Bella?

37 10 3
                                    

Bramasta mengobati jari-jari Tasya dengan pelan-pelan. Tasya dari tadi hanya diam dan tak berkutik satu kata pun. Ia hanya menatap Bramasta dalam diam, menahan rasa perih ketika di obatin Bramasta.

Bramasta sudah selesai mengobati Tasya. Bramasta mengembalikkan semuanya ke kotak P3K. Dan sekarang? Bramasta memperhatikan Tasya dalam diam.

"Nama Lo Tasya kan?" Tanya Bramasta membuat Tasya mengangguk.

"Boleh gue duduk di samping Lo kan?" Tanya Bramasta lagi dan lagi-lagi Tasya hanya bisa mengangguk.

Bramasta duduk di samping Tasya. Bramasta menatap Tasya dari samping, Bramasta bisa melihat betapa besar Tasya usahanya menahan tangisnya yang itu sendiri ia tak ingin terjadi didepan Bramasta.

Bramasta meleparkan kuncir rambut Tasya, lalu membiarkan rambut itu terjuntai ke bawah. Bramasta mengelus-elus punggung Tasya, namun Tasya tak menoleh ke bramasta. Ia masih saja menundukkan kepalanya, Bramasta menutup wajah Tasya.

"Jangan ditahan, nangis sebisa Lo. Gue gak akan denger, gue udah nutupin telinga gue. Jadi, jangan di tahan tangisnya, itu malah bakal buat Lo tambah sesek." Ucap Bramasta yang membuat Tasya mengangkat kepalanya dan menatap Bramasta dari samping.

Wajah Tasya yang tertutup oleh rambut-rambut nya begitu tambah menawan. Tasya menurunkan tangan Bramasta dari telinganya sendiri. Bramasta menoleh ke Tasya, Bramasta kaget. Tasya benar-benar mirip adiknya bella jika rambut nya terjuntai.

"Kalau kakak kek gini terus, ini benar-benar nyisak aku kak. Kakak nggak lihat orang-orang benci aku karna siapa? Aku emang gak bisa nuduh kakak seenak hati aku, tapi aku nggak bisa biarin mereka benci aku terlalu dalam kak." Ucap Tasya lalu ia pun berdiri.

"Makasih udah tolongin aku kak. Aku sadar siapa aku disekolah ini sampai bisa merintah kakak kek gini. Tapi dengan adanya kehadiran kakak di hidupku, hidupku jadi tambah kacau dan gak karuan. Maaf," Tasya pun meninggalkan Bramasta dalam diam.

Bramasta menghela nafasnya. Kenapa ketika Tasya mengatakan itu, hatinya merasa perih? Kenapa ketika Tasya memanggilnya dengan sebutan 'kakak' Bramasta merasa yang memanggilnya adalah bella adiknya?

[,]

Bramasta, gio dan tama sedang berbincang-bincang di kelas XI IPA 2, kelasnya Bramasta. Mereka tertawa-tawa sambil membahas sesuatu yang bagi mereka begitu lucu. Mereka memang selalu begitu, jika saatnya pulang mereka menyempatkan untuk berbincang-bincang sebentar lalu pergi.

"Wah parah, Lo beneran di marahin Bu iin gegara numpahin air ke map-nya?!" Celetuk Tama yang membuat gio mengangguk mantab.

"Terus Lo gak merasa bersalah gitu?" Tanya Bramasta ke gio, membuat gio menggeleng polos.

"Kenapa harus ngerasa bersalah? Orang juga itu map-nya isinya tentang kertas ujian harian tadi. Ya gak papa," jawab gio enteng.

"Lo ya? Beneran dah, gue kalau jadi temen sekelas Lo bisa uring-uringan sendiri gue sama diri gue sendiri! Udah capek-capek ngerjain ujian, eh malah hangus." Ujar Tama.

"Ya bagus dong, soalnya tadi gue ngerjainnya itu asal karna gak belajar,"

"Makanya belajar bego!" Bramasta menjitak kepala gio.

"Jangan salahin gue doang, Bu iin juga. Asal nyuruh ujian seenak jidatnya, gue? Ya ngasal." Ujar gio yang membuat Tama dan bramasta menggeleng kan kepalanya.

Bramastasya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang