Suami Tak Pandai Bersyukur

137 12 0
                                    


"Aku ceraikan kamu" Ucap pria itu dingin.

"Mengapa, Mas? Apa salahku?" Sang wanita menjawab dengan deraian air mata.

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi, Safira" Ujar pria itu sambil berlalu keluar dari rumah megah itu.

Sang wanita terduduk lemas. Air mata tidak mampu dibendungnya.

***

Safira berjalan dengan anggunnya di atas cat walk, mempertunjukkan koleksi terbaru rancangan desainer muda Gunarto. Puluhan mata memandang takjub pada sang peragawati yang selalu tampil memesona. Safira kembali melenggang ke belakang panggung.

"Bang, itu baju terakhir kan?" Tanya Safira pada penata busana.

"Iya, Nek, itu yang terakhir. You udah bisa pulang dan kelonan ama anak you" Jawabnya dengan kemayu.

Safira pun lekas membersihkan wajah dan bergegas pulang. Ingin segera menemui putri semata wayangnya.

Setibanya di rumah, dia langsung melangkah ke kamar putrinya. Begitu membuka pintu kamar, lampu sudah temaram mengartikan empunya kamar sudah tidur di atas kasur bermotif Little Ponny itu.

Safira mendekat lalu mencium sayang kening putrinya.

"Bunda sudah pulang, sayang. Selamat tidur, mimpi indah" Bisiknya kemudian berbalik keluar kamar dan kembali menutup pintu.

"Mbak Nia, Manda udah makan malam dulu kan sebelum tidur?" Tanya Safira pada pengasuh anaknya.

"Sudah, Bu. Tadi Manda menunggui Ibu. Tapi karena ga kuat ngantuk setelah baca buku cerita jadi dia tidur" Jelas Nia.

"Makasih ya, Mbak. Udah nemenin Manda. Saya istirahat dulu. Mbak juga istirahat. Besok kita jalan-jalan ke Ragunan karena saya udah janji ke Manda"

Safira pun segera ke kamarnya untuk beristirahat.

***

Keesokan paginya Safira, Manda dan Nia sudah siap berangkat ke Ragunan. Safira menyetir mobil tuanya sendiri, Manda duduk di car seat sebelah Safira dan Nia di belakang.

Setelah membeli tiket dan minuman, mereka pun masuk ke wahana.

Manda tampak ceria dan bahagia. Dia antusias memperhatikan hewan - hewan yang dilewatinya sambil bertanya kepada Safira dan Nia tentang bewan - hewan yang dilihatnya.

Setelah berkeliling kurang lebih tiga jam, Manda pun tampak kelelahan. Safira mencari tempat beristirahat lalu menggelar tikar. Mereka pun membuka bekal yang di bawa dari rumah.

Ketika tengah asik menikmati makanannya sambil bersenda gurau, Safira mendengar ada yang memanggilnya. Dia pun mendongakkan kepalanya ke sumber suara.

"Safira?! Kamu betul Safira" Sapa seorang pria dengan nada terkejut.

Demi Tuhan, Safira menyesali keputusannya menghadap sang sumber suara.

"Benar, Mas Tomo" Sahut Safira datar.

"Kamu nampak berbeda" Ujar Tomo lirih.

"Kamu sendirian, Mas?" Safira mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ehm... Itu... " Tomo nampak gugup.

"Papa... Cini..." Teriak seorang anak perempuan yang berlari diikuti ibunya.

"Aku hmm...kesini bareng keluargaku" Jawab Tomo kepada Safira.

Ketika anak perempuan dan ibunya sampai ke tempat Safira, perempuan tersebut membelalakkan mata.

"Safira?! Kamu Safira?" Pekik perempuan itu.

"Oh hai, Mbak Mel. Lama ga jumpa. Sekitar 4 tahun ya" Jawab Safira enteng.

"Kamu kok sekarang jadi...ehm...berubah" Mela memindai Safira dari atas ke bawah.

"Beda gimana, Mbak? Apa karena aku tidak gendut lagi? Aku tidak dekil dan kumal lagi?" Jawab Safira sambil tersenyum sinis.

Mela dan Tomo saling berpandangan.

"Bunda, ayo makan" Suara Manda mengalihkan perhatian ketiga orang dewasa itu. Safira segera menghampiri Manda dan memasang badan untuk menutupi Manda dari jangkauan penglihatan Mela dan Tomo.

Tomo yang terkejut melihat seorang anak perempuan bersama Safira lekas mendekat.

"Dia siapa, Safira?" Tanya Tomo.

"Anakku" Jawab Safira pendek.

Manda merasa sesak dalam pelukan Safira dan memberontak untuk melepaskan diri.

Tomo dan Mela terkesiap melihat Manda. Dia mirip sekali dengan Tomo.

"Katakan Safira, apa dia anakku?"

"Bukan" Jawab Safira tegas.

"Tidak mungkin. Dia begitu mirip aku" Tomo semakin mendekati Manda.

"Tidak. Dia anakku" Teriak Safira.

Safira segera menggendong Manda dan mengajak Nia untuk lekas pergi dari tempat itu. Dia bahkan sampai meninggalkan Nia karena berjalan sangat cepat.

Tomo hanya bisa mematung melihat kepergian Safira. Di satu sisi dia ingin mengejar Safira, di sisi lain ada istri dan anaknya.

"Papa, ayo main lagi" Prita membuyarkan lamunan Tomo.

"Besok lagi ya maennya. Prita kan udah capek tadi jalan - jalan. Kita pulang yuk" Ajak Tomo.

Prita pun menurut karena memang dia sudah lelah berlari mengitari tempat-tempat binatang di Ragunan. Bertiga mereka beriringan ke mobil.

Tomo menyetir dalam diam, dia berusaha fokus menyetir dan mencoba mengenyahkan kilasan masa lalu.

Saat sampai di rumah, dia segera memarkirkan mobilnya di halaman. Dan keluar mobil tanpa membantu Mela yang dengan susah payah mengeluarkan Prita yang tidur nyenyak.

Tomo bergegas ke ruang kerjanya dan mengunci diri. Dia duduk di kursi besarnya. Kilasan masa lalu berkelebat saat dia memejamkan mata.

Masa empat tahun lalu, masa dia masih merajut biduk rumah tangga dengan Safira.

Safira yang berlebih bobot badannya, Safira yang tidak pandai merias diri, Safira yang dekil dan kumal, Safira yang sehari - hari lebih banyak menghabiskan waktu di dapur dengan oven-ovennya, Safira yang dia tinggalkan karena tergoda pada kemolekan tubuh Mela rekan kerjanya. Safira yang sekarang begitu cantik, langsing dan menawan.

Seandainya dia tidak berhutang budi kepada Mela, tentu dia akan segera meninggalkannya. Mela yang dulu bertubuh molek, sekarang nampak tidak menjaga proporsi tubuhnya lagi. Apakah seperti itu perempuan jika sudah bersuami, dia tidak lagi menjaga dan merawat tubuhnya? Kalau seperti itu, maka jangan salahkan pria jika dia berkhianat dan mencari cinta yang baru. Karena pria butuh melihat yang segar dan enak dipandang

Kumcer Challenge SPFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang