5. Our Moment And Autumn

349 52 1
                                    

















🍂Happy Reading🍂

















Alice termangu di malam hari. Ia tak melakukan apa pun, selain menggigiti jari telunjuknya gusar.

Gadis itu belum bisa terlelap tidur. Otaknya terus-menerus memikirkan Sehun. Tak tahu mengapa.

"Ah, entahlah!" Alice menghela berat. Ia lantas buru-buru menarik selimut yang membungkus sebatas dadanya.

Sulit untuk mengerti. Kepalanya hanya akan berdenyut sakit, terasa mau pecah. Mungkin dalam beberapa waktu ke depan, Alice perlu menyelidiki. Sebab menduga-duga bukanlah hal yang mudah.

Alice menolak percaya sepenuhnya, meski ia ingin. Sangat.

"Apa dia benar-benar mencintaiku?" Ia bertanya sendiri. Memain-mainkan sprei, membentuk pola abstrak di sana, dengan bibir mengerucut.

Nama Rosie tiba-tiba terlintas di benaknya. Sekelebat bayangan perempuan berambut pirang tersebut juga muncul, walau Alice sebenarnya tak pernah melihat Rosie. Semacam... Feeling.

Terlalu mendadak, hingga Alice bingung mesti menanggapi bagaimana. Bisakah ia memandang hal itu sebagai pemikiran random saja? Huft~

"Kenapa harus terngiang-ngiang sekarang, sih?!" Alice memukul-mukul keningnya yang tertutup poni. Ia mencebik kesal. "Apa ini karena aku merindukan Rosie Eonnie, ya?"

Alice menggembungkan pipi. "Hm, mungkin memang begitu."

Memilih mencoba berasumsi positif, dan mengenyahkan segala kenegatifan. Ia rasa... Lebih baik demikian.

Kemudian, Alice kembali mendudukkan diri, bersandar pada headboard. Matanya enggan terpejam. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Geez! Jika begini caranya, maka Alice bisa-bisa stress.

Gadis itu langsung menggeleng. Tenggorokannya seketika serat, dahaga datang menyerang.

Alice lalu segera turun dari ranjang perlahan. Ia beranjak, hendak ke dapur dengan hati-hati. Gara-gara Oh Sehun, tongkat bantuannya hilang entah dimana. Ck! Untung saja Seojoon dan Minyoung tidak marah tadi.

Ia menggerutu sepanjang perjalanan. Mencibir pemuda tersebut, mencaci-maki habis-habisan. Biarlah. Toh, Sehun pun tidak akan sadar. Masa bodoh.

Butuh sekitar lima belas menit, sampai akhirnya Alice tiba di tempat tujuan. Bahkan itu juga tidak mulus. Ia harus menabrak kursi, meja, tersandung, serta tak sengaja menjatuhkan barang-barang.

Alice tak mau ambil pusing. Meski agak nyeri kala terperosok, besok ia dapat meminta tolong kepada Luda untuk mengobatinya. Jadi, bukan masalah besar. Dan... Untuk beragam benda yang ia maksud, menurutnya tak apa. Seojoon dan Minyoung pasti memaklumi.

Alice tersenyum miring karenanya. Mengapa kini ia seolah-olah sedang memerankan tokoh licik layaknya aktris di drama-drama? Lucu.

Perempuan itu lantas mengambil gelas yang terletak di atas rak. Ia lebih waspada, karena yang satu ini terbuat dari kaca semua. Bahaya.

Alice mengisinya dengan air dari dispenser. Setelah penuh, baru cepat-cepat menegaknya.

Ia berniat menaruh gelas tersebut pada bak pencuci piring. Namun sialnya, ia terpeleset tumpahan air.

PRANG

Bunyi khas pecahan beling menguar. Membuat jantung Alice berpacu tak menentu.

Time Lapse || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang