Matahari telah berganti dengan rembulan. Langit cerah berganti dengan warna biru gelap. Waktu menunjukan pukul 20.00.
Feli sangat bosan dan tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak mempunyai pekerjaan rumah, karena ia sendiri baru masuk sekolah. Tadi Feli sudah membantu tante Risa mencuci piring setelah makan malam.
Akhirnya ia memutuskan untuk merapikan barang-barang nya yang belum sempat ditata. Dan ia menyadari bahwa banyak barang yang ia butuhkan. Contohnya perlengkapan mandi dan peralatan sekolah.
Feli melihat jam dinding yang melekat diatas meja belajar. Setelah mengumpulkan segala niatnya, ia mengambil jaket, beberapa lembar uang, dan handphone untuk pergi ke supermarket.
Karna jaraknya yang lumayan jauh, ia membutuhkan waktu 15 menit untuk berjalan kaki. Feli tidak mempunyai kendaraan, dan sepertinya Bang Dio tidak ada dirumah.
Feli mengambil barang yang ingin ia beli. Nyatanya, ia tak sedikit mengambil barang. Namanya perempuan, melihat makanan sedikit saja langsung comot.
Apalagi makanan itu yang berjenis cokelat, makanan ringan, atau mie instan. Feli tak bisa hanya mengandalkan Tante Risa. Pasti ia sibuk dengan toko rotinya. Setelah selesai memilih, ia pergi kekasir.
"Totalnya 375 ribu mbak." Nominal itu membuat Feli terbelalak. Netra coklatnya seperti ingin keluar. Mengapa ia tak berfikir sebelum mengambil barang.
Feli merogoh saku nya untuk melihat berapa uang yang ia bawa. Hanya 300 ribu? Apa yang harus Feli lakukan.
"Mm, mbak? Bisa dikurangi tidak makanan nya? Uang saya gak cukup" Cicit Feli malu karena uangnya tidak cukup.
"Gak usah dikurangi. Mbak, saya beli ini. Bayarnya sekalian sama yang itu." Seorang laki-laki memberikan beberapa uang kertas berwarna merah muda kepada sang kasir.
"Stev?"
^^^
Apa kebiasaan para anak remaja?Tentunya berkumpul dengan teman-temannya.
Seperti yang dilakukan oleh keempat remaja yang tengah berada dikediaman Gerald.Banyak hal yang dilakukan mereka untuk mengisi waktu luang bersama sahabatnya.
Aldy yang sedang bermain ps dan melawan Dio. Gerald dan Steven yang tengah berkutat dengan ponselnya.
"Yo, ngalah kek sama gue. Biarin gue menang sekali napa" pinta Aldy.
Dalam permainan, Aldy selalu kalah. Apalagi jika bermain melawan Dio atau steven. Bahkan, didalam pelajaran pun ia kalah dengan ketiga temannya.
"Enak aja, gamau lah. Pokoknya gue yang menang"
Setelah beberapa menit bermain, Dio terlihat senang karena berhasil menang, lagi.
"Yah kalah juga akhirnya gue"
"Haha, rasain lo"ejek Steven yang melihat kedua temannya bermain.
"Eh kalian ngerasa laper ga si?" Tanya Aldy pada ketiga temannya.
"Iya njir, gue laper banget" Dio sependapat dengan Aldy.
Aldy menatap temannya yang masih saja bermain ponsel dengan gambar apel digigit.
"Ger, lu ga ngasih makanan ke tamu gitu?"
"Ck. Kalian bukan tamu gue, kalo laper ambil sendiri didapur."
"Wih, kuy acak-acak dapur" ucap Aldy sembari berlari menuju dapur diikuti Dio.
"Bokap nyokap lu kemana?" Tanya Steven. Ia sangat penasaran dengan orang tua sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The End
Teen FictionAkhir bukan berarti tidak bisa memulai yang baru. Karna ini kisahku, akhir yang menjadi awal. Awal kisahku bertemu dengannya. Namaku Felicia Marshella. Dan ini adalah perjalanan hidupku. Lika-liku kehidupan yang menurutku ini tidak adil. Tetapi...