Ia bekerja bukan untuk dirinya, tetapi untuk keluarganya. Ia terbiasa bekerja keras sejak orang tuanya memutuskan untuk tidak lagi memberinya uang, kecuali untuk uang pendidikannya. Yang ia lakukan? Ia mulai bekerja sedari ia mengenyam bangku perkuliahan. Mulai bekerja part time di rumah makan, hingga ketika lulus ia berhasil menjadi salah satu staff di sebuah BUMN terkemuka.
Ia sering mendapat cibiran, cibiran yang dilayangkan oleh keluarga istrinya sendiri, atau mungkin mendiang istrinya? Cibiran itu tidak membuat ia berhenti bekerja keras untuk keluarga kecilnya, justru ia semakin menggebu untuk membuat keluarga kecilnya bahagia dengan jerih payahnya sendiri, bukan dengan campur tangan orang tuanya.
Namun, pada saat ia bisa memberikan kesuksesan dan kesejahteraan untuk keluarga kecilnya. Perempuan yang membuat ia bekerja sekeras ini untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, justru meninggalkannya di usia yang cukup muda.
Ditinggalkan di usia pernikahannya yang baru menginjak 7 tahun, membuat seorang Jeffreyan sepertinya enggan untuk memulai hidup dengan status pernikahan lagi. Ia masih begitu menyayangi mendiang isterinya, terlebih seorang putra yang ditinggalkan sang isteri untuk ia rawat.
Di usianya yang kini menginjak kepala 3, Jeffreyan sudah sering kali ditanya oleh teman maupun sanak keluarganya.
"Gak minat buat punya isteri lagi, Jeff?"
Sepertinya pertanyaan itu sudah menjadi pertanyaan yang cukup sering Jeffreyan dengar, tidak sekali, dua kali. Tapi sering kali. Dan jawaban dari Jeffreyan untuk pertanyaan itu tetap sama.
"Pasti mau, cuma belum nemu calon yang pas. Do'ain aja, kalo ketemu ntar gak ragu buat dikenalin kok"
Nyatanya, Jeffreyan sudah pernah mengenalkan salah satu kekasihnya kepada orang tuanya, dan pada akhirnya mereka terpisah lagi, lagi-lagi oleh maut.
Apa Jeffreyan trauma? Tidak, ia kembali menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang lebih muda 2 tahun darinya. Perempuan yang terkenal sopan dan santun, yang menemani Jeffreyan cukup lama. Sebelum akhirnya mereka berpisah, bukan karena maut, tetapi karena orang tua sang wanita.
Dengan wajah rupawan dan latar belakang pekerjaannya yang tidak bisa diremehkan, Jeffreyan jelas menjadi bulan-bulanan para wanita, terlebih wanita yang satu kantor dengannya. Banyak dari mereka yang mendekatinya. Entah sekedar dekat atau memiliki maksud lain, ingin menjadi milik Jeffreyan.
Jika sudah berkumpul dengan teman-temannya, Jeffreyan tidak risih sama sekali jika para temannya terkadang membicarakan pasangan mereka, bahkan mereka dengan gamblang membicarakan bagaimana hubungan mereka dengan gadis muda mereka. Jeffreyan tidak akan mengelak, memiliki simpanan yang lebih muda seolah hal yang biasa diantara teman-temannya atau mungkin para pejabat lain.
Jeffreyan juga tidak mengelak jika ia terfikir untuk mencari gadis yang lebih muda darinya, setidaknya ia tidak akan kesepian jika ia memiliki gadisnya. Yang jelas, ia tidak mau gadisnya berasal dari dunia malam.
Bekerja, pulang ke rumah, bekerja, hangout dengan teman-temannya, hal yang monoton untuk Jeffreyan. Ia ingin hal baru, bukan hal yang biasa ia lakukan.
"Jeff? Habis ini lo kemana?"
Tanya seorang lelaki sebayanya yang tengah duduk disampingnya sembari menyesap sebatang rokok yang ada diantara jarinya. Dika, Theofan Mahardika.
"Jeffreyan biasa lah, pasti nyari calon mama baru buat anaknya"
Celetuk Prima sembari tertawa.
"Ah iya, gue lupa dia duda"
Jeffreyan ikut tertawa kecil mendengar tawa kecil teman-temannya. Tak lupa ia juga meyesap sebatang rokok yang ada diantara jemarinya.
Ruangan itu penuh asap rokok dari Jeffreyan dan juga teman-temannya, sudah biasa.
Bersambung
Theofan Mahardika
Aditia Primardiansyah
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFFREYAN [ COMPLETE ]
Fanfiction[ Prequel dari WDW ] Cerita Jeffreyan sebelum akhirnya ia berlabuh pada Arina.