" Terkadang kita menilai orang dari First impression mereka kepada kita, Ataupun sebaliknya. Akan tetapi, First impression itu tidak meyakinkan bahwa sifat orang tersebut seperti First impression yang kita lihat sebelumnya."
_______________________________________
"Tunggu." Suara itu menghentikan pergerakan Safiyya. Semua menoleh pada sang pemilik suara terkecuali Safiyya yang masih bingung harus berbuat apa.
"Lo mau pindah kelas?" tanya Bagas dengan wajah serius, membuat Safiyya bingung sendiri. Dari mana berita seperti itu.
"Hah? E-eh salah nangkep berita kali, dah ah aku duluan ya dah!" Dengan gerakan cepat Safiyya pergi meninggalkan Delina, dan kedua eumm apa ya? Teman?
Sepeninggal Safiyya ketiga orang itu masih terdiam, dan sepertinya tidak ada yang berniat memecahkan keheningan di bangku panjang itu. Begitu pula si murid baru, ia pun ikut terdiam raut wajahnya menggambarkan bahwa sedang memikirkan sesuatu. Namun tidak ingin larut dalam pikirannya, ia memperhatikan dua orang di depannya.
"Apaan Lo liat-liat?" ucap Bagas yang menyadari bahwa ia sedang di perhatikan.
"Dih apa banget gue liatin lo." Murid baru itu mengalihkan pandangannya, namun kembali memperhatikan temannya itu. "Tumben lo bisa serius, mikir apaan?" tanya murid baru.
"KE-E-PE-O, KEPO!" Bagas langsung pergi begitu saja, teriakan Delina pun yang menanyakan akan kemana perginya Bagas hanya di jawab dengan dagu yang Bagas naikkan seolah menunjuk ke suatu arah. Namanya juga nunjuk pake dagu jadi nggak jelas kemana arah yang Bagas tunjuk. Siapapun tolong ajarkan Bagas untuk lebih baik dan jelas.
Delina dan murid baru saling tatap dengan tatapan yang bingung karena Bagas.
"Gue nyusul Bagas." Murid baru itu pun pergi meninggalkan Delina seorang diri di bangku kantin.
"Hey! Kok Lo kayak gitu sih emang mau kemana?"
Alih-alih menjawab lebih baik dan jelas di bandingkan Bagas, namun malah mengikuti gaya Bagas. Delina yang melihat respon si murid baru membuatnya mengelus dada. Siapapun tolong ajarkan (lagi) si murid baru untuk lebih baik dan jelas.
Dengan tergesa Delina pun ikut pergi mencari dua laki-laki itu.
~o0o~
"Safiyya!" teriak seorang laki-laki tanpa permisi siapa kalau bukan Bagas.
Seisi kelas menoleh pada Bagas. "Gak ada," jawab salah satu teman kelasnya itu.
"Oke."
Bagas tahu harus kemana ia langkahkan kakinya untuk mencari Safiyya, hingga langkahnya berhenti tepat pada ambang pintu Perpustakaan.
Pintu sudah terbuka karena masih jam istirahat, setengah badan bagas melewati ambang pintu agar dapat melihat ke dalam untuk memastikan dugaanya benar.
"Cari siapa?" tanya salah satu siswa seorang Pustakawan dan sedang bertugas. Siswa itu teman Safiyya, karena sesama pustakawan.
"Safiyya."
"Oh."
"Mana? Ada gak?"
"Tadi sih ada. Fiyya ada yang nyari." Pustakawanm itu memanggil Safiyya dengan suara pelan agar tidak mengganggu yang lain.
"Iya, siapa?" Safiyya menyembulkan kepalanya dari rak buku besar.
"Itu Bag-"
"Gue." Ucap Bagas memotong ucapan teman Safiyya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Biasa
Random"Argh! Kayaknya susah banget damai sama cowok!". Akrab atau bahkan dekat dengan seorang laki-laki adalah hal yang jauh dari kehidupan seorang gadis bernama Afsana Safiyya Qanita. Memiliki teman laki-laki saja sudah syukur. Itu juga dengan sediki...