buat Luna sama Melvin)"Bisakah kita kembali utuh lagi?"
"Aku bantu ya vin."
Melvin mengangkat wajahnya, menatap datar seorang gadis yang tengah tersenyum lebar dihadapannya.
Satu detik kemudian ia kembali fokus membersihkan daun daun kering dan sampah yang berada dibawah pohon. Mengabaikan tawaran yang diberikan oleh gadis itu, Luna.
"Kamu lagi dihukum ya?" Tanyanya yang jelas jelas ia sendiri tahu jawabannya. Tidak mungkin seorang Melvin mau cape cape membersihkan semua area kelas duabelas yang luas ini seperti sekarang.
Baru saja Luna bergerak untuk memungut sampah, Melvin sudah memberi penolakan lebih dulu.
"Gak usah."
"Gapapa, ngebantuin kamu kaya gini malah ngebuat aku seneng." Ujarnya sembari memasukan beberapa daun kedalam tong sampah didekatnya.
Melvin menghela napasnya gusar. Malas untuk berdebat dengan gadis dihadapannya ini. Mau sampai kapanpun ia menolak tawaran dari Luna hingga mulutnya berbusa, gadis itu tetap akan bersikukuh untuk membantu.
Matahari sedang terik teriknya karena waktu sudah menunjukan jam satu siang. Keringat bercucuran di pelipis Luna, membuat ia menyekanya dengan tangan. Tak lupa sambil mengipas wajahnya yang sudah memerah kepanasan seperti kepiting rebus. Melvin yang melihat Luna dalam keadaan seperti itu menyuruhnya untuk berhenti. Ia tidak mau jika nantinya harus repot repot menggotong Luna ke uks jika pingsan. Belum lagi jika ketahuan oleh pak Dandang kalau gadis itu membantu ia menyelesaikan hukumannya, bisa bisa hukumannya akan bertambah bukannya berkurang.
"Istirahat. Biar gue yang lanjut."
"Masih kuat kok." Ujarnya yang tetap membersihkan sisa sisa sampah tanpa melihat ke arah Melvin.
Melvin langsung mengambil alih sapu yang dipegang oleh Luna. "Gue gamau repot kalo lo pingsan."
Luna mengerucutkan bibirnya sebal. Berjalan meninggalkan Melvin sendirian yang masih saja sibuk dengan hukumannya. Ia menghentak hentakan langkah kakinya pertanda ia sedang kesal karena ucapan Melvin yang seperti itu.
Sayangnya, mau Luna melakukan hal apapun, lelaki itu tidak akan memperdulikannya. Bahkan jika ia jungkir balik pun Melvin tidak mau untuk sekedar repot repot memperhatikannya.
Hingga suara hentakan itu semakin menjauh dan tidak lagi terdengar oleh telinganya.Tak lama setelah itu akhirnya Melvin selesai membereskan semua hukumannya. Ia mendudukkan dirinya dan bersandar dibawah sebuah pohon rindang. Memejamkan kedua mata lalu menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya yang penuh keringat. Terlihat jelas keringat menetes melalui rahangnya yang tegas.
Hingga tiba tiba ketenangan yang sedang ia nikmati terganggu oleh suatu benda dingin yang mendarat di pipinya.
Mata tajamnya terbuka, melihat ke arah benda dingin itu.Luna. Dia datang lagi dengan cengiran khasnya, memperlihatkan sederet gigi putih dan lesung pipitnya.
Melvin kira gadis itu tidak akan kembali. Padahal ia sudah sangat senang tidak ada yang menggangunya lagi. Tapi kenyataannya? Luna malah kembali dengan membawa dua botol minuman dingin ditangannya.
"Diminum. Kamu pasti haus kan?" Tanyanya sambil memberikan salah satu botol yang ada ditangannya.
Lagi lagi Melvin mengabaikan Luna. Ia lebih memilih melanjutkan kembali beristirahat. Menutup kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELVIN
Teen FictionMelvin Xavier. Sikapnya yang friendly tiba tiba berubah menjadi ketus dan dingin begitu saja. Setelah kedua orang tuanya bertengkar hingga hampir mengakibatkan kematian pada mamanya, dan papahnya meninggalkan Melvin bersama adiknya begitu saja. Dit...