^ 1 ^ Awal atau Akhir

11 1 0
                                    

Akhirnya aku menginjakan kaki ku disini. Sebuah kota yang asing bagi ku. Dan kau tahu? Aku akan memulai hidup baruku disini.

Jakarta.

Oh ayolah, mengapa harus kota ini? Semua orang tahu jika Jakarta adalah ibukota Indonesia. Tapi kota ini penuh dengan polusi. Polusi udara, polusi suara, dan lain-lain.

Tapi, ada alasan mengapa aku memilih kota ini.

"Feli!" Teriak seseorang sambil melambaikan tangannya kearahku. Pria berumur itu menghampiriku.

Ya, dia lah alasanku. Aku hanya memiliki dia dan keluarganya sebagai saudaraku.

"Uncle" Aku memeluk tubuh tegapnya yang sudah berubah karna termakan usia.

"Apa kabar?" Tanya nya. Kami berjalan keluar dari tempat ini. Om Derry mendorong koper hitam milikku, dan aku membawa tas ranselku yang berisi barang penting.

Aku mengenakan pakaian casual kesukaanku. Kaos berlengan pendek, celana jins, dan sepatu sneakers. Itu sangat cocok dengan tubuhku yang putih.

Aku memiliki bulu mata yang lentik, mata bulat, dan jangan lupakan tahi lalat di pipi ku. Aku juga memiliki tubuh mungil. Percayalah, mau sebanyak apapun aku makan aku tetap tidak bisa gemuk.

Back to topic

"Baik om. Seharusnya Om gak usah jemput aku. Aku sudah besar dan bisa mencari taksi sendiri." Protesku terhadap pamanku yang baik hati ini.

"Masuklah kedalam mobil. Kalau kamu ingin datang menggunakan taksi, akan kupastikan tantemu akan mengamuk." Paman membukakan pintu untukku. Ah, aku disini sudah seperti princess saja.

"Thank you Uncle" Kataku seraya masuk kedalam mobilnya.

Diperjalanan, aku hanya melihat pemandangan Kota Jakarta dari kaca mobil. Oh sudah kubilang, kota ini tiada hari tanpa macet. Menyebalkan.

Nama lengkapku Felicia Marshella. Orang-orang memanggilku Feli. Dan orang yang tadi kupanggil uncle adalah pamanku, adik dari almarhum mama ku. Setelah melalui kemacetan itu, aku tiba dirumah paman dan tante ku.

"KAK FELIII!" Teriak Icha, adik sepupu ku. Anak dari pamanku itu berlari kearahku. Ia sangat menggemaskan menggunakan baju kodoknya dan membawa boneka panda.

Melihat Icha, rasanya aku ingin menjadi anak kecil lagi. Dimana tidak ada masalah, tidak harus memilih jalan hidup, tidak memikirkan masa depan, pokoknya tidak, tidak, dan tidak!

Aku melamun sampai tak sadar Icha menubrukku dengan kencang. Untung aku bisa menahan keseimbanganku.

"Kak Feli! Kenapa baru dateng kesini. Aku kan gak ada temen buat main." Dia memasang muka merajuknya yang membuatnya berkali lipat menggemaskan.

Aku terkekeh menanggapinya. Aku menggendongnya dan berjalan menuju Tanteku yang sudah menunggu kami didepan pintu.

"Icha! Turun! Kasian Kak Feli nya. Dia capek tau, kan baru saja sampai." Tante Risa berkacak pinggang melihat kelakuan anak bungsunya.

"Gak pa-pa tante. Apa kabar tante?" Aku menurunkan Icha dari gendonganku dan memeluk tanteku.

"Tante baik, gimana sama kamu? Sudah siap tinggal di Jakarta?"

The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang