Kejadian di kantin.

47 11 10
                                    

Bramasta menatap Tasya di ranjang UKS. Tadi Tasya pingsan sesudah menangis, maka itu Bramasta langsung membawanya ke UKS. Bramasta memang selalu tak berpikir panjang, ia tadi saja tak berpikir, jika ia menggendong di depan murid-murid SMA kejora, Tasya akan mendapatkan masalah besar nantinya. Bramasta namun tadi sama sekali tidak sempat berpikir itu juga.

Bramasta menyentuh tangan tasya. Tangan Tasya begitu dingin, bibirnya pucat dan... Walaupun Tasya pingsan, Bramasta tahu seberapa terluka nya hati Tasya lewat matanya tadi. Bramasta saat ini benar-benar merasa bersalah dengan Tasya.

Ketika Bramasta menatap Tasya, tiba-tiba saja ada yang menariknya kebelakang. Orang itu adalah Alvin, mantan Tasya. Namun bagi Bramasta, Alvin bukanlah mantan Tasya, melainkan pembunuh bella adiknya.

"Ngapain Lo disini?" Tanya Bramasta dingin.

"Gue gak mau berantem sekarang ta. Gue kasihan sama Tasya, jadi--"

"Pergi Lo jauh-jauh dari dia bangsad!" Sela Bramasta yang membuat Alvin mengepalkan tangannya.

"Ta... Masalah tentang bella itu jangan Lo bawa-bawa kesini. Dia emang mirip bella, tapi dia bukan bella ta..." Kata Alvin sambil menatap kornea mata Bramasta.

"Gue sadar vin, dia gak ada kaitannya sama bella. Dan gue juga gak akan ngelibatin dia sama urusan kita. Tapi gue gak akan biarin dia disakitin sama lo kek bella!" Ujar Bramasta, yang membuat Alvin menyuruhnya untuk keluar dari UKS.

Bramasta dan Alvin keluar dari UKS. Alvin melihat ke sekitar, suasana nya sepi, jadi nyaman kalau untuk menyatakan apa pun tentang permasalahan nya Dengan Bramasta.

"Ta, dia mantan gue. Pliss... Gue cuma mau memperbaiki hubungan gue sama dia, dan Lo kali ini... Aja gak ikut campur sama urusan gue." Mohon Alvin membuat Bramasta mencengkeram erat kerah baju milik alvin.

"Lo bilang apa tadi? Lo mantannya? Gue gak tahu lo sama dia bisa putus kenapa, tapi ini berarti Lo cuma buat adik gue bella sebagai pelarian Lo? Iya?! Emang brengsek Lo!" Bramasta menonjok telak Alvin.

Alvin tersungkur di lantai, dengan darah yang mengalir di ujung bibirnya. Bramasta mendekati nya, kembali memegang kerah baju Alvin. Alvin yang tadi tersungkur menjadi berdiri lagi.

"Bangun Lo brengsek! Bisanya mainin cewek aja!" Gertak Bramasta lalu membuat Alvin menonjok bramasta.

"Lo salah ngatain gue ini brengsek Bramasta! Gue bukan mau mainin perasaan Tasya sama bella! Gue ini putus sama Tasya karna gue ini mau nerusin pembelajaran gue ke Jakarta, yang pada saat itu Tasya ada di Yogyakarta. Gue putusin dia karna gue gak bisa jamin, gue bisa LDR-an sama dia! Dan waktu gue ke Jakarta, gue ketemu bella, gue nemuin--akkhhh! Sial!" Alvin berusaha memperjelas kan semuanya kepada Bramasta yang sebenarnya.

Alvin melepaskan genggaman nya. Ia mengacak-acak rambutnya, sepertinya ia terlalu jauh memperjelaskan kepada Bramasta. Bramasta hanyalah orang yang membencinya, bukan orang yang berhak tahu semuanya. Bramasta, dia tak butuh tahu yang sebenarnya apa yang berusaha dijelaskan Alvin saat ini.

"Kenapa diem? Jangan berusaha nutupin sesuatu dari gue Lo!" Sarkas Bramasta, kali ini dia masih bisa bersabar.

"Lo belum saatnya gue kasih tahu semuanya, jadi tolong jangan desak gue ngomong semuanya. Ini demi kenyamanan semuanya, bella, Tasya ataupun orang yang sebenarnya juga terlibat sama semua ini ta. Pliss... Gue juga belum ketemu sama apa yang sebenarnya terjadi ta," ucap Alvin, lalu ia pun masuk ke dalam UKS lagi.

Bramasta hanya bisa mencerna perkataan Alvin satu per satu. Maksud Alvin dengan semua perkataanya itu apa? Dia pasti sedang menyembunyikan sesuatu pada Bramasta sampai dia tak bisa berkata-kata lagi, iya pasti!

Bramastasya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang