8. Inisial H

33 5 10
                                    

Dengan gerakan cepat ia menyalakan ponselnya untuk menghubungi Bunga. Kedai kopi itu terlihat lebih ramai dibandingkan yang lainnya.

Sesuai yang Bunga bilang, Safiyya menunggu di dekat kedai kopi baru depan komplek rumah Bunga.

"Lama banget Bunga," gerutu Safiyya sambil terus menghubungi Bunga yang tak kunjung mengangkat telepon dari Safiyya.

"Tau gitu nunggu di sekolah aja."

"Nunggu aku?" tanya seseorang di depan Safiyya.

Safiyya melihat sepasang sepatu di depannya. Lalu dengan cepat Safiyya mendongakkan kepalanya.

"Hehe," cengir Rafka saat Safiyya menyadari keberadaannya.

"Ngapain?" tanya Safiyya.

"Lha, ya aku dong yang nanya ngapain disini?"

"Ha? Dari tadi aku disini. Lagian wilayah umum kan?"

"Tapi hal langka kamu berdiri di sekitar tempat gini, dominannya cowok tongkrongan."

"Kalau cowok tongkrongan kenapa?" tanya Safiyya.

"Gak apa-apa sih. Lagian Fiyy, sekarang lagi panas gini ngapain masih di luar?"

"Bebas lah. Terserah aku. Emang aku vampire!" sewot Safiyya.

"Iya."

Safiyya membalas dengan tatapan tajam sedangkan Rafka hanya cengengesan.

"Bukan vampire tapi mak lampir!" ucap Rafka.

"Canda mak!" tambah Rafka.

"Eh kawan. Biarin dah emak aja." ucap Rafka lagi.

Satu detik kemudian keadaan hening.

"Rafka," panggil Safiyya.

"Apaan."

"Ngapain masih disini?"

"Gak boleh?"

"Terserah."

"Lama banget nih Bunga," dumal Safiyya dalam hati.

"Fiyya! Aku disini Fiyy!" Bunga berlari menghampiri Safiyya.

"Alhamdulillah dateng juga kamu," balas Safiyya.

"Buruan ajak temennya neduh. Panas gini ntar ribet. Ya kan mak?" ucap Rafka.

"Hm." gumam Safiyya.

"Pangeran pulang dulu!" ucap Rafka.

"Gak jelas!" balas Safiyya.

Bunga hanya diam kebingungan, "Apa si Rafka?" tanya Bunga.

"Gak tau. Yuk langsung aja."

"Ha? Oke." ucap Bunga walau masih bingung.

Kini Safiyya dan Bunga berjalan menuju kedai. Pandangan Bunga memerhatikan orang-orang yang berada di dalam kedai. Tak sedikit juga terlihat kakak kelas yang sekedar nongkrong bahkan mengerjakan tugas. Berbeda dengan Bunga, Safiyya berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Langkahnya sedikit tergesa.

"Fiyy, Fiyy. Tadi ada Kak siapa sih yang kemarin," ucap Bunga sesampainya kasir memilih pesanan.

"Siapa?"

"Nanti aja deh."

"Kamu pesen apa Una?" tanya Safiyya pada Bunga. Una adalah panggilan akrab Bunga.

"Kopi."

"Kopi apa?"

"Bentar aku milih dulu," jelas Bunga.

"Paket Ini. Kopinya ukuran large," ucap Bunga sembari menunjuk menu paket.

Ruang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang