AMBIVALEN 5

75 23 1
                                    

Aku hanyalah kepura-puraan. Jika kalian percaya bahwa aku itu kuat, kalian salah. Di dunia ini tidak ada yang kuat kecuali kuat untuk berpura-pura tidak terluka.

Bahkan kalian tau sendiri bagaimana diriku disaat sedang berada dalam kesendirian. Sungguh tidak ada yang bisa menahan rasa sakit itu jika sudah merasa sendiri.

Aku Syakila Agatha Caroline. Asya nama panggilan yang sudah sangat melekat padaku. Ayah ibuku adalah yang paling berharga. Ayahku berharga sebelum dia memutuskan untuk masuk kedalam hubungan perselingkuhan.


Aku tidak sendiri, banyak orang yang mengalami hal yang serupa, salah satunya adalah orang yang membaca cerita hidupku ini. Kamu tau, kamu hebat.

•••••

Asya berjalan menuju kelasnya, semua orang memperhatikannya, begitu setiap hari. Semenjak ia tau bahwa ayahnya masuk kedalam zona perselingkuhan, tepat pada hari ulang tahunnya.

Ia berubah 180 derajat, bukan lagi siswi paling disiplin, melainkan siswi yang paling melanggar hingga nama dan fotonya terpajang di blacklist sekolah.

Dengan lenggak-lenggok nya ia berjalan sambil memain-mainkan rambut pirangnya, tatapan tajamnya membuat siswa-siswi lain merasa takut dan aneh terhadapnya.

Langkahnya terhenti saat ingin memasuki ruangan kelasnya. Tulisan besar yang ada di papan tulis mengalihkan pandangannya. Ia melihat dan membacanya dengan lantang.

"Ayah lo tukang selingkuh. Syakila anak dari pemilik perusahaan yang selingkuh dengan sekretarisnya sendiri."

Ia berdesis, kemudian memperbaiki kerah bajunya yang sedikit berantakan. Melipat kedua tangannya di depan dada, sedikit demi sedikit berjalan ke depan papan tulis.

Menganggukkan kepalanya kemudian berbalik kearah barisan bangku-bangku di kelasnya. "Hebat yah."

Ia memandang satu persatu siswa-siswi yang ada di sana. Setelah itu ia tersenyum lebar. "Ayah gue hebat bukan?"

"Hebat? Sadar bodoh, gitu di bilang hebat," sahut Dhara salah satu teman kelas Asya.

Pandangan Asya beralih ke Dhara, seketika semuanya juga memandang Dhara. Asya yang sudah melangkah ke arah Dhara terus saja tersenyum.

Sampai mereka pun saling berhadapan, tak ada yang lucu tetapi Asya langsung tertawa di hadapan Dhara.

"Tanpa gue cari tahu pun, gue udah tau yang nulis di papan tulis itu siapa."

Tak mau memperpanjang masalah, ia beralih berjalan menuju bangkunya, akan tetapi ia di tahan oleh Dhara.

"Tunggu, maksud lo apaan nuduh gue?" Ucap Dhara tak terima.

Asya yang heran kembali membalikkan badannya ke Dhara kemudian tersenyum simpul. "Gue gak pernah nyebut nama lo, nuduh aja gak kan."

Dhara seketika berkeringat dingin, ingin menjawab pun dia gugup. Pasalnya memang benar dia yang menulis kalimat ejekan itu.

"Tapi emang bener kan, kalau ayah lo tukang selingkuh."

"Emang," jawab Asya santai.

"Dasar anak tukang selingkuh."

"Eh, tapi kalian mau tau gak, ayah gue selingkuh sama siapa?" Tanya Asya riang gembira.

"Gak malu banget jadi cewek, bongkar aib keluarga aja," gumam Dhara.

"Masalahnya anak selingkuhan ayah gue ada di sini," jawabnya dengan muka yang sengaja di sedih-sedih kan.

Asya memandang Dhara kemudian berjalan lagi mendekatinya. Sedikit dekat dari yang tadi, sekitar satu jengkal dekatnya. Ia sedikit memajukan mukanya ke telinga Dhara.

"Sekretaris yang lo maksud itu ibu lo. Jadi ayah gua selingkuhnya sama ibu lo," bisik Asya dan langsung tertawa lepas.

Dhara yang mengetahui hal itu hanya bisa mengepalkan tangannya dan langsung keluar dari kelas, sementara Asya hanya bisa tertawa dan berjalan menuju kursinya.

"Niat ngejatuhin eh jatuh sendiri."

see you in the next part.

AMBIVALENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang