~HAPPY READING~
Naya mengerjabkan matanya seraya meringis dengan tangan kanan yang memegang lengan kiri atasnya. Rasa sakit kembali hadir kala ia teringat kejadian tadi saat ibunya tanpa belas kasihan memukulnya dengan rotan. Airmatanya kembali meluncur ketika ia sadar jika ia sudah berada ditempat yang tidak diketahuinya sama sekali. Ini pasti ulah papanya yang mungkin membawanya kesini.
Ia tertidur dilantai dengan kepala disangga dengan tas sekolahnya. Tega sekali mereka meninggalkan naya seperti ini. Kenapa tidak di sofa atau dikamar? Kenapa harus dilantai depan pintu rumah? Ia tak mengerti lagi.
Ia kembali memejamkan matanya berharap semua ini hanya mimpi. Dan itu kembali membuatnya sadar saat rasa sakit terasa dilengannya. Naya yang sekarang sangatlah berbeda dengan naya yang berada disekolahan dan didepan sahabatnya.
Naya yang sekarang sudah hancur. Harapannya yang ingin membuat keluarganya seperti dulu telah hancur seketika. Jika ia dipisahkan seperti ini,tak akan ada kesempatan lagi yang bisa membuatnya kembali bersama. Rasa menyerah sudah menyergap dirinya. Ia sudah putus asa dengan keadaan keluarganya saat ini.
Naya mencoba bertahan dengan segala sikap orang tuanya selama ini karena ia masih berharap keadaan dulu akan terjadi lagi jika ia berusaha. Dan kini ia sudah berusaha sekuat mungkin tapi keadaan itu sama sekali tidak ada dihidupnya.
Entahlah,mungkin ia harus kehilangan nyawanya dahulu barulah mendapatkan perhatian dari orang tuanya itu. Miris!
Ia mulai mendudukkan dirinya secara perlahan dan menatap jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17.25 wib. Pantas saja,ruangan ini sedikit gelap karena cahaya langit sudah menenggelamkan dirinya dan lampu juga belum dinyalakan.
Matanya menjelajah ruangan kecil ini untuk mencari saklar lampu. Dan ia menemukan dan berdiri dengan perlahan lalu berjalan untuk menghidupkan lampu.
Tok tok tok
Ia mengernyitkan dahinya bingung. Siapa yang mengetuk pintu disaat hari hampir gelap seperti ini. Sosok bimo dan risa langsung terlintas dibenak gadis itu. Mungkin itu orangtuanya yang mau berkunjung. Iya!
Ia langsung bergegas menuju pintu dan membuka pintunya dengan wajahnya yang memancarkan kebahagiaan. Ia sangat berharap jika yang mengetuk ini adalah orangtuanya.
Ketika melihat seseorang yang didepannya membuat raut wajahnya berubah menjadi datar.
" Ngapain lo disini?"
~Renaya~
Regan terus-terusan mengerjai tugas matematika yang diberikan bu jamilah tadi dengan kening berkerut. Bagaimana tidak? Latihan itu sama sekali tidak masuk di catatan ataupun saat pengajaran guru itu. Tapi bagaimana soal ini bisa diisi?
Ia terus-terusan bergulat dengan pemikirannya sendiri sampai-sampai ia tak menyadari kehadiran bundanya,Fanesha Indriyana.
" Pr nya udah selesai belum?"
Pertanyaan yang mendadak terdengar itu sontak membuat regan menolehkan kepalanya ke kanan,tempat indri duduk saat ini. Ia menampilkan senyuman khasnya kepada indri lalu menggelengkan kepalanya pelan.
" Ada apa bun?" Tentu saja ia tau kebiasaan indri disaat seperti ini. Indri tidak mungkin mengajak dirinya berbicara ketika ia dengan sibuk-sibuknya belajar kecuali dengan hal yang sangat terdesak.
Regan kembali memandang kearah depan sembari menutup bukunya dan mengemasi peralatan lainnya.
" Itu,bunda minta tolong anterin makanan ke tetangga baru di depan. Boleh?"
" Buat bunda apa sih yang nggak boleh."
Indri terkekeh mendengar jawaban anaknya itu. Ia sangat beruntung memiliki anak yang penurut seperti regan.
~Renaya~
" Nggak mau ya nggak mau! Jangan paksa."
Naya menepis tangan pria itu dengan kasar. Pria itu masih tidak mau menyerah dan terus saja memegang lengan naya dan berjalan melangkah ke depan membuat naya refleks berjalan mundur.
Brakkk
Tiba-tiba pintu itu ditutup dengan kasar membuat naya terkejut bukan main. Ia sangat ingin memukul pria ini tapi kondisi badannya sangat tidak memungkinkan saat ini. Luka tadi yang diberikan orang tuanya masih membekas.
Kecemasan sudah datang melingkupi perasaannya saat ini. Tapi ia mencoba merubah mimik wajahnya menjadi santai.
" Mau lo apa sih HAH!!"
Naya kembali menepis tangan kekar nan berotot itu dengan kuat. Terlepas.
" Gue cuma mau elo nay."
Pria itu kembali mendekat kearahnya sontak membuat naya kembali berjalan mundur. Ia menggeleng kepalanya tak percaya. Ia menyesal telah mengenal pria ini. SANGAT MENYESAL!
" Berhenti disitu bangsat!!"
" Bahkan lo udah berani ngatain gue sekarang." Pria itu menarik lengan naya dengan kasar membuat naya meringis. Luka cambukan dilengannya masih terasa nyeri dan pria tidak berotak ini malah menekannya dengan kuat.
Tok tok tok
" Assalamualaikum."
" MASUK AJA PINTU GAK DIKUNCI."
Tentu kesempatan itu tidak disia-siakan oleh gadis itu. Ia sontak bersorak lebih keras atau bisa disebut teriakan itu bermaksud meminta pertolongan. Ia sudah tidak tahan berhadapan di depan pria brengsek ini.
Mendengar teriakan naya seperti itu,pria itu malah mencoba membungkam mulut gadis itu dengan tangan kanannya. Tapi terlambat sudah,pintu itu sudah terbuka.
Ceklek
" Assalam-- Eh itu kamu apain dia!"
Tamu itu berjalan dengan cepat kearah dua orang yang sepertinya sedang ada masalah. Ia tak melihat wajah cewek itu karena wajahnya tertutupi rambut apalagi tangan pria tadi masih menempel dimulutnya.
Naya memberontak ketika melihat tamu itu sudah memasuki rumahnya dan setelah terlepas,ia berlari dengan cepat lalu berdiri di berdiri dibelakang tamu itu. Ia juga tak sempat melihat siapa orang itu karena ketakutan sudah melingkupi dirinya saat ini.
Pria itu menatap naya dengan tatapan tak percaya. Ia kesini rencana hanya menemui naya,bukan untuk menakuti gadis itu. Tapi karena naya memberontak ia terpaksa melakukannya dengan memaksa.
" To-tolongin gue." Ujar naya dengan lirih tepat di dekat telinga orang itu seraya memegang bahunya dengan kuat.
Orang itu melirik ke samping." Naya? Kamu gak apa-apa?"
Naya tentu terkejut. Orang yang tadi siang masih bersamanya juga sama orang yang didepannya saat ini.
'Lah? Regan?'
29 juli 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Renaya(Regan&Naya)
Teen Fiction" Jadi pacar pura-pura gue tiga bulan!" " Hah?" Seketika pikiran regan melayang entah kemana. Pacar? Pura-pura? " Ta-tapi nay a-" " Gue gak nerima penolakan lo!" Putus naya dengan tatapan tajamnya. Ingin tau kelanjutannya?? Baca aja ceritanya dan j...