Samar-samar, aku seperti mendengar keributan di luar. Ah, biarkan sajalah. Paling-paling anak muda yang masih keluyuran dini hari. Di kota besar seperti ini, hal itu bukanlah sesuatu yang aneh.
Kuraih guling dan bersiap-siap melanjutkan tidur yang terjeda. Namun ....
Klik, ceklek!
“Bawa gadis itu!”
Seorang pria berotot besar tiba-tiba mengangkat tubuhku layaknya karung beras.
“Siapa kamu? Lepaskan!” Sembari meronta, aku memukuli punggung pria ini. Namun, dia tampak tak terusik meski sedikit
“Cepat, masukkan dia!” Seorang pria lain di dalam mobil memberikan perintah.
Bergegas pria ini melemparku, lalu menutupnya dan klik ... pintu terkunci. Tak sampai lima detik, kendaraan ini langsung tancap gas hingga tubuhku tersentak ke belakang.
Pening masih menghinggap. Bahkan, mungkin aku belum sepenuhnya sadar dari terlelap. Bagaimana tidak? Seorang pria asing memasuki kontrakan dan tiba-tiba saja membawaku secara paksa.
Aku membetulkan posisi duduk dan menegakkan kepala seraya menatap sosok di balik kemudi. “S-siapa kamu?”
Tak ada jawaban. Pria itu tetap fokus menatap jalanan. Sementara itu, di belakang tampak pria berotot besar tadi mengikuti dengan sepeda motor.
“Siapa kamu?!” Kembali aku bertanya dengan sedikit menaikkan intonasi. “Tunggu, kamu ini ... penculik?”
Bisa kudengar pria itu mencebik sambil memiringkan kepala.
“Berhenti! Lepas--”
“Diam atau aku akan meminta Toni bergabung untuk membungkammu!”
Siapa Toni? Pria berotot besar tadikah?
“Jawab dulu, kamu ini siapa?”
Dia terkekeh, “Simpan pertanyaanmu sampai tiba, Reyna.”
Dari mana dia tahu namaku? Apa kami saling mengenal? Tidak mungkin. Suaranya terdengar asing, dan mobil ini aku tak pernah melihat.
“Sampai tiba? Ke mana kamu akan membawaku?”
Pria itu mendadak menginjak rem dalam-dalam, membuat tubuhku terjungkal hingga membentur jok depan. Sial, ini sakit!
Pria berotot besar yang tadi menggendongku masuk dan duduk di belakang kemudi. Sementara itu, pengemudi sebelumnya pindah tepat di sebelahku. “Cepat jalan. Motormu, aku yang tanggung jawab,” titahnya.
“Siap, Bos.”
Mobil kembali melaju dengan kecepatan tinggi, membelah kesunyian malam yang tinggal seperempatnya.
“Kalian ini sebenarnya si--”
Cup!
Tindakan tak senonoh dari pria ini sungguh membuatku tak bisa bernapas. Apa-apaan dia? Segera kudorong tubuhnya agar menjauh.
Dia terkekeh, “Sudah kuperingatkan untuk diam. Jika berani bersuara lagi, maka kupastikan bukan hanya bibirku yang akan membungkammu.”
Situasi macam apa ini? Bagaimana bisa aku mengalami hal buruk seperti ini? Apa salahku? Dibawa secara paksa oleh pria tak dikenal, lalu diancam. Meski sering mendengar, tapi tak pernah terpikir sekali pun jika kejadian ini akan menimpaku.
Ya, tidak salah lagi. Aku ... diculik!
Kukira, penculikan hanya terjadi di luar. Saat kau sendirian di tempat sepi, berkeliaran di tengah malam, atau mabuk dan berjalan sendirian di trotoar. Namun, situasiku tidaklah seperti itu. Berada di rumah dengan pintu dan jendela yang terkunci, tak terbersit sedikit pun bahwa seseorang akan menerobos masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA TUBUHKU DIJADIKAN TARUHAN
RomanceReyna Kamila, wanita berusia 20 tahun yang dijadikan taruhan oleh kekasihnya sendiri, Gilang. Danar Pradipta, seorang pengusaha muda berusia 28 tahun yang memenangkan perjudian dan berhak mendapatkan tubuh Reyna.