Chapter 1

4 1 0
                                    

"Kerja bagus Anna untuk hari ini." Pria berusia 37 tahun itu memberikan pujian padaku. Ia adalah mas Harry partner kerjaku alias Kameramen.

"Mas Harry kerja bagus juga untuk hari ini." Ucapku sambil tersenyum membalas pujian yang kuterima. Ketika semua orang masih bersiap untuk berangkat kerja mungkin akulah orang yang sudah tiba di tempat kerja lebih awal dari semua orang yang sedang bergegas dengan kendaraan mereka. Melaporkan berita yang terjadi secepat setelah kejadian itu terjadi.

Aku melihat bangunan di depanku dengan tinggi lebih dari 10 lantai sepertinya. Di depan gedung itu bertuliskan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan lambang bintang berwarna hijau dan biru. Aku berdecak kagum melihatnya. Mataku berbinar melihat bangunan yang indah itu. "Aku masih mencari orang itu." Mataku melihat sekitar bangunan itu dengan perasaan kagum, sampai pada mataku bertemu dengan matanya. Ia berdiri di tangga pintu masuk perpustakaan sambil membawa segelas kopi. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku darinya, sepertinya dia sudah lama berdiri di tempat itu dan melihatku memandang Perpustakaan dengan perasaan takjub.

"Anna, ayo pergi! Ada pekerjaan selanjutnya." Panggil Mas Harry yang sudah selesai mengemas perlengkapan dan membawa perlengkapan itu di punggungnya.

Aku bergegas menyusul Mas Harry yang masuk ke dalam mobil. Aku menyambar tas ransel yang tadi kutaruh di pinggir dan langsung masuk mobil menuju lokasi selanjutnya. Ah, aku lupa mengenalkan diriku, aku Anna Reporter dari stasiun televisi NEZ. Aku sudah bekerja di NEZ selama tiga tahun. Gagal tiga kali dalam seleksi Reporter membuatku semakin kuat dalam berusaha, akhirnya pada umur 25 tahun aku berhasil masuk NEZ dan menjalani magang selama satu tahun. Aku lulusan jurusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia.

***

Langit hari cerah dan tidak terlalu panas dari biasanya, mungkin sang surya tidak terlalu ingin memancarkan sinarnya. Kunjungan Perpustakaan pagi ini berkurang dari hari kemarin, mungkin ini karena kecelakaan pagi tadi yang menyebabkan macet sampai jam 10 pagi. Tiap hari orang lalu lalang memasuki gedung setinggi 27 lantai ini. Beragam orang dari kalangan manapun baik itu mahasiswa, anak sekolah, atau masyarakat umum yang ingin membaca berbagai bahan pustaka. Tiap hari akulah yang mengamati mereka mengambil buku dari rak, meminjam buku, mengembalikan buku, mengerjakan tugas dan hal lain yang bisa dikerjakan di Perpustakaan ini.

"Adji, tolong tata buku ini sesuai nomor kelasnya ya." Pinta seorang wanita cantik berusia sekitar 30-an tahun.

"Siap, Bu Lisa." Jawabku sambil mengambil keranjang berisi buku-buku yang baru datang dari penerbit. Aku berjalan menyusuri lorong demi lorong rak buku mencari nomor kelas yang sesuai dengan buku itu.

Menata buku sesuai nomor kelas yang telah diatur dalam DDC (Dewey Decimal Clasification) hanyalah sebagian tugas kecil dari seorang Pustakawan yang tentu saja membutuhkan ketelitian karena salah menganalisis subjek saja bisa mempengaruhi penempatan buku. Bagi kalian yang sering bermain ke Perpustakaan biasanya hanya melihat penampilan dari Pustakawan itu yang melayani peminjaman dan pengembalian buku, tapi bagiku seorang Pustakawan memiliki banyak pekerjaan seperti layaknya pegawai bank, polisi dan profesi lainnya. Aku Adji pustakawan yang sudah bekerja selama 7 tahun di sini. Mungkin kalian tidak sadar kenapa setiap buku memiliki nomor kelas masing-masing, itu agar kalian para pengunjung atau biasa disebut pemustaka lebih mudah mencari buku sesuai subjek ilmu buku tersebut dan mengembalikan pada tempat yang tepat.

Aku menaruh buku bersampul biru dengan judul 'Mandarin Language' ke dalam rak buku nomor kelas 400. Itu adalah buku terakhir yang datang hari ini dari penerbit. Setiap harinya setidaknya ada 100 buku baru yang datang dari penerbit.

Ini adalah pemandangan yang baik, melihat orang-orang masih datang ke Perpustakaan untuk membaca atau sekedar menggunakan layanan internet. Melihat mereka duduk memandangi buku yang ada di depannya, melihat mereka berdiri di lorong-lorong rak buku mencari satu persatu buku yang ingin dibaca. Terkadang ada pemustaka yang masih kebingungan mencari buku yang mereka butuhkan saat itulah kami para Pustakawan beraksi layaknya superhero yang menyelamatkan dunia, tapi disini bedanya kita menyelamatkan Pemustaka dari kebingungan.

"Adji, ayo makan! Enaknya kita makan apa ya?" tanya seorang lelaki dengan badan yang tegap serta paras yang cukup tampan bagi seorang wanita.

"Memang udah jam makan siang?" aku melihat jam tangan hitam yang melingkar di tangan kiriku, jarum jam mengarah pada angka satu. "Ah udah ya, lupa aku. Ayo makan gado-gado aja, Mas Rizal." Pintaku pada seniorku itu. Kita berdua menjadi pegawai disini pada tahun yang sama hanya saja Mas Rizal lebih tua dariku meski wajahku yang lebih tua daripada dia.

"Wah boleh juga tuh. Ayok buruan, aku udah bisa merasakan lezatnya sambal kacang yang menutup seluruh sayuran di dalam piring." Candanya sambil membayangkan gado-gado.

"Stop!" seseorang berhenti di depanku menghentikkan langkah kakiku yang hendak keluar perpustakaan. "Mau makan ya, Mas? Fira ikut dong."

"Ini jam istirahatmu?" tanya Mas Rizal menatap Fira serius.

"Serius amat sih, Mas nanyanya?" aku menegur Mas Rizal yang terlihat begitu serius.

"Ah, ini bukan jam istirahatku, tapi aku minta tuker jam istirahat sama Mbak Ika. Dia juga gak keberatan kok." Jelas Fira dengan kepala tertunduk.

Mas Rizal tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ketakutan Fira. "Lihat kamu, hanya kayak gitu kamu anggap serius? Bahkan matamu gak berani menatap aku, Fir." Mas Rizal tak berhenti menertawakan keluguan Fira saat ditanya serius oleh seniornya. "Tentu saja kamu boleh ikut. Ayo!"

***

Wanita, laki-laki, tua, muda, pelajar atau umum keluar masuk di perpustakaan ini. Berbagai karakter dapat kita lihat disini. Karakter pencinta kedamaian, karakter pencinta keseriusan, dan karakter lainnya ada semua disini. Setiap hari kami para Pustakawan melayani berbagai kebutuhan Pemustaka. Ah, Pemustaka adalah sebutan untuk orang yang berkunjung di Perpustakaan. Berbagai masalah juga hadir disini. Berbagai rasa yang disusun layaknya daftar pustaka juga tersusun indah di dalam perpustakaan ini. Rasa sedih dari Pemustaka yang stress memikirkan referensi untuk skripsinya. Rasa senang karena buku yang sudah dinanti-nanti akhirnya dilayankan oleh Perpusnas. Rasa marah karena buku yang I abaca kurang memuaskan dari segi isi atau pun hal lain.

Daftar Pustaka HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang