Tengah malam jalanan semakin sepi, setelah tadi hujan udara jadi semakin dingin. Biasanya masih banyak pemuda tongkrongan jika lewat jalan sini. Hal ini membuat Rimba mengendarai motornya pelan, udara mengelus lembut kulit Jaketnya. Terdapat seorang gadis lebih muda darinya berdiri dipinggir jalan menunggu kedatangan lelaki itu sedari tadi.
Dia menghentikan motornya disambut sapaan indah dari gadis itu. Rambutnya sebahu, memakai celana robek dibagian lutut, Hoodie warna hitam yang terlihat lusuh.
"Jam segini lo baru pulang?" tanya Rimba sambil melirik ke dalam GOR. "GOR masih ramai?" tambahnya. "lo ngapain di GOR, Fi?"
"Futsal" jawabnya seraya naik ke atas motor.
Rimba melajukan sepeda motornya begitu Fisa telah menduduki jok belakang. "Anak perempuan gak baik kelayapan malam malam, apalagi berbaur sama cowok." cibirnya.
"Gue juga masih waras "
"Gue ngomong gitu karna gue tau lo gak waras."
Tidak ada lagi sahutan penumpang, Fisa hanya diam menikmati udara malam.
Fisa satu kelas dengan Thalia. Namun mereka tidak begitu akrab. Dia sudah mengenal banyak tentang Rimba, bahkan jika ada waktu luang mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
"Rimba?" panggil Fisa pelan.
"RIMBA DONGEK!!"
Rimba melirik ke belakang, "apaan sih."
"Ada yang nitip salam," balas Fisa cepat.
"Siapa?"
"Si Angel"
Rimba terkekeh, sudah tidak asing bagi seorang Rimba mendapatkan titipan salam dari juniornya. Bahkan sekarang Angel, bukankah dia yang waktu itu keluar dari Tim Silat? "oh yang sekelas sama lo?"
"Hm,"
"Salamin balik."
"Kok lo bisa deket sama dia?" tanyanya.
"Kayak yang gak tau gue aja haha," Fisa menjitak kepala Rimba dari belakang, ia menggeram kesakitan.
"Jangan mau sama dia," ucapnya.
"Kenapaaa?"
"Gue aja yang liat dia tiap hari. Ilfell banget parah!" Rimba hanya diam. "Bodynya juga gak jelas. Hahaha"
"Lo juga bodynya gak jelas!" ujar Rimba setelah beberapa detik ia terdiam, "udah pendek, kecil, tepos lagi. Cewek apaan?" ia menghela nafas sejenak, "niat hidup gak sih!"
bugh...
"GUE MAU TURUN." pekik Fisa menarik kerah kebelakang jaketnya. Seketika ia menghentikan remnya mendadak. "GUE MAU TURUN BEGO."
Mengetahui itu Fisa tak berkutik, "lo serius mau turunin gue? tega banget sih sama cewek"
Rimba tak mengeluarkan kata apapun selain mendehem. Apa iya tujuan hidup wanita itu hanya untuk membebani seorang pria? yang selama ini Rimba rasakan memang sepertihalnya sekarang.
•Dream Catcher•
Setelah selesai mandi, Thalia mempercantik penampilannya di depan kaca. Begitupun dengan Adelle, dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Dek?" panggil Wafa masuk ke dalam kamar.
Thalia dan Adelle melirik ke arah sumber suara "iya kak hehe,"
"Si Tiara tadi pulang, terus si Unuy mau kesini nginep."
Thalia dan Adelle saling memandangi satu sama lain. "Hubungannya sama kita?" tanya keduanya kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM CATCHER
Teen Fiction[Sebelum baca diharapkan untuk follow dulu penulis. Sebab sebagian part sudah diprivate] Jika kamu mencari yang terbaik-itu banyak, bahkan ada yang lebih baik lagi. Tapi jika kamu mencari aku dalam diri orang lain kamu tidak akan menemukannya, karen...