PROLOG

352 125 52
                                    

Ceklek

Suara pintu terbuka, seorang perempuan mulai Melangkah mendekati berkas-berkas yang ada di meja bundarnya.

Sorot mata yang kendur. Tengah malam ini ia sama sekali belum tidur membuatnya sama tidak bisa konsentrasi. Kalau besok bukan pengujian materi ia tidak akan bersusah payah begadang sampai larut malam seperti sekarang ini.

Sesekali ia menguap, tatapannya semakin lesu. Kalimat-kalimat yang tertulis semakin blur, ia menggisik gisik matanya mencoba menahan. Gadis berambut panjang ini menoleh sejenak, seperti beberapa detik kebelakang ia merasa kebingungan.

Tangannya bergerak cepat membereskan berkas serta buku-buku, seolah ini tidak akan berjalan dengan baik.

Ia menyandarkan kepalanya di meja, menutup damai matanya perlahan.

"Cebol! "

Kurang lebih satu menit ia tertidur, matanya dibuka kembali ketika mendengar suara yang masuk ke dalam kamarnya.

Ia melirik siapa yang datang, bibirnya menciut kesal ingin menarik rambut gadis yang kini sedang menatapnya.

"Sudah ku bilang, jangan sesekali kau memanggilku Cebol."

Gadis itu terkekeh. "Maaf Thalia"

"Ck, Aku udah besar sekarang, postur tubuhku juga tinggi. Sangat heran, pikiran mu masih sama di waktu lalu," dengusnya.

"Apa ini?" tanya Thalia heran melihat Sasya menyodorkan kotak kecil kepadanya.

"Buka aja."

Thalia menatap kotak yang disodorkan sahabatnya, ia memandangi Sasya yang hendak membaringkan tubuhnya di kasur.

"Gue tidur duluan."

Thalia menatap kembali kotak kecil tersebut. Benda ini membuatnya merenungkan sesuatu. Ada banyak hal yang ia pikirkan, apakah ini hadiah? apakah akal akalan Sasya menjahilinya? Sudahlah, Thalia ingin cepat membuka kotak yang masih bersegel ini.

Thalia membulatkan matanya sempurna, mata kantuknya kembali terbelalak.

Thalia menatap kembali gadis yang sedang tertidur itu, gejolak hatinya sedikit terguncang. Malam yang tadinya dingin terasa sangat panas. Apa ini?

Darimana Sasya mendapatkan ini?

Ia meraih Foto polaroid yang isi dari kotak itu, dan memeriksa satu persatu dari foto tersebut, salah satu foto yang telah lumayan berusia lama, namun tak membuatnya usang.

Terlihat dalam gambar itu ia sedang mengenakan seragam Sekolah Kejuruan. Rangkulan tangan Thalia melingkar di tangan kiri lelaki tersebut. Senyum mereka seperti sedang berbahagia.

Thalia mengusap air bening di wajahnya, ia teringat sesuatu yang membuat hatinya sakit kembali. Percikan air matanya mengalir di pipi chubby Thalia, mengusap usap foto penuh kenangan itu.

To be continued

DREAM CATCHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang