3. Time Stops, Please

445 69 1
                                    


















🍂Happy Reading🍂

















"Nona Alice!" pekik Luda sambil terbelalak lebar. "Anda tidak apa-apa, Nona?"

Alice terkesiap. Ia gelagapan, sambil berupaya menetralkan ekspresinya. "A-aku---"

"Maaf, tapi bolehkah Anda meninggalkan kami? Ada hal penting yang mau saya bicarakan dengan Alice," potong Sehun, tak lupa memberi kode agar Luda paham makna terselubungnya. "Saya akan menjaga Alice, kok."

Luda menautkan alis. Tingkah Sehun justru terkesan abnormal. Ia jadi bingung. "Tuan, saya---"

"Luda, pergilah. Nanti aku menyusul. Simpan saja sosis bakarku di kamar, ya?" Kini, Alice yang menyela. Membuat Luda merasa jengkel.

Pelayan itu berdecak kecil, supaya tidak terdengar oleh sang Nona. "Okay," ujar Luda. "Namun tetap waspada, Nona. Banyak orang jahat bertopeng lugu jaman sekarang. Hih."

Ia sengaja bergidik. Hingga sosok laki-laki di hadapannya tersebut menatap tajam ke arahnya. Sehun menunjuk-nunjuk wajah Luda. Mengancam tanpa suara.

"Lihat saja. Akan kulaporkan pada Nyonya Minyoung dan Tuan Seojoon." Alih-alih takut, Luda malah membalas Sehun tak ingin kalah. Seolah menantang pemuda itu. Luda bahkan juga bersedekap dada dan menyeringai evil.

Sehun mendelik cukup keras, menyampaikan kekesalannya. Alice yang menyimak pertengkaran mereka, hanya terkikik geli sendiri. Ajaib.

"Sudah, sudah. Kalian ini!"

"Dia duluan, Nona!"

"Apa?! Kau, tahu!"

"Sehun, Luda. Berhenti. Aish!"

Api di manik mereka masih berkobar, membakar satu sama lain dalam pandangannya. Tak peduli Alice melerai. Selama belum ada yang mengibarkan bendera putih, peperangan akan terus berlanjut.

"Luda..." tegur Alice lagi. Ia tentu bisa merasakan hawa panas di sekitarnya menyala-nyala. "... Aku hanya sebentar. Janji!"

"Sepuluh menit?"

Alice mengangguk. "Arra."

"Hm. Kalau begitu, saya pulang. Tuan vampire, jangan berani macam-macam, atau besok kau akan mati terpenggal," ucap Luda penuh penekanan, sebelum akhirnya berlalu dari sana.

Sehun meringis. Menggaruk tengkuknya. "Apa aku terlihat seperti vampire, Lice?"

Si lawan bicara sontak terdiam. Rautnya berubah sendu. "Aku tidak tahu. Semuanya hitam di mataku. Hehe."

Tawa itu palsu. Alice berusaha menutupi kesedihannya saja. Entah, ia selalu begini, jika ada yang mengungkit soal keterbatasannya.

Lelaki bermarga Oh tersebut seketika menepuk dahi. Merutuki kebodohannya dalam hati, sebab tidak menyaring mulutnya terlebih dulu. "Lice... Sorry."

"Gwenchana." Alice tersenyum. Manis, tetapi tidak bagi Sehun. Alice tampak getir.

"Maaf." Sehun mengulangi penuturannya. Sungguh, ia teramat-sangat menyesal. Sehun merasa bersalah. Suasana yang tadinya cair, berganti menjadi beku.

"Lupakan, Sehun. Bukan masalah besar." Alice kembali terkekeh. "It's a great day. So, how about go to the park?"

Sehun merengut. "Nanti nenek lampir itu marah bagaimana?"

Time Lapse || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang