7. Different You Starts

344 54 3
                                    

















🍂Happy Reading🍂



















Setelah kejadian tadi, Sehun langsung cepat-cepat pergi. Memaksa Alice untuk ikut pulang dengannya, tanpa menghiraukan Yoona, serta tujuan awal mereka.

Alice ingin bicara sebenarnya. Namun ia takut. Aura Sehun saat ini terasa menegangkan, bagai tak dapat diganggu.

"Aku perlu menenangkan diri." Tiba-tiba Sehun buka suara. Alice mengernyit. "Untuk sementara waktu ke depan, aku tak bisa menemuimu. Jangan menghubungiku, atau pun mencariku."

Si gadis Park menghembuskan napasnya panjang. "Haruskah begitu? Kita bisa menyelesaikannya sekarang, bukan?"

"Tidak. Aku mohon, mengertilah sedikit."

Alice tersenyum miris. "Aku tidak akan mengerti, kalau kau tidak mau bercerita."

CKIT

Sehun menggeram marah. Ia mengusap wajahnya kasar, seraya memandang Alice berapi-api. "Lice---"

"Apa?! Kau pengecut, karena mencoba lari dari masalahmu!" Bukannya khawatir diamuk, Alice malah menantang. Ia benci Sehun sok dewasa begini.

Mereka bahkan masa bodoh, tak peduli bahwa mereka sedang berada di tengah jalan. Maki saja Sehun, yang barusan memberhentikan mobil secara mendadak karena emosi.

"Cukup, Lice. Aku tidak mau menyakitimu."

"Kau sudah menyakitiku, brengsek!" pekik Alice histeris. "Menurutmu aku tidak tersinggung?! Kau membuatku terlihat seperti... Tidak dibutuhkan. A-aku selalu merepotkanmu, dan kau---"

"Kau ini apa-apaan..."

"Kau yang apa-apaan?!" Dada Alice bergemuruh hebat. Air mata mulai menitik, tanpa bisa dicegah terlebih dulu. "A-aku ingin berguna. Setidaknya sekali seumur hidupku. Kau tidak percaya, aku bisa menjaga rahasiamu?"

"Kau sendiri juga tidak percaya padaku, kan?" Sehun membalikkan keadaan. Dan, ya, Alice sontak membisu. "Kita masih belum saling percaya, Lice. So, kau tidak bisa mengatakan demikian, seolah-olah aku yang sepenuhnya bersalah di sini."

Tak ada respon.

"Mungkin kau benar, kita memang belum saatnya menjadi sepasang kekasih. Sebab hal semacam ini, sangat berbahaya dalam suatu hubungan."

Alice menyeka pipi. Berusaha mempertahankan ekspresinya agar tidak runtuh, tampak menyedihkan. "Atau lebih baik kita akhiri semuanya saja, Oppa?"

Sehun terbelalak lebar. Alice benar-benar, pikirnya. "Tidak begitu juga, Lice!"

"Lalu bagaimana?" Lirih. Alice bertanya lirih. Sudah lelah menghadapi sikap Sehun. "Kau maunya bagaimana?" lanjut Alice.

"Masing-masing dari kita introspeksi. Kita bertemu lagi minggu depan. Aku yang mendatangimu."

"Setelahnya?"

"Hah?!"

"Apa yang akan kita lakukan setelahnya?" ujar gadis tersebut memperjelas.

"Tentu kembali seperti ini."

"Kupikir itu percuma." Alice terkekeh getir. "Kita harus berhenti. Kita---"

"Kau melantur, Lice." Sehun menunduk sendu. Memejamkan mata, meneteskan sebulir cairan bening. "Tolong sadarlah! Kau mabuk!"

Time Lapse || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang